fajarsany
New member
Seorang laki-laki berusia sekitar 18 tahunan berjalan cepat menuju sebuah rumah kontrakan yang berukuran kecil. Wajahnya tampak sedikit tegang.
Setelah mengetok pintu rumah, seorang laki-laki menyambut sambil menjabat tangannya, “Aha, kamu pasti Danur itu, selamat datang di kelompok ini. Mari masuk, kita mengobrol di dalam.”
Lelaki tersebut menyalakan sebatang rokok sambil menawarkannya pada Danur.
“Terimakasih master Geri.” Kata Danur sambil menerima rokok tersebut.
“Aku tahu kamu sudah banyak mendengar tentang kami, dan aku pun sudah mengetahui tentang dirimu, pengalamanmu sebelumnya lumayan, jadi malam ini kita langsung kerja. Semoga kamu menjadi pengganti yang baik.”
“Siap!” Jawab Danur.
“Sebelum kita berangkat, minum dulu ini, untuk memperlancar,” kata Geri sambil menyodorkan satu bungkus plastik yang berisi pil-pil berwarna putih, “dan simpan saja motormu disini.”
Tengah malam itu, mereka berdua berboncengan mengendarai sepeda motor, menyusuri jalanan kota yang gelap.
Mereka sampai di sebuah jalan yang sepi dan minim penerangan. Di sebelah kanan terdapat sungai yang cukup besar, dan pinggiran jalan tersebut dipenuhi rerumputan yang tinggi.
“Itu dia, kita dapat mangsa.” Kata Geri menunjuk ke seorang pengendara sepeda motor perempuan yang sendirian melintasi jalan tersebut. Dari pakaiannya terlihat seperti pegawai Bank.
Geri turun dari sepeda motornya dan memberikannya pada Danur. Dia mengawasi Danur dari pinggir jalan.
Suara sepeda motor Geri yang lebih halus, membuat perempuan tersebut tidak menyadari kalau Danur sedang membuntutinya.
Pipa besi dipukulkan ke tangan kanan perempuan tersebut, dia langsung terjatuh. Mencoba berteriak, Danur langsung membekapnya, kemudian memukul kembali kedua tangan dan kakinya, membuatnya lumpuh sementara.
Danur menyeretnya ke samping jalan, menyembunyikannya di semak-semak.
Geri segera datang dan mengambil sepeda motor milik perempuan tersebut, “Ambil tasnya, cepat!”
Danur berhasil mengambil uang senilai 200 ribu Rupiah dan sebuah ponsel. Setelah itu dengan cepat mereka pergi menuju kegelapan malam.
Kembali di rumah kontrakan tadi.
“Tidak buruk bung, 200 ribu dan sebuah ponsel,” kata Geri sambil menghisap rokoknya dalam-dalam, “tadi kamu apakan dia, sepertinya perempuan itu masih hidup.”
“Hanya memukul untuk membuatnya lumpuh sementara. Aku juga membekapnya, dengan sedikit cekikan di lehernya supaya dia tidak sadarkan diri.” Jawab Danur.
Mereka berdua melakukan pesta kecil-kecilan merayakan keberhasilan kerja malam itu dengan membeli minuman keras, rokok, dan kacang rebus.
Sebulan berlalu, mereka berdua telah pindah ke kota tetangga.
Di rumah kontrakan barunya, Geri memperkenalkan seseorang yang belum pernah Danur kenal, “Danur, kita kedatangan anggota baru, dia sudah cukup berpengalaman, namanya Raga.”
Danur dan Raga saling bersalaman.
“Seperti ketika pertama kali Danur bergabung denganku, maka malam ini juga kita langsung kerja. Raga, aku dan Danur akan mengawasimu, tapi nanti Danur yang akan mengambil motornya.” Kata Geri.
“Dimengerti.” Jawab Raga.
Sebelum mereka bertiga mulai meluncur, seperti biasanya, Geri mengeluarkan sebungkus plastik yang berisi pil-pil berwarna putih, “Semoga kita menjadi tim yang solid,” katanya, “dan mari kita namai kerja malam ini dengan nama Operasi Vampir, hehehe... keren kan?”
Raga mengendarai sepeda motornya sendiri, sedangkan Danur dan Geri berboncengan.
Di sebuah jalan belakang gedung sekolah, mereka menemukan pengendara sepeda motor yang berboncengan, laki-laki dan perempuan.
“Pulang kencan tengah malam seperti ini, menggiurkan sekali,” kata Geri, “Raga, ayo!”
Raga segera memepetnya, lelaki yang mengendarainya bereaksi dengan memacu motornya lebih cepat. Raga mengeluarkan sebilah pedang Katana-nya, kemudian dia sabet ke tangan kanan lelaki tersebut. Tak cukup disitu, dia menusukkan pedangnya ke arah perut kanan.
“Sadis sekali, sepertinya dia tidak pernah berbelas kasihan dengan mangsanya.” Kata Geri.
Setelah terjatuh, lelaki tersebut berusaha berteriak memanggil pertolongan, tapi Raga langsung membekap dan menusukkan pedangnya ke perut kiri.
Perempuan yang diboncengnya segera bangkit dan mencoba lari. Refleks, Raga menyabet kakinya hingga terjatuh, kemudian menusukkan pedangnya ke punggung sambil menginjak kepalanya, membuat perempuan tersebut tidak bisa berteriak. Pedang Raga penuh dengan darah segar.
“Ayo cepat bergerak Dan!” Kata Geri pada Danur.
Setelah Raga mengambil beberapa barang-barang berharga, Danur datang. Namun sebelum mengambil sepeda motornya, dia penasaran dengan kedua mangsa mereka malam itu yang sedang sekarat.
“Begitu buasnya, akupun belum pernah sampai membunuh.” Kata Danur dalam hatinya.
Danur mendekati perempuan tadi yang sedang sekarat. Dari sorot matanya memandang perempuan tersebut, dia seperti mengenalnya. Setelah dia membalikkan badannya, matanya terbuka lebar, terkejut.
“Rini!” Kata Danur dengan keras.
“Pam... Dan... ur?” Jawab Rini terbatuk-batuk, mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Dan, apa yang kamu lakukan, cepat ambil motornya,” kata Geri, “kamu bisa membuat operasi ini gagal!”
Tak lama kemudian pandangan Rini menjadi kosong, dia berhenti bergerak. Matanya tetap terbuka menatap Danur.
“Rini, Rini!” kata Danur sambil menangis.
“Siapa dia Dan?” Tanya Geri.
“Dia keponakanku!” Jawab Danur.
Setelah mengetok pintu rumah, seorang laki-laki menyambut sambil menjabat tangannya, “Aha, kamu pasti Danur itu, selamat datang di kelompok ini. Mari masuk, kita mengobrol di dalam.”
Lelaki tersebut menyalakan sebatang rokok sambil menawarkannya pada Danur.
“Terimakasih master Geri.” Kata Danur sambil menerima rokok tersebut.
“Aku tahu kamu sudah banyak mendengar tentang kami, dan aku pun sudah mengetahui tentang dirimu, pengalamanmu sebelumnya lumayan, jadi malam ini kita langsung kerja. Semoga kamu menjadi pengganti yang baik.”
“Siap!” Jawab Danur.
“Sebelum kita berangkat, minum dulu ini, untuk memperlancar,” kata Geri sambil menyodorkan satu bungkus plastik yang berisi pil-pil berwarna putih, “dan simpan saja motormu disini.”
Tengah malam itu, mereka berdua berboncengan mengendarai sepeda motor, menyusuri jalanan kota yang gelap.
Mereka sampai di sebuah jalan yang sepi dan minim penerangan. Di sebelah kanan terdapat sungai yang cukup besar, dan pinggiran jalan tersebut dipenuhi rerumputan yang tinggi.
“Itu dia, kita dapat mangsa.” Kata Geri menunjuk ke seorang pengendara sepeda motor perempuan yang sendirian melintasi jalan tersebut. Dari pakaiannya terlihat seperti pegawai Bank.
Geri turun dari sepeda motornya dan memberikannya pada Danur. Dia mengawasi Danur dari pinggir jalan.
Suara sepeda motor Geri yang lebih halus, membuat perempuan tersebut tidak menyadari kalau Danur sedang membuntutinya.
Pipa besi dipukulkan ke tangan kanan perempuan tersebut, dia langsung terjatuh. Mencoba berteriak, Danur langsung membekapnya, kemudian memukul kembali kedua tangan dan kakinya, membuatnya lumpuh sementara.
Danur menyeretnya ke samping jalan, menyembunyikannya di semak-semak.
Geri segera datang dan mengambil sepeda motor milik perempuan tersebut, “Ambil tasnya, cepat!”
Danur berhasil mengambil uang senilai 200 ribu Rupiah dan sebuah ponsel. Setelah itu dengan cepat mereka pergi menuju kegelapan malam.
***
Kembali di rumah kontrakan tadi.
“Tidak buruk bung, 200 ribu dan sebuah ponsel,” kata Geri sambil menghisap rokoknya dalam-dalam, “tadi kamu apakan dia, sepertinya perempuan itu masih hidup.”
“Hanya memukul untuk membuatnya lumpuh sementara. Aku juga membekapnya, dengan sedikit cekikan di lehernya supaya dia tidak sadarkan diri.” Jawab Danur.
Mereka berdua melakukan pesta kecil-kecilan merayakan keberhasilan kerja malam itu dengan membeli minuman keras, rokok, dan kacang rebus.
***
Sebulan berlalu, mereka berdua telah pindah ke kota tetangga.
Di rumah kontrakan barunya, Geri memperkenalkan seseorang yang belum pernah Danur kenal, “Danur, kita kedatangan anggota baru, dia sudah cukup berpengalaman, namanya Raga.”
Danur dan Raga saling bersalaman.
“Seperti ketika pertama kali Danur bergabung denganku, maka malam ini juga kita langsung kerja. Raga, aku dan Danur akan mengawasimu, tapi nanti Danur yang akan mengambil motornya.” Kata Geri.
“Dimengerti.” Jawab Raga.
Sebelum mereka bertiga mulai meluncur, seperti biasanya, Geri mengeluarkan sebungkus plastik yang berisi pil-pil berwarna putih, “Semoga kita menjadi tim yang solid,” katanya, “dan mari kita namai kerja malam ini dengan nama Operasi Vampir, hehehe... keren kan?”
Raga mengendarai sepeda motornya sendiri, sedangkan Danur dan Geri berboncengan.
Di sebuah jalan belakang gedung sekolah, mereka menemukan pengendara sepeda motor yang berboncengan, laki-laki dan perempuan.
“Pulang kencan tengah malam seperti ini, menggiurkan sekali,” kata Geri, “Raga, ayo!”
Raga segera memepetnya, lelaki yang mengendarainya bereaksi dengan memacu motornya lebih cepat. Raga mengeluarkan sebilah pedang Katana-nya, kemudian dia sabet ke tangan kanan lelaki tersebut. Tak cukup disitu, dia menusukkan pedangnya ke arah perut kanan.
“Sadis sekali, sepertinya dia tidak pernah berbelas kasihan dengan mangsanya.” Kata Geri.
Setelah terjatuh, lelaki tersebut berusaha berteriak memanggil pertolongan, tapi Raga langsung membekap dan menusukkan pedangnya ke perut kiri.
Perempuan yang diboncengnya segera bangkit dan mencoba lari. Refleks, Raga menyabet kakinya hingga terjatuh, kemudian menusukkan pedangnya ke punggung sambil menginjak kepalanya, membuat perempuan tersebut tidak bisa berteriak. Pedang Raga penuh dengan darah segar.
“Ayo cepat bergerak Dan!” Kata Geri pada Danur.
Setelah Raga mengambil beberapa barang-barang berharga, Danur datang. Namun sebelum mengambil sepeda motornya, dia penasaran dengan kedua mangsa mereka malam itu yang sedang sekarat.
“Begitu buasnya, akupun belum pernah sampai membunuh.” Kata Danur dalam hatinya.
Danur mendekati perempuan tadi yang sedang sekarat. Dari sorot matanya memandang perempuan tersebut, dia seperti mengenalnya. Setelah dia membalikkan badannya, matanya terbuka lebar, terkejut.
“Rini!” Kata Danur dengan keras.
“Pam... Dan... ur?” Jawab Rini terbatuk-batuk, mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Dan, apa yang kamu lakukan, cepat ambil motornya,” kata Geri, “kamu bisa membuat operasi ini gagal!”
Tak lama kemudian pandangan Rini menjadi kosong, dia berhenti bergerak. Matanya tetap terbuka menatap Danur.
“Rini, Rini!” kata Danur sambil menangis.
“Siapa dia Dan?” Tanya Geri.
“Dia keponakanku!” Jawab Danur.