fajarsany
New member
Pagi itu, setengah berlari Agus menuju sebuah ruangan yang terletak di pojok lorong gedung. Sampai di depan pintu, dia melihat seorang bapak-bapak bertubuh tinggi besar sedang duduk di kursi depan kelas.
"Pagi pak, maaf telat."
"Silahkan duduk Gus."
Pak Domo, itulah nama dosen tersebut. Selain mengajar mata kuliah Matematika di kelasnya saat ini, dia juga mengajar mata kuliah Fisika dan Statistika di kelas lainnya.
"Yang lainnya kemana Gus?" Tanya pak Domo sambil membagi-bagikan kertas soal ujian.
"Gak tau pak, gak liat sama gak ada kabar."
Melihat soal ujian tersebut, Agus terpana sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Satu jam lewat lima belas menit pun berlalu. Belum ada satupun soal yang dijawab Agus. Matanya tampak berat, dan rambutnya acak-acakan. Waktu yang tersisa tinggal lima belas menit lagi.
Pak Domo merogoh saku bajunya, "halo?" Lalu berjalan keluar kelas. Sampai 5 menit dia belum kembali.
Agus segera memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menghampiri Fikri dan Nida. Tanpa basa-basi dia langsung menyalin apa yang ada di kertas jawaban mereka berdua.
Minggu depannya ketika bertemu kembali dengan kuliah Matematika, pak Domo memberikan kertas jawaban ujian pada Agus.
"Nyontek darimana Gus?"
Jantung Agus langsung berdetak kencang. "Anu pak... mmm..."
"Ini kok jawabannya dari nomer 1 sampai 10 sama dengan Fikri, sisanya dari 11 sampai 20 sama dengan Nida?"
"Yang lainnya juga jawabannya ada yang sama, tapi kayaknya cuman kamu aja yang nyontek ke Fikri sama Nida, kenapa Gus? Padahal jawaban mereka juga banyak yang salah."
"Itu pak... mmm..."
"Iya Gus?"
"Soalnya mereka kan suami-istri dan udah punya anak, saya kira jawaban mereka bakalan benar semua, soalnya kan orangtua selalu benar."
Pak Domo mengangkat tinggi alisnya. "Kata siapa itu Gus?"
"Kata ibu saya pak..."
"Hmmm..." pak Domo mendekati Agus, kemudian mengangkat jempolnya tepat di depan muka Agus.
"Benar sekali Gus, seratus buat kamu!"
"Besok ke ruangan samping laboratorium komputer ya, remedial!"
"Aduh pak..." Agus menempelkan tangannya ke jidat.
"Pagi pak, maaf telat."
"Silahkan duduk Gus."
Pak Domo, itulah nama dosen tersebut. Selain mengajar mata kuliah Matematika di kelasnya saat ini, dia juga mengajar mata kuliah Fisika dan Statistika di kelas lainnya.
"Yang lainnya kemana Gus?" Tanya pak Domo sambil membagi-bagikan kertas soal ujian.
"Gak tau pak, gak liat sama gak ada kabar."
Melihat soal ujian tersebut, Agus terpana sambil menggaruk-garuk kepalanya.
***
Satu jam lewat lima belas menit pun berlalu. Belum ada satupun soal yang dijawab Agus. Matanya tampak berat, dan rambutnya acak-acakan. Waktu yang tersisa tinggal lima belas menit lagi.
Pak Domo merogoh saku bajunya, "halo?" Lalu berjalan keluar kelas. Sampai 5 menit dia belum kembali.
Agus segera memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menghampiri Fikri dan Nida. Tanpa basa-basi dia langsung menyalin apa yang ada di kertas jawaban mereka berdua.
***
Minggu depannya ketika bertemu kembali dengan kuliah Matematika, pak Domo memberikan kertas jawaban ujian pada Agus.
"Nyontek darimana Gus?"
Jantung Agus langsung berdetak kencang. "Anu pak... mmm..."
"Ini kok jawabannya dari nomer 1 sampai 10 sama dengan Fikri, sisanya dari 11 sampai 20 sama dengan Nida?"
"Yang lainnya juga jawabannya ada yang sama, tapi kayaknya cuman kamu aja yang nyontek ke Fikri sama Nida, kenapa Gus? Padahal jawaban mereka juga banyak yang salah."
"Itu pak... mmm..."
"Iya Gus?"
"Soalnya mereka kan suami-istri dan udah punya anak, saya kira jawaban mereka bakalan benar semua, soalnya kan orangtua selalu benar."
Pak Domo mengangkat tinggi alisnya. "Kata siapa itu Gus?"
"Kata ibu saya pak..."
"Hmmm..." pak Domo mendekati Agus, kemudian mengangkat jempolnya tepat di depan muka Agus.
"Benar sekali Gus, seratus buat kamu!"
"Besok ke ruangan samping laboratorium komputer ya, remedial!"
"Aduh pak..." Agus menempelkan tangannya ke jidat.