rio_dasreich
New member
Halaman pembuka dan tempat saya berterimakasih adalah sisi dimana saya bisa mengekspresikan diri dengan luas tanpa harus terbentur oleh tema dan outline tentang apa yang saya harus tuliskan. Pak Wahyudi Eko mengajarkanku untuk mengisi halaman ini dengan ucapan terimakasih dan kesan serta pesan selama penulisan novel ini.
Selama tiga tahun saya mencoba bakat saya sebagai penulis tetapi tidak pernah berhasil dan selalu berakhir ditempat sampah ataupun recycle bin ataupun hanya menjadi bit-bit kode tidak berarti dalam sela-sela pita magnetis hard disk.
Pertama kali tentu saja pada Allah yang mahakuasa dan hanya dalam kemurahan hatinya saya memiliki kemampuan dan tenaga untuk menulis. Mamah, Papah yang sama sekali tidak aware dengan kemampuanku. Christyn Nathalya yang dengan sukes memaksaku mencari kesalahan yang tak pernah ada. Satria Azizi yang mau membaca dan mengomentari semua muntahan kata tanpa makna yang terbentuk menjadi novel ini.
Yang kedua adalah bagi para perempuan yang selalu menginspirasiku. Perempuan adalah sumber inspirasi tanpa batas yang mau menawari pria daya hidup dan kelembutan. Sista yang selalu mengajakku berperang. Nabila yang setia melawanku berdebat mengenai alif, ba, ta kompleksitas hidup. Betharia sang Kompanion, seorang Komprador setia dan inspiratorku dalam hidup. Raisa sebagai perempuan pertama yang membaca tulisanku. Dan Angelica Martha Pieters, seorang anak kecil yang perjuangan dan bakatnya selalu aku kagumi.
Para pria, sahabat dan Kameradku. Pertama adalah Muhammad Rizky, seorang bajingan jenius yang jadi temanku baik saat aku sulit dan senang. Muhammad Rismananda dan Nanda Trisnadi, para pria yang mengajari aku sulitnya menghadapi perempuan. Satria Azizi dan Satria Kelana Putra, orang-orang baik dengan hati yang tulus. Cybertendo untuk kritik pedasnya, bung Dragonlance untuk literaturnya, bung Bluerider untuk semua ajarannya mengenai kerasnya hidup.
Terakhir kali untuk para perempuan yang kujadikan model tokohku. Aku minta maaf mungkin tak pernah bisa menggambarkan kalian seakurat mungkin, tetapi hanya dari semua kekurangan dan sisi cemerlang kalianlah cerita ini bisa berjalan.
Wendy Afiana Wilson, berterimakasihlah pada Tuhan yang memberimu layout yang baik. Syarafina Raihan, jalan pikiranmu sungguh indah, meskipun naif. Si Sista (lagi) kudoakan jadi orang yang cerdas di otak dan juga memiliki hati yang sebaik seorang Santo. Raisa, maaf aku Cuma pinjam nama dan deskripsi, wadah pemikiranmu masih terlalu dalam untuk kugali. Nabila, kau bisa menjadi prajurit yang baik. Dan untuk orang yang tak pernah kukenal tetapi hanya bisa kupinjam namanya. Tirani Dwitasari, sori, aku makai namamu tanpa izin, tapi aku percaya Tirani yang disini pasti berbeda dengan dirimu yang sebenarnya.
Selama tiga tahun saya mencoba bakat saya sebagai penulis tetapi tidak pernah berhasil dan selalu berakhir ditempat sampah ataupun recycle bin ataupun hanya menjadi bit-bit kode tidak berarti dalam sela-sela pita magnetis hard disk.
Pertama kali tentu saja pada Allah yang mahakuasa dan hanya dalam kemurahan hatinya saya memiliki kemampuan dan tenaga untuk menulis. Mamah, Papah yang sama sekali tidak aware dengan kemampuanku. Christyn Nathalya yang dengan sukes memaksaku mencari kesalahan yang tak pernah ada. Satria Azizi yang mau membaca dan mengomentari semua muntahan kata tanpa makna yang terbentuk menjadi novel ini.
Yang kedua adalah bagi para perempuan yang selalu menginspirasiku. Perempuan adalah sumber inspirasi tanpa batas yang mau menawari pria daya hidup dan kelembutan. Sista yang selalu mengajakku berperang. Nabila yang setia melawanku berdebat mengenai alif, ba, ta kompleksitas hidup. Betharia sang Kompanion, seorang Komprador setia dan inspiratorku dalam hidup. Raisa sebagai perempuan pertama yang membaca tulisanku. Dan Angelica Martha Pieters, seorang anak kecil yang perjuangan dan bakatnya selalu aku kagumi.
Para pria, sahabat dan Kameradku. Pertama adalah Muhammad Rizky, seorang bajingan jenius yang jadi temanku baik saat aku sulit dan senang. Muhammad Rismananda dan Nanda Trisnadi, para pria yang mengajari aku sulitnya menghadapi perempuan. Satria Azizi dan Satria Kelana Putra, orang-orang baik dengan hati yang tulus. Cybertendo untuk kritik pedasnya, bung Dragonlance untuk literaturnya, bung Bluerider untuk semua ajarannya mengenai kerasnya hidup.
Terakhir kali untuk para perempuan yang kujadikan model tokohku. Aku minta maaf mungkin tak pernah bisa menggambarkan kalian seakurat mungkin, tetapi hanya dari semua kekurangan dan sisi cemerlang kalianlah cerita ini bisa berjalan.
Wendy Afiana Wilson, berterimakasihlah pada Tuhan yang memberimu layout yang baik. Syarafina Raihan, jalan pikiranmu sungguh indah, meskipun naif. Si Sista (lagi) kudoakan jadi orang yang cerdas di otak dan juga memiliki hati yang sebaik seorang Santo. Raisa, maaf aku Cuma pinjam nama dan deskripsi, wadah pemikiranmu masih terlalu dalam untuk kugali. Nabila, kau bisa menjadi prajurit yang baik. Dan untuk orang yang tak pernah kukenal tetapi hanya bisa kupinjam namanya. Tirani Dwitasari, sori, aku makai namamu tanpa izin, tapi aku percaya Tirani yang disini pasti berbeda dengan dirimu yang sebenarnya.