Megha
New member
Tanaman buruk rupa ini mulai populer 1-2 tahun terkhir di Indonesia. Semula ia hanya sebuah pohon buruk rupa yang tidak dilirik, namun setelah "Dipoles" dalam kemasan menarik (dipotkan, dibuat kompak) si "buruk rupa" ini berubah menjadi "putri cantik."
Meski begitu, bukan berarti mengoleksi si kantong beruk ini tanpa kendala. Beberapa orang yang pernah saya tanyai mengaku sempat berhenti mengoleksi nephentes karena ketakung yang yang didapatnya mati setelah dirawat selama 2 bulan, kemungkinan karena tanaman ini terbiasa hidup didaerah dataran tinggi dan tak sanggup beradaptasi secara tiba-tiba begitu saja (didataran rendah), apalagi dikota.
Tanaman asal hutan itu pun sulit diperbanyak. Pengalaman seorang pengoleksi Nephentes, 90% setek nephentes hutan mati. Diduga media tidak tepat dan kelembapan kurang jadi penyebab. Nephentes ternyata menyukai media bersifat asam dan porous. Pengalaman Ir.Uhan Suharlan yang saya kutip dari majalah Trubus mengatakan ia pernah menggunakan media moss. Namun tanaman justru membusuk, moss terlalu basah untuk digunakan nurseri di Cangkuang, kabupaten bandung. apalagi setiap pagi dan sore hari kantong beruk disiram layaknya merawat tanaman biasa.
Perkara tanaman mesti dipupuk atau tidak pun sempat jadi kontroversi. Tapi sejauh yang banyak orang lakukan, mereka lebih suka mencemplungkan semut dan serangga lain daripada memberi pupuk, mengikuti "pola makan" nephentes di alam. Namun sebagian pengoleksi nephentes (juga) memberikan pupuk, hanya saja dengan dosis yang sangat ringan.
Nephentes ternyata bukan hanya sekedar tanaman Unik penyimpan uang, tetapi juga menyimpan energi positif dari ilmu Feng Shui.