Bagi sebagian orang yang tengah berpuasa, ketika matahari sedang terik-teriknya, rasanya lebih nikmat berada di dalam rumah atau berlindung di bawah rimbun pohon. Tapi tidak buat tim sepak bola Persik, Kediri, Jawa Timur. Meski harus menahan haus dan lapar, siang itu mereka tetap bersemangat menjalani latihan rutin di Stadion Brawijaya, Kediri. Maklum, tim Persik harus mempersiapkan diri menghadapi kompetisi Liga Super Indonesia, yang persaingannya bakal makin sengit.
Semangat berlatih juga diperlihatkan kapten kesebelasan, Danilo Fernando, dan sang pelatih Arca Iurie Anatolievici. Padahal, dua warga negara asing itu baru pertama kali ini menjalani puasa di bulan Ramadan. ''Ini puasa pertama aku,'' kata Danilo, ketika ditemui di pinggir lapangan, kepada Gatra dengan bahasa Indonesia yang lumayan fasih.
Danilo adalah mualaf sejak 24 Januari lalu. Meski pemula, Danilo cukup paham cara menjaga stamina tetap bugar di saat puasa. ''Aku bawa enjoy saja, biar tidak mudah lelah saat latihan,'' ujar pria berkewarganegaraan Brasil itu.
Sementara itu, Iurie mengaku, puasa yang dijalaninya pada pekan pertama terasa berat. Sebetulnya pelatih asal Moldova, Eropa Timur, itu sanggup menahan haus dan lapar. Hanya saja, sulit baginya menahan godaan untuk tidak merokok. Bahkan, gara-gara lintingan tembakau bercampur cengkeh itu, Iurie sempat batal puasa. ''Hari pertama, aku hanya kuat sampai siang. Hari kedua sampai sore,'' katanya. ''Tapi, hari ketiga, aku penuh puasanya. Merokoknya setelah buka puasa,'' ia menambahkan.
Danilo dan Iurie adalah dua dari lusinan pemain dan pelatih asing yang ikut meramaikan kompetisi sepak bola nasional paling akbar itu. Para legiun asing --sebutan untuk pemain sepak bola dari negara lain-- itu sengaja diimpor untuk memperkuat tim atau kesebelasan yang menjadi peserta kompetisi. Menariknya, di antara mereka ada yang menjadi mualaf setelah merumput di Indonesia. Selain Danilo dan Iurie tadi, ada Christian Alfaro Gonzales, pemain asal Uruguay yang juga berlaga untuk Persik.
Di kesebelasan lain ada pemain asal Brasil, Antonio Claudio (Persibom, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara), pemain asal Cile, Patricio Jimenez (PSMS, Medan), dan Javier Rocha (Persebaya, Surabaya). Keputusan mereka menjadi mualaf umumnya didorong keinginan sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
''Tidak ada orang yang memaksa saya masuk Islam. Saya menjadi mualaf murni karena keinginan saya sendiri,'' ujar Danilo. Hal yang sama diakui Iurie. "Sebelumnya, aku lahir dan besar sebagai penganut Kristen Ortodoks. Kini aku serius menjadi pemeluk agama Islam. Pilihan ini bukan sekadar main-main," ucap Iurie.
Alasan menjadi mualaf diceritakan Danilo. Awal mula ia tertarik masuk Islam, karena sering melihat rekan-rekan satu timnya sedang menjalankan salat lima waktu. Ketika menyaksikan rekannya menunaikan salat, Danilo merasa ada ajakan kuat dari dalam dirinya agar ikut menjalankan salat. Namun ketika itu dia masih ragu. Hingga akhirnya, ketika berniat mempersunting kekasihnya, Windy Fitriya Marzuki, wanita asal Surabaya, dia dihadapkan dengan satu persyaratan bahwa pernikahan harus dilakukan dalam satu wadah keyakinan. Karena Windy beragama Islam, Danilo pun diminta menjadi mualaf.
Meski mencintai sang kekasih dan berniat menikahinya, syarat pindah agama itu tidak langsung disetujui Danilo. Ia minta waktu untuk berpikir. Hingga pada suatu hari, muncul keyakinan dari Danilo bahwa Islam adalah agama yang bisa membuat hati dan jiwanya jauh lebih tenang. Hal ini juga tidak lepas dari peran Windy, yang selalu memberikan penjelasan mengenai Islam.
Danilo pun menjadi mualaf hanya selang empat hari sebelum mempersunting wanita yang kini menjadi istrinya itu. "Aku baca dua kalimat syahadatnya di Masjid Al-Akbar, Surabaya," ujar Danilo, yang sebelumnya penganut Katolik.