MUNIR AKTIVIS HAM

Riri_1

Member
Munir Said Thalib, S.H. (8 Desember 1965 – 7 September 2004) adalah seorang aktivis hak asasi manusia Indonesia. Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial. Pada saat menumpangi Garuda Indonesia Penerbangan 974 dari Jakarta menuju Amsterdam menggunakan pesawat berjenis 747-400 pada bulan September 2004, ia dibunuh dengan cara diracuni menggunakan arsen. Ia merupakan pemenang Right Livelihood Award pada tahun 2000 bersama tiga orang lainnya.

Munir berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Semasa kuliah, Munir telah aktif di berbagai organisasi, seperti Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia, Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, serta Himpunan Mahasiswa Islam.

Pada 1989, Munir lulus dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan meraih gelar sarjana. Setelah lulus kuliah, Munir menjadi relawan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya. Ia bekerja di Surabaya selama dua tahun, kemudian kembali ke Malang untuk bekerja sebagai kepala pos LBH Surabaya di kota kelahirannya. Setelah itu, Munir menjadi Wakil Ketua Bidang Operasional Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Pada tahun 1996 Munir kemudian mendirikan Koordinator KIP-HAM yang bertujuan untuk memonitor dan advokasi kasus-kasus kekerasan yang dilakukan negara. Koordinator KIP-HAM kemudian berubah nama menjadi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Namun, sejak masuk transisi politik pasca 1998, ruang gerak aktivitas politik Munir menjadi terbatas. Meski begitu, kegesitan Munir membela keadilan HAM membuat para korban tertindas tetap melabuhkan keresahan pada KontraS dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) tempatnya bekerja. Kasus-kasus rumit pun menjadi agenda kerja Munir dan KontraS.

Kasus-kasus yang berdatangan diantaranya penembakan mahasiswa di Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II, Tragedi Mei (1998), Kasus Tanjung Priok (1984), Kasus Talangsari (1989), kasus Timor Timur pasca referendum 1999, DOM Aceh dan Papua, kerusuhan di Maluku, kalimantan, dan Poso. Sebelumnya, pada 1993 Munir juga menggarap kasus seorang buruh wanita yang dibunuh karena meminta kenaikan upah bernama Marsinah.

Advokasi Munir bersama KontraS pun membawa pengaruh besar dalam sistem sejarah politik militer Indonesia. Advokasinya atas penculikan aktivis mahasiswa berhasil melengserkan tiga perwira penting militer Kopassus, di antaranya Letjen Prabowo Subianto, Mayjen Muchdi PR, dan Kolonel Chairawan.

Pencopotan tiga perwira ini kemudian menjadi peristiwa yang menggegerkan sepanjang sejarah politik militer Indonesia. Pasalnya, sudah menjadi rahasia umum bila insiden politik tidak akan terungkap. Namun, Munir sebagai salah satu aktor berhasil menguak kasus sebuah institusi militer ini.

Sederetan kasus semena-mena oleh negara yang berhasil diungkap Munir pada akhirnya memunculkan sejumlah 'musuh' baginya. Terlebih lagi orang-orang yang harus dia hadapi masih berada dalam lingkar kekuasaan menduduki posisi formal negara.

Meski begitu, Munir dengan tegas tetap menjunjung tinggi HAM. Bahkan dia berupaya memperbaharui pengetahuannya tentang dunia HAM secara lebih mendalam. Dia memutuskan melanjutkan kuliah S2 di Belanda.

Ketika boarding salah seorang kru bernama Pollycarpus Budihari Priyanto menghampiri dan menawarkan Munir duduk di kursi kelas bisnis. Meski Munir mulanya menolak tawaran itu, ia pada akhirnya tetap duduk di kursi 3K kelas bisnis pesawat garuda.

Pada perjalanan dari Singapura ke Amsterdam, Munir meninggalkan kelas bisnis dan duduk di kelas ekonomi kursi 40G. Setelahnya Munir terlihat menuju toilet dan dua jam kemudian mendatangi pramugara untuk dipertemukan dengan dokter Tarmizi yang ada di kelas bisnis.

Setelah bertemu, Munir mengeluh sudah muntah dan buang air besar sebanyak 6 kali. Munir pun ditangani oleh dokter Tarmizi namun masih muntah dan buang air besar berkali-kali. Dokter Tarmizi kemudian menyuntikkan obat sehingga Munir menjadi tenang.

Lalu pada pukul 04.05 atau sekitar 2 jam sebelum mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam, Munir dinyatakan meninggal ketika pesawat Garuda GA-974 diperkirakan berada di atas Rumania.

sumber: WikiPedia, Kompas.com
 

Attachments

  • images (7).jpeg
    images (7).jpeg
    19.4 KB · Views: 0
Back
Top