Kalina
Moderator
THE DOOR menjadi salah satu kandidat film pendek terbaik Academy Awards Ke-82. Film tersebut sangat istimewa. Selain ceritanya bagus, syuting dilakukan di Pripyat, kota mati tempat Chernobyl meledak pada 1986.
Komidi putar raksasa di taman kota itu berdiri tegak dan menjadi sebuah ironi. Komidi putar tersebut baru saja selesai dibangun dan rencananya diresmikan pada 27 April 1986. Celakanya, sehari sebelumnya, reaktor nuklir Uni Soviet di tempat itu, Chernobyl, meledak. Kala itu dunia kali pertama melihat bencana radioaktif terbesar yang pernah ada.
Foto komidi putar yang terlihat muram di sebuah kota mati bernama Pripyat (kini berada di Ukraina, negara pecahan Uni Soviet) itulah yang menginspirasi Juanita Wilson, sutradara The Door, untuk mengambil lokasi syuting di sana.
Dikutip dari BBC, awalnya Wilson berencana membuat film itu di Minsk, ibu kota Belarusia. Namun, foto muram komidi putar raksasa di Pripyat tersebut langsung membuat perempuan yang baru kali pertama menjalani karir sutradara itu mengubah rencana. "Syukurlah niat tersebut berjalan mulus. Kami mendapatkan izin dari Dewan Film Irlandia untuk syuting di sana," papar perempuan asal Irlandia itu.
Tak mudah bagi Wilson dan krunya bisa syuting di Pripyat. "Banyak izin yang harus diurus dan kami juga harus menandatangani seabrek persyaratan. Sampai-sampai, kami di-scan dengan scanner Geiger (detektor radioaktif, Red)," ucapnya.
Kendati akhirnya mereka bisa mendapatkan izin, tidak berarti pelaksanaan syuting mudah. Di tempat berbahaya itu Wilson dan krunya hanya memperoleh izin masuk selama tiga jam. "Jadi, setelah menunggu selama enam bulan untuk berbagai proses, kami harus menyelesaikan semua syuting dalam tiga jam saja," tuturnya.
Tak heran, di lokasi, begitu Wilson berteriak "Action! Okay! Next shot...", semua kru langsung sigap menjalankan peran tanpa banyak kata. "Kalau bisa, syuting langsung jadi dalam satu take," tambahnya.
Selama syuting, Wilson dan kru harus menggunakan pakaian khusus yang langsung dibuang setelah itu. Mereka tidak diperkenankan memegang apa pun. "Kami boleh bawa motor ke dalam, tapi harus meninggalkannya di sana. Takut membawa radioaktif ke luar."
Masuk ke dalam sebuah daerah dengan tingkat radiasi tertinggi di dunia tentu saja merupakan hal yang tak akan dilakukan oleh orang dengan "pikiran sehat". Tapi, Wilson berhasil melakukannya tanpa ketakutan sedikit pun. "Saya bisa memahami kekhawatiran orang. Tapi, begitu masuk di sana, rasa yang mendominasi justru excited dan naif, bukan takut," ucapnya.
Komidi putar raksasa di taman kota itu berdiri tegak dan menjadi sebuah ironi. Komidi putar tersebut baru saja selesai dibangun dan rencananya diresmikan pada 27 April 1986. Celakanya, sehari sebelumnya, reaktor nuklir Uni Soviet di tempat itu, Chernobyl, meledak. Kala itu dunia kali pertama melihat bencana radioaktif terbesar yang pernah ada.
Foto komidi putar yang terlihat muram di sebuah kota mati bernama Pripyat (kini berada di Ukraina, negara pecahan Uni Soviet) itulah yang menginspirasi Juanita Wilson, sutradara The Door, untuk mengambil lokasi syuting di sana.
Dikutip dari BBC, awalnya Wilson berencana membuat film itu di Minsk, ibu kota Belarusia. Namun, foto muram komidi putar raksasa di Pripyat tersebut langsung membuat perempuan yang baru kali pertama menjalani karir sutradara itu mengubah rencana. "Syukurlah niat tersebut berjalan mulus. Kami mendapatkan izin dari Dewan Film Irlandia untuk syuting di sana," papar perempuan asal Irlandia itu.
Tak mudah bagi Wilson dan krunya bisa syuting di Pripyat. "Banyak izin yang harus diurus dan kami juga harus menandatangani seabrek persyaratan. Sampai-sampai, kami di-scan dengan scanner Geiger (detektor radioaktif, Red)," ucapnya.
Kendati akhirnya mereka bisa mendapatkan izin, tidak berarti pelaksanaan syuting mudah. Di tempat berbahaya itu Wilson dan krunya hanya memperoleh izin masuk selama tiga jam. "Jadi, setelah menunggu selama enam bulan untuk berbagai proses, kami harus menyelesaikan semua syuting dalam tiga jam saja," tuturnya.
Tak heran, di lokasi, begitu Wilson berteriak "Action! Okay! Next shot...", semua kru langsung sigap menjalankan peran tanpa banyak kata. "Kalau bisa, syuting langsung jadi dalam satu take," tambahnya.
Selama syuting, Wilson dan kru harus menggunakan pakaian khusus yang langsung dibuang setelah itu. Mereka tidak diperkenankan memegang apa pun. "Kami boleh bawa motor ke dalam, tapi harus meninggalkannya di sana. Takut membawa radioaktif ke luar."
Masuk ke dalam sebuah daerah dengan tingkat radiasi tertinggi di dunia tentu saja merupakan hal yang tak akan dilakukan oleh orang dengan "pikiran sehat". Tapi, Wilson berhasil melakukannya tanpa ketakutan sedikit pun. "Saya bisa memahami kekhawatiran orang. Tapi, begitu masuk di sana, rasa yang mendominasi justru excited dan naif, bukan takut," ucapnya.