nurcahyo
New member
Osteoporosis
Osteoporosis selalu dikaitkan dengan masuknya seseorang ke usia lanjut. Ciri-ciri penderita osteoporosis adalah bentuk tubuh yang bungkuk ataupun bengkok. Dahulu orang meyakini bahwa tulang kaum manula lebih keras daripada anak muda, sampai penemuan oleh seorang patologis yang bernama Jean Georges Lobstein pada tahun 1929 di Strasbourg. Beliau memberi nama 'osteoporosis' untuk penyakit ini karena bentuk tulang penderitanya yang menjadi berlubang-lubang / berpori-pori (porous). Akibat dari penyakit ini, tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak / patah dan penderitanya mengalami kesakitan dalam melakukan pergerakan anggota tubuhnya.
Osteoporosis layak untuk menjadi perhatian semua orang, terutama bagi kaum wanita, karena osteoporosis banyak menyerang wanita yang telah memasuki periode menopause. Hal ini disebabkan produksi hormon estrogennya berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Kalsium darah yang pada akhirnya mengakibatkan osteoporosis.
Penyakit osteoporosis ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk wanita yang belum memasuki masa menopause, bila konsumsi kalsiumnya tidak cukup untuk bisa membuat kepadatan tulang yang cukup dalam tubuh.
Seringkali seseorang tidak mengetahui ia terserang osteoporosis, karena serangannya tidak diawali dengan tanda-tanda. Biasanya diketahui secara kebetulan pada saat pengambilan foto rontgen karena penyakit lain, kecelakaan ringan atau pada saat seseorang mengalami patah tulang (fraktur).
Tulang merupakan jaringan hidup yang terus mengalami perubahan karena ada jaringan tulang yang diresorpsi (hilang karena jaringan tua) dan ada jaringan yang tumbuh baru, yang pengaturannya dilakukan oleh hormon. Tugas dari hormon ini adalah mengatur kadar kalsium dalam darah. Peningkatan kadar kalsium dalam darah akan meningkatan pembentukan jaringan baru dan sebaliknya penurunan kadar kalsium dalam darah akan meningkatkan proses resorpsi.
Tulang manusia terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar yang keras dan lapisan dalam yang seperti spons. Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi proses resorpsi lebih cepat dari proses pembentukan jaringan tulang barunya. Bila seseorang terserang osteoporosis maka tulang sebelah luarnya menjadi tipis dan mengakibatkan jaringan spons melebar sehingga tulang menjadi mudah retak.
Daerah yang paling sering timbul keretakan adalah tulang di daerah bagian pinggul, pinggang dan tungkai.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Osteoporosis
Kalsitonin.
Penemuan hormon yang dapat menurunkan konsentrasi kalsium darah dimulai pada tahun 1960 oleh seorang profesor asal Kanada yang bernama Harold Copp. Ia menyebut zat itu sebagai 'calcitonin' karena dapat mengontrol konsentrasi kalsium (calcium tonus) didalam plasma. Zat ini banyak didapatkan terutama dari ikan salmon. Pada tahun 1969, Dr. Stephan Guttmann seorang peneliti dari Sandoz menyempurnakan penemuan calcitonin dengan keberhasilan memproduksi salmon calcitonin secara sintetis. Zat kalsitonin dapat mengurangi aktivitas dari sel osteoclast (sel yang bertugas menyerap tulang), memperlambat proses resorpsi dan meningkatkan peresapan kalsium oleh tulang. Dengan pemakaian kalsitonin, kepadatan dan kekuatan tulang dapat ditingkatkan sehingga tulang menjadi tidak lagi rapuh dan mengurangi rasa sakit. Untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi dokter Anda atau : taruna.dibya@pharma.novartis.com.
sumber : Novartis Indonesia
Osteoporosis selalu dikaitkan dengan masuknya seseorang ke usia lanjut. Ciri-ciri penderita osteoporosis adalah bentuk tubuh yang bungkuk ataupun bengkok. Dahulu orang meyakini bahwa tulang kaum manula lebih keras daripada anak muda, sampai penemuan oleh seorang patologis yang bernama Jean Georges Lobstein pada tahun 1929 di Strasbourg. Beliau memberi nama 'osteoporosis' untuk penyakit ini karena bentuk tulang penderitanya yang menjadi berlubang-lubang / berpori-pori (porous). Akibat dari penyakit ini, tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak / patah dan penderitanya mengalami kesakitan dalam melakukan pergerakan anggota tubuhnya.
Osteoporosis layak untuk menjadi perhatian semua orang, terutama bagi kaum wanita, karena osteoporosis banyak menyerang wanita yang telah memasuki periode menopause. Hal ini disebabkan produksi hormon estrogennya berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Kalsium darah yang pada akhirnya mengakibatkan osteoporosis.
Penyakit osteoporosis ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk wanita yang belum memasuki masa menopause, bila konsumsi kalsiumnya tidak cukup untuk bisa membuat kepadatan tulang yang cukup dalam tubuh.
Seringkali seseorang tidak mengetahui ia terserang osteoporosis, karena serangannya tidak diawali dengan tanda-tanda. Biasanya diketahui secara kebetulan pada saat pengambilan foto rontgen karena penyakit lain, kecelakaan ringan atau pada saat seseorang mengalami patah tulang (fraktur).
Tulang merupakan jaringan hidup yang terus mengalami perubahan karena ada jaringan tulang yang diresorpsi (hilang karena jaringan tua) dan ada jaringan yang tumbuh baru, yang pengaturannya dilakukan oleh hormon. Tugas dari hormon ini adalah mengatur kadar kalsium dalam darah. Peningkatan kadar kalsium dalam darah akan meningkatan pembentukan jaringan baru dan sebaliknya penurunan kadar kalsium dalam darah akan meningkatkan proses resorpsi.
Tulang manusia terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar yang keras dan lapisan dalam yang seperti spons. Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi proses resorpsi lebih cepat dari proses pembentukan jaringan tulang barunya. Bila seseorang terserang osteoporosis maka tulang sebelah luarnya menjadi tipis dan mengakibatkan jaringan spons melebar sehingga tulang menjadi mudah retak.
Daerah yang paling sering timbul keretakan adalah tulang di daerah bagian pinggul, pinggang dan tungkai.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Osteoporosis
- Genetis. Diperkirakan hampir sekitar 80% kepadatan tulang itu diwariskan secara genetik sehingga dengan kata lain osteoporosis itu dapat diturunkan
- Wanita diatas 40 tahun lebih banyak terkena osteoporosis dibandingkan dengan pria. Wanita yang memasuki masa menopause mengalami pengurangan hormon esterogen
- Orang yang berbadan ramping serta bertulang kecil
- Kurang olahraga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang. Olahraga atau aktivitas dapat meningkatkan kepadatan tulang
- Faktor lain seperti merokok, banyak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, kafein tinggi seperti teh, kopi serta cola
- Kekurangan gizi
- Akibat penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid atau penyakit kronis lainnya seperti penyakit hati, gagal ginjal kronis
- Usia lanjut
- Terjadinya patah tulang secara tiba-tiba karena trauma yang ringan atau tanpa trauma
- Timbulnya rasa nyeri yang hebat sehingga penderita tidak dapat melakukan pergerakan
- Berkurangnya tinggi badan dan bongkok
- Melakukan aktivitas fisik yang teratur seperti olah raga
- Diet dengan menambah Calsium dan vitamin D
- Memperbaiki gaya hidup dan menghilangkan kebiasaan seperti merokok, minum alkohol
- Penggunaan HRT (Hormon Replacement Therapy) atau terapi esterogen khususnya bagi wanita baru memasuki masa menopause
Kalsitonin.
Penemuan hormon yang dapat menurunkan konsentrasi kalsium darah dimulai pada tahun 1960 oleh seorang profesor asal Kanada yang bernama Harold Copp. Ia menyebut zat itu sebagai 'calcitonin' karena dapat mengontrol konsentrasi kalsium (calcium tonus) didalam plasma. Zat ini banyak didapatkan terutama dari ikan salmon. Pada tahun 1969, Dr. Stephan Guttmann seorang peneliti dari Sandoz menyempurnakan penemuan calcitonin dengan keberhasilan memproduksi salmon calcitonin secara sintetis. Zat kalsitonin dapat mengurangi aktivitas dari sel osteoclast (sel yang bertugas menyerap tulang), memperlambat proses resorpsi dan meningkatkan peresapan kalsium oleh tulang. Dengan pemakaian kalsitonin, kepadatan dan kekuatan tulang dapat ditingkatkan sehingga tulang menjadi tidak lagi rapuh dan mengurangi rasa sakit. Untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi dokter Anda atau : taruna.dibya@pharma.novartis.com.
sumber : Novartis Indonesia