spirit
Mod
Anak-anak gimbal akan diruwat di Candi Dieng
Kawasan wisata Dieng menggelar even budaya istimewa dan beruntunglah wisatawan yang menghadirinya. Warga Dieng meruwat anak-anak berambut gimbal. Ini bukan mareka bergaya reggae, namun itu keistimewaan alami di sana.
Rambut gimbal bagi anak di Dataran Tinggi Dieng bukanlah gaya yang diikuti, tapi rambut yang sudah terbentuk dengan alami. Bagi mereka memiliki rambut gimbal merupakan suatu keistimewaan dibanding anak dengan rambut umumnya.
Rambut gimbal anak-anak istimewa itu harus dipotong dalam sebuah upacara ruwatan. Ruwatan ini menjadi salah satu acara dalam Dieng Culture Festival (DCF) IV 2013 di kompleks Candi Arjuna di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (30/6/2013) kemarin.
Kali ini, ada 7 anak berambut gimbal yang akan diruwat. Mereka adalah Sri Nuria (7) dari Banjarnegara, Lista dari Wonosobo, Argifari Yulianto (7) dari Banjarnegara, Mazaya Filza Labibah (6) dari Bekasi, Alira (3) dari Wonosobo, Salsabila (6) dari Wonosobo, dan Tita (5) dari Wonosobo.
Mereka diarak dari rumah pemangku adat masyarakat Dieng, Mbah Naryono, menuju Kompleks Candi Arjuna. Mereka berpakaian dan ikat kepala putih menaiki delman. Di kompleks Candi Arjuna, anak-anak ini dibawa ke Sendang Sedayu untuk upacara penjamasan atau pencucian sebelum rambut gimbal mereka dipotong.
Setelah itu, rambut mereka dicukur di Candi Puntadewa Kompleks Candi Arjuna. Duta Besar Slovakia untuk Indonesia, Stefan Rozkopal turut hadir dan memotong rambut Argifari Yulianto. Potongan rambut gimbal kemudian dilarung di Telaga Balekambang.
Nah setelah itu sesuai tradisi, para orangtua harus memenuhi permintaan si anak gimbal yang cukup unik. Sri meminta Kambing, Lista meminta cincin, kembang api dan sepeda merah, Argifari meminta ikan merah besar, Mazaya meminta perhiasan kalung dan gelang serta baju pesta, Alira meminta 5 jambu air merah tempe gembus, Salsabila meminta cincin, dan Tita meminta topi dari Toko Mickey Mouse di Wonosobo.
"Setelah rambut gimbalnya dicukur melalui sebuah prosesi ruwatan, anak tersebut akan kembali normal seperti anak normal pada umumnya," kata tokoh masyarakat Dieng, Handi Yubianto.
Anak berambut gimbal memang diistimewakan bagi masyarakat setempat. Keinginannya selalu dituruti selama orangtuanya mampi, kalau tidak anaknya sakit. Anak-anak ini diyakini punya kelebihan. Agustrini Sumarlinah ibunda Mazaya mengatakan anaknya pernah lolos dari kecelakaan tanpa luka sedikit pun.
Ketika rambut anaknya rontok, Agustrini mengumpulkan rambut itu. "Rambutnya itu diambil dan disimpannya sendiri agar tidak jatuh ke tangan orang jahat untuk digunakan menjadi jimat," kata dia menirukan perkataan anaknya.
Suasana ramai di Kompleks Candi Dieng jelang ruwatan
Rambut anak gimbal dicuci sebelum dipotong
Anak gimbal dibawa ke Candi Arjuna untuk dicukur
Dubes Slovakia mencukur rambut anak gimbal
Dubes Slovakia, Stefan Rozkopal, mengatakan acara ini adalah bukti masyarakat masih punya adat istiadat yang terus bertahan sampai sekarang. Ruwatan rambut gimbal adalah even wisata budaya yang memiliki potensi untuk dipromosikan keluar negeri.
"Tradisi ini sangat unik dan langka. Dengan dikemas menjadi sebuah festival maka akan bagus untuk perkembangan pariwisata di Banjarnegara. Nanti kami promosikan di Slovakia," katanya. - detikTravel