Monosodium Glutamat (MSG)

Megha

New member
Monosodium Glutamat (MSG)​


Mononatrium glutamat (juga disebut monosodium glutamat; disingkat MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat. Berfungsi sebagai penyedap rasa. Satu ion hidrogen (dari gugus —OH yang berikatan dengan atom C-alfa) digantikan oleh ion natrium. Merek dagang dari mononatrium glutamat termasuk Ajinomoto, Vetsin, Miwon, Sasa dan Accent.


Sejarah MSG

Manfaat asam amino glutamat sebagai penyedap rasa baru diketahui pada tahun 1908 oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Dr. Kikunae Ikeda.

Penemuan MSG oleh Dr. Ikeda diawali oleh keprihatinannya terhadap kondisi fisik rakyat Jepang di kala itu. Sewaktu belajar ilmu Kimia modern di Jerman, dia membandingkan tubuh orang Jerman yang lebih tinggi dari pada orang Jepang. Dia juga mengamati makanan Jerman dan merasakan kesamaan cita rasa unik pada makanan Jerman yang juga ada pada makanan Jepang.

Setelah kembali ke Jepang, Dr. Ikeda memusatkan penelitiannya pada bumbu tradisionil Jepang, yaitu kaldu yang terbuat dari rumput laut (Kombu). Dia berhasil mengisolasi sumber rasa unik tersebut, yaitu asam Glutamat. Rasa ini kemudian diperkenalkannya dalam bahasa Jepang sebagai rasa “Umami”.

Penemuan Glutamat sebagai sumber rasa “Umami” mengukuhkan ambisi Ikeda untuk memperbaiki kondisi fisik bangsanya, yaitu melalui bumbu masak yang menambah citarasa dan kelezatan makanan Jepang. Dr. Ikeda mendapatkan paten atas metode produksi MSG. Namun, asam Glutamat murni yang dihasilkannya tidak menarik secara komersial karena sifat fisik dan kimianya. Hingga akhirnya Dr. Ikeda berhasil mensenyawakan glutamate dengan sodium menjadi Monosodium Glutamat (MSG). Dengan membagi hak patennya dengan seorang pemilik pabrik Iodine, Saburousuke Suzuki, Dr Ikeda kemudian berhasil mewujudkan hasratnya memproduksi dan memasarkan MSG secara massal.

AJI-NO-MOTO (MSG) mulai dipasarkan di Jepang pada tahun 1909. Pada waktu itu MSG diproduksi melalui proses ekstraksi gluten hingga tahun 1960-an. Proses produksi ini tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat dengan cepat dari pasar Jepang dan dunia. Inovasi teknologi fermentasi pada tahun 1956 kemudian membantu usaha meningkatkan produksi MSG yang terus diterapkan hingga sekarang. MSG sekarang umumnya diproduksi dengan menggunakan bahan baku yang kaya glukosa seperti tetes tebu, singkong, jagung, gandum, sagu dan beras. Proses fermentasi merupakan proses pengolahan makanan traditional yang juga digunakan untuk membuat tape, tempe, kecap dan lain lain.


Pembuatan Monosodium Glutamat (MSG)

msg1.jpg

  1. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-gula (molases) oleh bakteri (Brevibacterium lactofermentum). Dalam peroses fermentasi ini, pertama-tama akan dihasilkan Asam Glutamat. Asam Glutamat yang terjadi dari proses fermentasi ini, kemudian ditambah soda (Sodium Carbonate), sehingga akan terbentuk Monosodium Glutamat (MSG). MSG yang terjadi ini, kemudian dimurnikan dan dikristalisasi, sehingga merupakan serbuk kristal-murni, yang siap di jual di pasar.
  2. SEBELUM bakteri (pada Butir 1) tersebut digunakan untuk proses fermentasi pembuatan MSG, maka terlebih dahulu bakteri tersebut harus diperbanyak (dalam istilah mikrobiologi: dibiakkan atau dikultur) dalam suatu media yang disebut Bactosoytone. Proses pada Butir 2 ini dikenal sebagai proses pembiakan bakteri, dan terpisah sama-sekali (baik ruang maupun waktu) dengan proses pada Butir 1. Setelah bakteri itu tumbuh dan berbiak, maka kemudian bakteri tersebut diambil untuk digunakan sebagai agen-biologik pada proses fermentasi membuat MSG (Proses pada Butir 1).
  3. Bactosoytone sebagai media pertumbuhan bakteri, dibuat tersendiri (oleh Difco Company di AS), dengan cara hidrolisis-enzimatik dari protein kedelai (Soyprotein). Dalam bahasa yang sederhana, protein-kedelai dipecah dengan bantuan enzim sehingga menghasilkan peptida rantai pendek (pepton) yang dinamakan Bactosoytone itu. Enzim yang dipakai pada proses hidrolisis inilah yang disebut Porcine, dan enzim inilah yang diisolasi dari pankreas-babi.
  4. Perlu dijelaskan disini bahwa, enzim Porcine yang digunakan dalam proses pembuatan media Bactosoytone, hanya berfungsi sebagai katalis, artinya enzim tersebut hanya mempengaruhi kecepatan reaksi hidrolisis dari protein kedelai menjadi Bactosoytone, TANPA ikut masuk ke dalam struktur molekul Bactosoytone itu. Jadi Bactosoytone yang diproduksi dari proses hidrolisis-enzimatik itu, JELAS BEBAS dari unsur-unsur babi!!!, selain karena produk Bactosoytone yang terjadi itu mengalami proses “clarification” sebelum dipakai sebagai media pertumbuhan, juga karena memang unsur enzim Porcine ini tidak masuk dalam struktur molekul Bactosoytone, karena Porcine hanya sebagai katalis saja .
  5. Proses clarification yang dimaksud adalah pemisahan enzim Porcine dari Bactosoytone yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan 160oF selama sekurang-kurangnya 5 jam, kemudian dilakukan filtrasi, untuk memisahkan enzim Porcine dari produk Bactosoytone-nya. Filtrat yang sudah bersih ini kemudian diuapkan, dan Bactosoytone yang terjadi diambil.
  6. Perlu dijelaskan disini, bahwa proses pembuatan Media Bactosoytone ini merupakan proses yang terpisah sama sekali dengan proses pembuatan MSG. Media Bactosoytone merupakan suatu media pertumbuhan bakteri, dan dijual di pasar, tidak saja untuk bakteri pembuat MSG, tetapi juga untuk bakteri-bakteri lainnya yang digunakan untuk keperluan pembuatan produk biotek-industri lainnya.
  7. Catatan: nama Bactosoytone merupakan nama dagang, yang dapat diurai sebagai berikut: Bacto adalah nama dagang dari Pabrik pembuatnya (Difco Co); Soy dari asal kata soybean:kedelai, tone, singkatan dari peptone; jadi Bactosoyton artinya pepton kedelai yang dibuat oleh pabrik Difco.
  8. Setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada Media bactosoytone, kemudian dipindahkan ke Media Cair Starter. Media ini sama sekali tidak mengandung bactosoytone. Pada Media Cair Starter ini bakteri berbiak dan tumbuh secara cepat.
  9. Kemudian, bakteri yang telah berbiak ini dimasukkan ke Media Cair Produksi, dimana bakteri ini mulai memproduksi asam glutamat; yang kemudian diubah menjadi MSG. Media Cair Produksi ini juga tidak mengandung bactosoytone.
  10. Perlu dijelaskan disini bahwa bakteri penghasil MSG adalah Brevibacterium lactofermentum atau Corynebacterium glutamicum, adalah bakteri yang hidup dan berkembang pada media air. Jadi bakteri itu termasuk aqueous microorganisms.
  11. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal POM di Jakarta menunjukkan bahwa:
    Bactosoytone tidak terkontaminasi (tidak tercampur) dengan Lemak babi (data Analisis Gas Chromatography); Protein babi (data Analisis HPLC), maupun DNA-babi (data Analisis PCR).
    MSG tidak terkontaminasi (tidak tercampur) dengan: Lemak babi (data Analisis Gas Chromatography); Protein babi (data Analisis HPLC), maupun DNA babi (data Analisis PCR).
  12. Hasil Analisis yang dilakukan di Jepang (Kyoto University) juga menunjukkan bahwa baik MSG maupun Bactosoytone tidak terkontaminasi oleh enzim babi.

KESIMPULAN:
Bactosoytone (dari Difco Co) maupun Produk MSG (Ajino moto), jelas sedikitpun tidak mengandung unsur-unsur babi, baik lemak, protein maupun DNA-babi.

Prof.Dr. Umar Anggara Jenie
Guru Besar Fakultas Farmasi UGM dan
PAU-Bioteknologi-UGM



Penyedap makanan bukan MSG
Meskipun MSG baru ditemukan oleh Dr Ikeda 100 tahun yang lalu, namun bumbu masak yang kaya glutamat ternyata sudah digunakan di zaman kuno dulu. Kecap ikan yang menjadi bumbu wajib di Asia tenggara ternyata sudah dipakai untuk melezatkan makanan oleh orang-orang Yunani dan Romawi 2500 tahun yang lalu. Kecap ikan sangat kaya kandungan glutamat bebasnya, yaitu 1370mg/100g. Di sepanjang Teluk Mediterania dan Laut Hitam ditemukan gerabah-gerabah kuno yang dipakai untuk membuat dan menyimpan kecap ikan oleh penduduk Yunani dan Romawi kuno. Pada masa Yunani kuno kecap ikan dinamakan Garon, sementara pada masa Romawi kuno dinamakan Garum atau Liquamen.

Glutamat dalam makanan dan tubuh
Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Sebagai asam amino, glutamat termasuk dalam kelompok non esensial, yang artinya tubuh mampu memproduksi sendiri. Glutamat ada di setiap mahluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas.

Glutamat sebagai asam amino no-essensial ditemukan pada tahun 1866 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Prof Ritthausen yang berhasil mengisolasinya dari gluten (protein gandum).

Glutamat yang masih terikat dengan asam amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa. Hanya jika glutamat yang dalam bentuk bebas memiliki rasa Umami (gurih). Dengan demikian, semakin tinggi kandungan glutamate bebas dalam suatu makanan, semakin kuat rasa Umaminya.

Kadar glutamat dalam makanan bervariasi tergantung dari macam makanan, kondisi makanan (mentah atau matang) dan proses pengolahannya.

Glutamat bebas dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga untuk memperkuat cita rasa perlu adanya tambahan bumbu-bumbu yang kaya kandungan glutamat bebas.

border="1"
|-
| Makanan sehari-hari
| Glutamat bebas, mg/100g
|-
| Daging Sapi
| 10
|-
| Daging Ayam
| 22
|-
| Scallop
| 140
|-
| Kepiting Salju
| 19
|-
| Kepiting Biru
| 43
|-
| Udang Putih
| 20
|-
| Kol
| 50
|-
| Bayam
| 48
|-
| Tomat
| 246
|-
| Asparagus Hijau
| 49
|-
| Jagung
| 106
|-
| Green Peas
| 106
|-
| BawangBombay
| 51
|-
| Kentang
| 10
|-
| Jamur
| 42

Tomat mentah yang berwarna hijau hanya mengandung 20mg/100g glutamat bebas dan setelah matang meningkat drastis menjadi 246mg/100g. Sementara air susu sapi yang hanya mengandung 1mg/100g glutamat bebas, setelah melalui proses enzimatik, fermentasi dan disimpan selama dua tahun meningkat kandungan glutamat bebasnya menjadi 1680mg/100 sebagai Keju Parmegiana Regiano.

border="1"
|-
| Bumbu Masak Tradisional
| Glutamat bebas, mg/100g
|-
| Kecap Ikan Vietnam
| 1370
|-
| Kecap Ikan Thailand
| 950
|-
| Kecap Asin/Cina
| 926
|-
| Saus Tiram
| 950
|-
| Terasi Segar Indonesia
| 1199
|-
| Keju Parmegiana Regiano
| 1680
|-
| Keju Chedar
| 182

Melalui pelacakan kadar glutamat dalam tubuh yaitu dengan studi radioisotope/bioassay terhadap seseorang berberat badan 70 kg, ternyata tubuh manusia menyimpan glutamat dalam jumlah besar, yaitu 1400 g glutamate bebas dan terikat yang tersimpan dalam berbagai organ tubuh. Dari studi yang sama ternyata tubuh juga harus memproduksi 41 g glutamate bebas setiap hari untuk berbagai proses metabolisme. Jumlah glutamat bebas ini jauh lebih tinggi dari total glutamat yang dikonsumsi oleh manusia (hasil survey terhadap makanan orang Jepang) sebesar 16g orang per hari.

Sebagian besar glutamat dari makanan akan dimetabolisme dan digunakan sebagai sumber energi usus halus. Glutamat ini juga berfungsi untuk pembentukan asam amino lain seperti gluthation, arginin dan proline (Peter J. Reeds et.al.,2000). Jadi sama sekali tidak beralasan anggapan sebagian orang bahwa konsumsi glutamat setiap hari akan menyebabkannya terakumulasi.

Melalui reseptor yang terdapat pada lidah dan lambung, glutamat dari makanan akan menstimulasi otak untuk mendorong lambung dan pankreas memproduksi cairan pencernaan. Akibatnya pencernaan menjadi lebih lancar dan tubuh akan mendapatkan unsur-unsur nutrisi yang diperlukannya setiap hari (A.M. San Gabriel, T. Maekawa, H. Uneyama, S. Yoshie and K. Torii, 2007).

Agar berfungsi dengan baik, otak memerlukan glutamat sebagai neurotransmiter yaitu pembawa pesan dari satu sel syaraf ke sel syaraf lainnya. Otak menghasilkan sendiri glutamat yang diperlukannya dalam jumlah besar. Glutamat dari makanan tidak dapat masuk ke otak akibat mekanisme perlindungan otak yaitu sawar otak.


Masalah-masalah kesehatan yang dihubungkan dengan MSG

Masalah-masalah kesehatan yang dihubungkan dengan MSG kebanyakannya tidak memiliki dasar ilmiah yang baik. Misalnya:

  • Sampai sekarang ada yang percaya MSG menyebabkan syndrom restoran cina (Chinese Restaurant Syndrome) (antara lain rasa haus, pusing, tubuh kejang dan jantung berdebar-debar), pertama kali syndrom ini dicetuskan tidak didasarkan pada sebuah penelitian yang baik secara ilmiah. Syndrom restoran cina semula hanya sebuah tulisan mengenai pengalaman pribadi Dr Kwok tentang syndrom yang dialaminya sehabis makan makanan cina dimana dia menduga penyebabnya mungkin karena kecap, angciu dan garam selain MSG. Berbagai penelitian ilmiah dengan metode yang baik telah membuktikan tidak adanya kaitan antara MSG dengan syndrom restoran cina.
  • MSG dituduh sebagai penyebab makanan snack yang disukai anak-anak menjadi tidak menyehatkan. Tuduhan seperti ini menunjukkan rendahnya pengetahuan MSG dan gizi. Bayi yang baru lahir justru sehat jika hanya mengonsumsi air susu ibu yang mengandung glutamat sangat tinggi, yaitu 50% lebih dari total protein. Kebanyakan snack adalah sumber karbohidrat sedangkan anak-anak sangat memerlukan kecukupan protein untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan tubuh mereka.
  • Karena mengandung natrium, MSG dituduh sebagai pencetus hipertensi. Dari rumus molekulnya maupun analisa laboratorium kita bisa mengetahui kadar natrium dalam MSG, yaitu 12%. Sementara itu garam mengandung 40% natrium atau tiga kali lebih tinggi. Berdasarkan banyak uji rasa yang telah dibuktikan, kadar natrium dalam makanan bisa kita kurangi hingga 40% dengan menambahkan sedikit MSG tanpa mengurangi rasa enak.
  • Rasa enak yang ditimbulkan oleh MSG dituduh sebagai penyebab penggunaan MSG yang berlebihan. Sama seperti pemakaian garam, pemakaian MSG memiliki dosis optimum yaitu 0.2-0.8% dari volume makanan. Penggunaan MSG lebih tinggi dari dosis optimum ini justru dapat mengurangi rasa enak makanan.

Tinjauan ilmiah dalam menilai keamanan MSG

MSG tersusun oleh unsur-unsur nutrisi

MSG terdiri dari 78% glutamat, 12% natrium dan 10% air. Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino pembentuk protein yang terdapat dalam makanan dan tubuh manusia. Demikian juga, natrium terdapat dalam makanan dan tubuh manusia.


Glutamat memainkan peranan fisiologis penting pada tubuh
Lidah dan lambung memiliki reseptor glutamat yang berhubungan dengan sistim syaraf pusat, otak, dan organ pencernaan yaitu lambung dan pankreas. Melalui uji klinis telah dibuktikan, bahwa makanan yang enak karena glutamat, baik dari makanan itu sendiri maupun dari MSG, merangsang produksi cairan pencernaan sehingga daya cerna makanan menjadi lebih baik. Selain itu, glutamat di dalam usus halus berfungsi sebagai sumber tenaga bagi absorpsi unsur-unsur nutrisi kedalam darah. Glutamat memainkan peranan sentral dalam berbagai metabolisme tubuh, antara lain sebagai unsur perantara metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.

Rasa haus yang dirasakan terhadap masakan yang mengandung monosodium glutamat adalah nyata dan bisa dibuktikan sendiri. Jika tubuh bereaksi dengan merasa haus, berarti ada sesuatu yang tidak benar dengan tubuh.



Sumber : Wikipedia, ibnu68.wordpress.com
 
tapi benar ga ya non katanya dalam beberapa merk penyedap rasa terkenal yang beredar di pasaran luas, kandungan MSG-nya sudah melewati batas ambang yang harus dikonsumsi oleh tubuh manusia...
dan kalo ga salah aku pernah baca di salah satu majalah ibukota bahwa, zat MSG ini cukup berbahaya bila di konsumsi dalam jumlah yang banyak...
 
tapi benar ga ya non katanya dalam beberapa merk penyedap rasa terkenal yang beredar di pasaran luas, kandungan MSG-nya sudah melewati batas ambang yang harus dikonsumsi oleh tubuh manusia...
dan kalo ga salah aku pernah baca di salah satu majalah ibukota bahwa, zat MSG ini cukup berbahaya bila di konsumsi dalam jumlah yang banyak...


Untuk berita isu merk-merk MSG tersebut megha kurang tahu den Pale..


Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak tidak menutup kemungkinan akan berdampak gak baik bagi kesehatan karena adanya penumpukan zat tersebut didalam tubuh, menurut anjuran pemakaian dari Prof Dr Ir H Hardinsyah MS, pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor, BPOM Indonesia adalah secukupnya saja sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa. Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan.

Hal yang menyebabkan hal negatif dalam penggunaan MSG karena ada beberapa orang memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu, hal ini sama seperti alergi-alergi beberapa orang terhadap suatu hal tertentu tertentu (alergi seafood, alergi susu, alergi debu, alergi serbuk bunga, alergi bulu kucing-anjing dll). Oleh karena itu MSG mendapatkan cap negatif bagi masyarakat, padahal pada dasarnya MSG sangat membantu manusia dalam proses mencerna makanan secar maksimal. Perkembangan yang lain yang perlu di catat adalah rasa gurih (umami-jepang versi) telah diakui sebagai rasa dasar kelima selain manis, asin, asam dan pahit.

megha kutip dari sini


Pernah bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada melakukan penelitian serius tentang efek MSG. Penelitian ini dibantu oleh Departemen of Mathematical Sciences, Faculty of Business and Technology, University of Western Sydney, Australia. Hasilnya? Sebagaimana dipresentasikan di Italia pada 12-14 Oktober 1998, ternyata tak ditemukan gejala gangguan kesehatan pada orang-orang sehat yang makanannya ditambah MSG sampai tiga gram pada setiap porsinya. Tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan pernapasan pada kelompok sampel orang-orang yang diberi MSG antara 1,5 sampai 3 gram juga tak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan tanpa MSG.

megha kutip dari sini
 
Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak tidak menutup kemungkinan akan berdampak gak baik bagi kesehatan karena adanya penumpukan zat tersebut didalam tubuh, menurut anjuran pemakaian dari Prof Dr Ir H Hardinsyah MS, pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor, BPOM Indonesia adalah secukupnya saja sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa. Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan.

[/URL]

kalau sedikit dan pas memang yang paling enak kok. Contohnya aja : makan es krim satu biji, makan pisang satu buah, minum segelas air, dll.
Pokoknya kalau cukupan, pasti selain enak juga menyehatkan.

Nah lain halnya kalau kebanyakan, coba aja makan soto tapi garamnya satu sendok teh, minum teh hangat gulanya 10 sendok teh, makan siang 4 piring besar.
Kelebihan = penyakit = rakus = tidak baik = berdosa
 
Kalo aku sih Alhamdulillah masih pakai dan akan terus pakai...
Alasannya sepele, ketika aku masih terus mengkonsumsi gula, ya aku bakal tetap mengkonsumsi MSG... :))

Gula dan MSG itu sodara sekandung, kasihan kalo dibeda2kan... Nanti ibu mereka yang namanya air tebu bisa marah lho...



-dipi-
 
Kalo aku sih Alhamdulillah masih pakai dan akan terus pakai...
Alasannya sepele, ketika aku masih terus mengkonsumsi gula, ya aku bakal tetap mengkonsumsi MSG... :))

Gula dan MSG itu sodara sekandung, kasihan kalo dibeda2kan... Nanti ibu mereka yang namanya air tebu bisa marah lho...



-dipi-

Kira-2 menurut non dipi ada gak dampak negatig bila dalam menu masakan menggunakan MSG yang berlebihan?
 
Kira-2 menurut non dipi ada gak dampak negatig bila dalam menu masakan menggunakan MSG yang berlebihan?
Dalam memasak itu keseimbangan bumbu dan bahan masakan itu penting banget lho, Pak guru... Dalam arti semua harus sesuai dengan takarannya, kalo ada satu yang berlebih, masakan itu pasti jadinya nggak enak... Kelebihan garam nggak enak... kelebihan gula nggak enak... kelebihan merica juga nggak enak.. juga dengan kelebihan MSG, jadinya tetep nggak enak...

The bottom line is semua yang berlebihan itu pasti ada dampaknya... Kelebihan gula bisa bikin diabetes, kelebihan garam bisa bikin darah tinggi dll ... Tapi apa lantas kita berhenti mengkonsumsi gula, garam dll itu..? :D


Nah mari kita analisa soal MSG ini secara kimia... MSG itu ada 3 komponen utama yaitu glutamat dengan komposisi di atas 80 persen, 20 persen sisanya adalah Natrium dan Air... Glutamat itu ada terkandung di banyak bahan makanan yang biasa kita makan, Natrium itu adalah unsur utama dari garam yang pasti kita konsumsi tiap hari, sedangkan air nggak perlu kita bahas karena kita pasti tahu betapa kita membutuhkan air... :D

Kalo sudah begitu, jika ingin berhenti mengkonsumsi MSG karena konon katanya bisa menyebabkan ini itu, maka kita juga sudah seharusnya berhenti mengkonsumi banyak bahan makanan yang mengandung glutamat, natrium dan air ... sebutlah kita harus berhenti mengkonsumsi jagung, tomat, gula, terasi, bayam, daging, garam bahkan air... karena tanpa berhenti mengkonsumsi bahan2 makanan itu, walau sudah berhenti mengkonsumsi MSG, itu bakalan useless... :D




-dipi-
 
Dalam memasak itu keseimbangan bumbu dan bahan masakan itu penting banget lho, Pak guru... Dalam arti semua harus sesuai dengan takarannya, kalo ada satu yang berlebih, masakan itu pasti jadinya nggak enak... Kelebihan garam nggak enak... kelebihan gula nggak enak... kelebihan merica juga nggak enak.. juga dengan kelebihan MSG, jadinya tetep nggak enak...

The bottom line is semua yang berlebihan itu pasti ada dampaknya... Kelebihan gula bisa bikin diabetes, kelebihan garam bisa bikin darah tinggi dll ... Tapi apa lantas kita berhenti mengkonsumsi gula, garam dll itu..? :D


Nah mari kita analisa soal MSG ini secara kimia... MSG itu ada 3 komponen utama yaitu glutamat dengan komposisi di atas 80 persen, 20 persen sisanya adalah Natrium dan Air... Glutamat itu ada terkandung di banyak bahan makanan yang biasa kita makan, Natrium itu adalah unsur utama dari garam yang pasti kita konsumsi tiap hari, sedangkan air nggak perlu kita bahas karena kita pasti tahu betapa kita membutuhkan air... :D

Kalo sudah begitu, jika ingin berhenti mengkonsumsi MSG karena konon katanya bisa menyebabkan ini itu, maka kita juga sudah seharusnya berhenti mengkonsumi banyak bahan makanan yang mengandung glutamat, natrium dan air ... sebutlah kita harus berhenti mengkonsumsi jagung, tomat, gula, terasi, bayam, daging, garam bahkan air... karena tanpa berhenti mengkonsumsi bahan2 makanan itu, walau sudah berhenti mengkonsumsi MSG, itu bakalan useless... :D




-dipi-


Nah puas deh dapat penjelasan dari non dipi.. repu deh....
 
Back
Top