Megha
New member
MUTIARA-MUTIARA YG TERSEMBUNYI
Ada seseorang laki-laki yang awam mengatakan, “Kenapa sih para perempuan berpakaian seperti itu, sudah tebal, gelap, tertutup semuanya lagi tidak kepanasan apa, buat risih yang melihatnya..!” ada lagi perempuan yang awam juga mengatakan, “Huh! Sok banget pakai pakaian seperti itu, muna! Padahal hatinya sama saja busuk juga! Pakaian itu Cuma buat kedok saja!” dan banyak lagi perkataan lainnya yang sering penulis dengar dari mulut mereka yang tidak memahami hukum-hukum dalam agamanya. Sungguh penulis merasakan kombinasi perasaan antara kasihan dan sedih mendengar perkataan-perkataan seperti ini.
Dengan memohon ampun kepada Allah Ta’ala dan mendoakan kebaikan bagi mereka yang masih awam penulis menjawab, “Wahai saudaraku! Mereka ini seperti mutiara-mutiara tengah pasir!” Mereka bertanya, “Maksud anda apa? Apakah kami ini pasir-pasirnya?” Penulis menjawab, “Benar, keutamaan perempuan yang berpakaian gamis tebal itu bagaikan mutiara di antara pasir, di tengah-tengah kalian!” mereka kembali bertanya, “Kenapa bisa begitu?” Penulis menjawab, “Karena keutamaan mereka di hadapan Allah Ta’ala, karena keridhaan mereka terhadap syari’at Allah Ta’ala, karena kesungguhan mereka dalam menjaga kehormatan mereka di hadapan manusia!”
Dari merekalah akan terdidik generasi-generasi muda Islam yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala, dari merekalah akan kita harapkan anak-anak kita menjadi shalih dan shalihah, maka jika engkau mengambil mutiara itu dan membawanya kerumahmu, maka akan engkau dapati dia adalah hal yang terindah dalam rumahmu. Dari wanita shalihah seperti ini engkau bisa berbagi sedih dan ceria maka dapatilah dia sebagai teman terbaik dalam hidupmu..
Wanita shalihah juga mampu tampil sebagai gurumu dalam mempelajari ilmu-ilmu agama yang syar’i, sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tampilah dia sebagai guru yang penuk kasih sayang..
Inilah sosok putri Sa’id bin Musayyib manakala suaminya datang kepadanya, suaminya (Abu Wida’ah) adalah salah seorang murid dari ayahnya sendiri. Saat menjelang waktu Subuh, suaminya mengambil sorbannya karena hendak keluar. Sang istri pun bertanya kepadanya, “Mau kemanakah engkau?” Abu Wida’ah menjawab, “Aku hendak pergi ke majelis Sa’id untuk menuntut ilmu,” Lalu sang istri itu berkata, “Duduklah, aku akan mengajarkan ilmu Sa’id kepadamu.” [Al-Madkhol, Imam Ibnul Hajj (1/215)]
Duhai alangkah indah dan mulianya majelis ini, ketika seorang istri yang shalihah lagi faqih mengajarkan ilmu agama kepada suaminya yang tekun menuntut ilmu, semoga Allah merahmati suami istri yang selalu bersama berusaha memperbaiki diri dan keluarga untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala. Jika majelis-majelis seperti ini selalu ada dalam rumah tangga kaum muslimin maka darimanakah keburukan itu bisa bermula? Maka mutiara-mutiara itu selalu menjadi impian bagi laki-laki yang shalih, mutiara-mutiara yang begitu bersih, bercahaya seperti mentari pagi yang menghangatkan bumi ini... dan mutiara-mutiara itu tersebunyi ... di balik hijabnya.
Inilah kisah sebuah mutiara lain yang tersembunyi dan berkilau di antara pasir-pasir manusia, “Seseorang membacakan Kitab Al-Muwaththo’ kepada Imam Malik rahimahullah. (Sedangkan Putri Imam Malik berada di balik pintu untuk mendengarkan bacaan itu), apabila bacaan si pembaca itu keliru, atau ia menambahi atau mengurangi bacaan tersebut, maka putri Imam Malik langsung mengetuk dari balik pintu. Lalu ayahnya (Imam Malik) berkata kepada si pembaca, “Ulangilah, karena bacaanmu keliru.” Si pembaca pun mengulanginya, maka ia menemui kekeliruannya tersebut.” [Al madkhol (1/215)]
Maka wanita-wanita shalihah yang menjadi lautan ilmu ini membasahi kekeringan bagi manusia-manusia yang merindukan ilmu syar’i, mereka termasuk dalam barisan wanita-wanita ahli ilmu yang namanya harum dalam sejarah manusia, harum semerbak tanpa menimbulkan fitnah, memukau hati dan jiwa..
‘Amroh adalah seorang wanita dari kaum Anshar, dari Bani Najjar, dari Madinah, seorang wanita yang faqih, belajar dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan merupakan murid ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ayyub bin Suwaid meriwayatkan dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Al-Qosim bin Muhammad bahwa beliau berkata kepadaku, “Wahai anak muda! Aku melihat engkau sangat senang menuntut ilmu, maukah engkau aku beritahu sumber ilmu yang banyak?” Aku menjawab, “Tentu saja aku mau.” Dia berkata lagi, “Datangilah ‘Amroh, karena ia berada dalam bimbingan langsung ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.” Kemudian dia melanjutkan, “Lalu aku pun mendatanginya dan aku mendapatkan ilmu yang banyak darinya.” [Siyar A’lami ‘n-Nubala’ (4/507-508)]
Wahai saudaraku ikhwani fillah, wahai laki-laki yang mengharapkan keselamatan dan keindahan dalam rumah tangganya, mutiara-mutiara ini tersembunyi dari pandangan manusia, indah berkilau di rumah mereka tak tersentuh pandangan-pandangan kotor laki-laki yang memiliki penyakit dalam hatinya. Mutiara ini teramat mahal dan tak ternilai harganya, mereka adalah perhiasan terindah di dunia ini.
Mutiara-mutiara ini tidak akan tertarik dengan keindahan dunia yang engkau miliki, harta yang berlimpah tidak menyilaukan matanya, wajah yang rupawan bukanlah impiannya, kedudukan dan jabatan tak pernah menjadi tujuannya, hanya seorang laki-laki sederhana yang shalih, seorang penuntut ilmu yang tak pernah letih dalam usahanya, dan seorang lelaki yang merindukan jannah yang kelak akan mampu mengisi hari-hari mutiara-mutiara ini.
Jika engkau ingin mendapatkan mutiara ini wahai saudaraku! Maka jadikanlah dirimu layak untuk mendapatkannya, bukan dengan harta berlimpah dan kedudukan yang tinggi, namun uluran tangan menuju kepada keridhaan Allah Ta’ala yang mampu membawanya dengan ikhlas dan rela, yang mampu melindungi kilauannya dari pandangan jahat manusia, yang mampu merawat kilauannya hingga akhirnnya, mutiara ini merindukan kehidupan sederhana yang diisi dengan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah mutiara yang tersembunyi dalam hijab tebal dan gelap, tersembunyi hingga engkau yang shalih kelak diizinkan membawanya...
Wallahu a’lam bish showab
Dari kakanda Iqbal Abu Umar