elbar
New member
Satu jenis ngengat yang hidup di hutan tropis Kosta Rika memiliki cara ampuh menghindari serangan predatornya. Kupu-kupu malam yang memiliki sisik mengkilap seperti permukaan logam itu meniru gaya seekor laba-laba pelompat agar bisa selamat.
Ngengat Brenthia hexaselena dari marga Brenthia tersebut akan membentangkan sayap bagian belakangnya dan mengangkat sayap depannya dengan sudut tertentu saat hinggap di tanah, daun, atau pepohonan. Dengan posisi seperti itu, dari depan ia terlihat seperti seekor laba-laba pelompat.
Trik yang diperlihatkan ngengat pertama kali diketahui Jadranka Rota, mahasiswa biologi di Universitas Connecticut, AS saat melakukan pengamatan di hutan Kosta Rika. Ia melihat ada keunikan perilaku serangga yang aktif pada malam hari itu. Selain mengatur posisi sayapnya, ngengat juga melompat-lompat sehingga sangat mirip dengan perilaku laba-labat.
"Hal tersebut umumnya menyelamatkan hidupnya," ujar Rota, yang melaporkan temuannya bersama pembimbingnya David Wagner dalam jurnal online terbuka Public Library of Science (PLoS) ONE. Sebagai predator, laba-laba dikenal memiliki kemampuan menyerang sangat cepat mangsa yang ada di dekatnya. Maka, dengan bergaya seperti laba-laba, negnegat punya waktu cukup banyak untuk menghindari serangan.
Mimikri
Wagner yakin bahwa yang dilakukan ngengat Brachia tergolong perilaku mimikri. Perilaku meniru bentuk tubuh atau warna untuk menyamar merupakan trik alami yang umum dilakukan beberapa jenis hewan. Umumnya hal tersebut memang dilakukan untuk menghindari predator. Penelitian Eric Green dari Universitas Montana yang dimuat di jurnal Science pada tahun 1987 menunjukkan bahwa lalat juga meniru perilaku laba-laba pelompat.
Untuk memastikannya, Wagner dan Rota menghadapkan tiruan ngengat yang tengah meniru gaya laba-laba dan negngat dalam bentuk biasa kepada laba-laba di laboratorium. Ketika ngengat dalam bentuk normal yang disodorkan, laba-laba menyerang 62 persen calon mangsanya. Sedangkan, saat dihadapkan tiruan ngengat yang bermimikri, laba-laba hanya menyerang 6 persen sosok mangsanya itu.
Selain itu. laba-laba juga terlihat menunjukkan sikap penguasaan teritorial kepada 36 persen tiruan ngengat yang bermimikri. Bahkan, dalam 11 kali percobaan, laba-laba tersebut sampai terlihat menjauhinya. Rota dan Wagnet menyimpulkan bahwa mimikri yang dilakukan ngengat kadangkala sangat berhasil sampai membuat predatornya takut.
Perilaku yang diperlihatkan ngengat, menurut para peneliti, merupakan bentuk evolusi sebagai hasil interaksi vertikal dengan predatornya. "Laba-laba pelompat kelihatannya berperan penting dalam mendorong seleksi; mereka membentuk evolusi serangga tersebut," tandas Rota.
Ngengat Brenthia hexaselena dari marga Brenthia tersebut akan membentangkan sayap bagian belakangnya dan mengangkat sayap depannya dengan sudut tertentu saat hinggap di tanah, daun, atau pepohonan. Dengan posisi seperti itu, dari depan ia terlihat seperti seekor laba-laba pelompat.
Trik yang diperlihatkan ngengat pertama kali diketahui Jadranka Rota, mahasiswa biologi di Universitas Connecticut, AS saat melakukan pengamatan di hutan Kosta Rika. Ia melihat ada keunikan perilaku serangga yang aktif pada malam hari itu. Selain mengatur posisi sayapnya, ngengat juga melompat-lompat sehingga sangat mirip dengan perilaku laba-labat.
"Hal tersebut umumnya menyelamatkan hidupnya," ujar Rota, yang melaporkan temuannya bersama pembimbingnya David Wagner dalam jurnal online terbuka Public Library of Science (PLoS) ONE. Sebagai predator, laba-laba dikenal memiliki kemampuan menyerang sangat cepat mangsa yang ada di dekatnya. Maka, dengan bergaya seperti laba-laba, negnegat punya waktu cukup banyak untuk menghindari serangan.
Mimikri
Wagner yakin bahwa yang dilakukan ngengat Brachia tergolong perilaku mimikri. Perilaku meniru bentuk tubuh atau warna untuk menyamar merupakan trik alami yang umum dilakukan beberapa jenis hewan. Umumnya hal tersebut memang dilakukan untuk menghindari predator. Penelitian Eric Green dari Universitas Montana yang dimuat di jurnal Science pada tahun 1987 menunjukkan bahwa lalat juga meniru perilaku laba-laba pelompat.
Untuk memastikannya, Wagner dan Rota menghadapkan tiruan ngengat yang tengah meniru gaya laba-laba dan negngat dalam bentuk biasa kepada laba-laba di laboratorium. Ketika ngengat dalam bentuk normal yang disodorkan, laba-laba menyerang 62 persen calon mangsanya. Sedangkan, saat dihadapkan tiruan ngengat yang bermimikri, laba-laba hanya menyerang 6 persen sosok mangsanya itu.
Selain itu. laba-laba juga terlihat menunjukkan sikap penguasaan teritorial kepada 36 persen tiruan ngengat yang bermimikri. Bahkan, dalam 11 kali percobaan, laba-laba tersebut sampai terlihat menjauhinya. Rota dan Wagnet menyimpulkan bahwa mimikri yang dilakukan ngengat kadangkala sangat berhasil sampai membuat predatornya takut.
Perilaku yang diperlihatkan ngengat, menurut para peneliti, merupakan bentuk evolusi sebagai hasil interaksi vertikal dengan predatornya. "Laba-laba pelompat kelihatannya berperan penting dalam mendorong seleksi; mereka membentuk evolusi serangga tersebut," tandas Rota.