Kalina
Moderator
Misi Mulia di Balik Film Sang Pemimpi
Cegah Wabah Ngomong Lu Gue
JAKARTA - Tidak ada yang meragukan kualitas film-film produksi Miles Productions. Hampir semua film keluaran rumah produksi tersebut meraup untung besar dan laku di sejumlah festival bergengsi internasional. Yang terkini, Sang Pemimpi (SP) tengah diputar di sejumlah bioskop tanah air.
Sekuel film Laskar Pelangi (LP) itu juga diprediksi meraih sukses seperti film pendahulunya yang sukses mendapat 4,6 juta penonton. Namun, bagi sosok yang berada di balik sukses deretan film keluaran Miles itu, SP yang diangkat dari novel tetralogi karya Andrea Hirata itu justru diprediksi tidak akan se-booming LP.
Bagi Mira Lesmana, produser sekaligus penulis skenario SP, sekuel tersebut diperkirakan hanya meraup untung 60-70 persen dari pendahulunya. ''Dari awal membuat SP, saya sudah memprediksi segmen yang lebih kecil. Yaitu, remaja dan dewasa. Sebab, SP meng-explore kisah Ikal di usia remaja,'' papar Mira ditemui di Warung Kopi, Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, pada Jumat (1/1).
Prediksi perempuan 45 tahun itu ternyata salah. Baru diputar dua minggu, ternyata SP ditonton 1,5 juta orang. Angka itu mendekati perolehan LP dalam kurun waktu yang sama. ''Karena itu, saya benar-benar tidak mengira bakal sebesar itu perolehannya. Di samping itu, penonton anak-anak ternyata juga banyak,'' papar wanita kelahiran 8 Agustus 1964 itu.
Putri pasangan Jack Lesmana dan Nien Lesmana itu mengungkapkan, sekuel SP memang berbeda dengan sekuel kebanyakan. Dia menuturkan, pada umumnya sebuah sekuel film dibuat karena film terdahulunya sukses. Selain itu, sekuel biasanya dibuat berdasar novel, seperti serial Harry Potter.
SP memang dibuat sebagai lanjutan dari LP. Namun, kisah yang dieksplorasi sudah berbeda dengan pendahulunya. ''Karena ini kisah Ikal saat remaja, rentangnya cukup jauh dari ketika dia masih kecil. Kalau mau bikin sekuel yang benar-benar sekuel, kita mungkin akan melanjutkan LP yang menceritakan kisah anggota Laskar Pelangi,'' paparnya.
Soal upaya promosi SP, istri aktor kawakan Mathias Muchus itu memaparkan bahwa upaya yang dijalani hampir serupa dengan LP. Dia hanya perlu memastikan bahwa penonton mengetahui isi dan segmen LP. Salah satu di antaranya, melakukan road show ke sejumlah kota.
Hingga kini, Mira dan sutradara SP Riri Riza sudah mengunjungi lima kota. Yaitu, Jogjakarta, Bandung, Banjarmasin, Medan, Makassar, Malang, dan Belitung. ''Minggu depan kami akan ke Palembang, Surabaya, Balikpapan, dan Aceh. Khusus yang di Aceh dan Belitung, kami pakai layar tancap,'' kata ibu dua putra itu.
Mira menambahkan, respons penonton Belitung sangat memuaskan. Sekitar 100 ribu orang memadati lokasi layar tancap. ''Saya sampai terharu melihat respons penonton di sana,'' imbuhnya.
Menyaksikan respons penonton yang luar biasa terhadap LP ataupun SP, Mira menyatakan tidak heran. Sebagai insan perfilman, Mira selalu merasa prihatin dengan film-film Indonesia yang masih didominasi dengan tema-tema Jakarta oriented yang mengedepankan gaya hidup kota Jakarta.
Padahal, kata dia, Indonesia adalah negara yang sangat kaya. ''Mengapa tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Mengapa juga harus bikin film yang selalu tentang kehidupan metropolitan. Entar orang-orang Indonesia ngomongnya pada gue, lo semua,'' sindirnya, lantas terbahak.
Mira mengungkapkan, dirinya dan Riri Riza memang memiliki misi dalam setiap film yang mereka buat. Mayoritas film yang mereka produksi mengandung konteks lokal. Bagi Mira, konteks tersebut harus ada di setiap film mereka. ''Indonesia itu sangat beragam. Sayang sekali kalau kita cuma bikin film yang metropolitan oriented gitu. Kita harus bangga dong sama keberagaman itu,'' tuturnya.
Adik kandung musikus Indra Lesmana itu mengamati bahwa jumlah film dengan konteks lokal sangat minim di Indonesia. ''Kalaupun ada, muatan yang diusung cukup berat sepertinya. Padahal, yang perlu digambarkan hanya tempat, dialek, dan kekayaan lokal,'' imbuhnya.
Mira berharap, kesuksesan LP dan SP bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih mencintai budaya bangsa sendiri.