izma
New member
Izma Ayyundha Kirany
Keraguan telah menyelimuti diriku, menghancurkan harapanku dengan seketika. Ternyata aku salah menilai dirimu. Mengapa aku begitu bodoh, terperangkap dalam permainanmu. Mengapa harus mempercayaimu semua ucapanmu dan mengapa aku harus mencintai dirimu.
Serentetan pertanyaan yang tak bisa aku jawab sendiri itu seakan menekan fikiranku. Apa aku terlalu egois!!! Tapi mengingat kata-katamu yang seakan-akan semua kesalahan berpuncak padaku, membuatku tak bisa berfikir jernih.
Akhirnya semuanya terbukti bahwa sebenarnya kau tidak menginginkanku. Salah!!! Lebih tepatnya, aku yang tidak menginginkanmu lagi ada disisiku. Aku sempat shock dengan semua ini karena aku juga tidak tahu mengapa cinta itu seperti mengikat hatiku. Tapi percuma, cinta tidak bisa menjanjikan apa-apa.
Apa sekarang cinta sudah tak berharga lagi dimataku, entahlah! Aku sendiri bingung. Darimana asalnya aku berfikiran seperti itu. Sekarang aku merasa diriku aneh setelah tak bersamamu lagi, bertambah aneh lagi aku belum bisa melupakanmu sepenuhnya dan tidak bisa memberi ruang untuk orang lain dihatiku. Mengapa kau begitu jahat menguasaiku.
Setelah semuanya berlalu dan hampir aku tak mengingatmu lagi, kau seolah terhempas lagi dihadapanku. “sudahlah tak perlu minta maaf dan segala macamnya, aku tidak apa-apa koq, justru aku merasa lega bisa lepas dari kungkungan hidupmu yang aneh dan benar-benar aneh!!! Justru aku yang minta maaf jika kamu merasa tersinggung. Tapi percuma aku lakukan itu! Toh kamu bukan tipe orang perasa, kamu tidak pernah mengerti perasaan orang lain. Perasaan sendiri masih bingung kau tentukan apalagi pilihan hidup.”
“Ra…aku sangat mencintaimu, saking cintanya aku ga bisa membiarkan orang lain memenuhi hatiku dan tidak bisa membiarkan orang lain memenuhi hatimu.” Ucap Temmy yang tiba-tiba datang menemuiku dikampus.
Lucu…benar-benar lucu, sampai-sampai aku tak bisa menahan tawaku sendiri.
“Akh…kata-kata kamu terlalu munafik Tem, aku bukan lagi Lara yang dulu kau kenal, aku tidak akan tergoda dengan kata-kata semacam itu. Sudahlah jangan difikirkan, bukankah itu yang kamu mau jadi mau tak mau aku hanya bisa memenuhi permintaanmu tanpa bisa membantahmu.”
“Ra, kamu jangan seperti ini dong. Maksud kamu apa? Aku itu ga pernah minta kamu pergi dari aku. Aku itu sayang ma kamu, mana mungkin aku mau melakukan hal bodoh seperti itu.”
“Tem, kamu itu benar-benar aneh yah, atau sekarang kamu berpura-pura ga tau semuanya. Wah…!!! 100 deh buat acting kamu, tapi sayangnya ga bernilai apa-apa dimataku. Kamu itu ga lebih dari pengecut tau ga.”
“Ra, tahan dulu deh, aku itu ga ngerti dengan semua omongan kamu, kamu fikir aku bohong sama kamu. Untuk apa Ra? Untuk apa aku mau bohong sama kamu?”
“Sepertinya kamu perlu kedokter deh Tem, nanti kalau sudah tambah parah, mungkin diri kamu sendiri akan kamu lupa. Sudahlah aku mau pergi, aku capek ngomong dengan orang tak berpendirian kay’a kamu.”
Aku beranjak meninggalkan Temmy sendirian, tapi aku merasa tangan kaku itu mencengkram tanganku dengan kuatnya hingga aku bisa meringis kesakitan, dan tak bisa melakukan apa-apa. Kulihat kilatan amarah dimatanya yang selama ini tak pernah diperlihatkan padaku. Ia memandangku seperti memohon penjelasan dariku. Air mata yang sedari tadi kutahan kini sudah berderai sperti banjir. Lama kau menunggu, tapi ia tetap saja tak mengatakan sepatah kata pun.
“Tem!!! Kita itu sudah putus, tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu sendiri yang mengingikan hal itu kan, jadi sekarang biarkan aku pergi.”
Tapi temmy masih saja diam, dan ia malah mempererat genggamanya pada lenganku, dan aku tahu dia pasti tidak membiarkan aku pergi.
“Tem, samapai kapan kamu akan menahanku seperti ini, kamu tahan berapa lama pun aku tetap pergi dari kamu.”
Tiba-tiba Temmy menarikku kearahnya, hingga aku terbentur didadanya, dia mendekapku begitu erat, hingga aku sendiri merasa sulit untuk bernafas.
“Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari aku Ra…sampai kapan pun aku akan tetap menahan kamu disisiku, sampai kapan pun aku akan tetap menggengam erat tangan kamu tanpa bisa aku lepaskan lagi, karena aku begitu mencintai kamu Ra, membutuhkan kamu dan semua kesederhanaanmu hanya kamu, kamu dan kamu yang ada dalam hati dan fikiranku. Jadi bagaimana mungkin aku bisa mengucap kata putus itu Ra?
Aku diam, bingung dan ga tau apakah harus percaya dengan ucapan Temmy. Seperti ini aku merasa Temmy sangat menyanyangiku tapi dua bulan yang lalu Temmy sendiri yang ingin aku pergi dari sisinya, tapi sekarang ia malah mengiba agar aku tak meninggalkannya. Mimpikah aku!!! Apakah yang sebenarnya terjadi, benarkah Temmy sedang amnesia?
“Tem, kamu jangan bersikap seperti ini. Aku capek dengan semua permainanmu, sekarang kita jalani hidup kita masing-masing. Mungkin lebih baik kalau kamu melupakan aku selama-lamanya, seperti yang kamu katakan dulu.”
“Ra…aku tidak bisa terima ini, kapan aku mengatakan hal seperti itu, kamu selalu menuduhku aneh, tapi ternyata kamu yang lebih aneh. Menuduhku dengan semua hal yang tak pernah aku lakukan sama sekali. Ra…kalau emang kamu ga sayang ma aku lagi, ga seperti ini caranya Ra, kamu itu yang bohongin aku, kamu yang khianatin aku.”
“Koq jadi kebalik kay’a gini sih, aku lagi yang salah! Kenapa sih Tem, kamu nda pernah bisa terima kenyataan.”
“Kenyataan apa maksud kamu Ra???”
“Kenyataan kalau kita udah pisah.”
“Ra…aku salah apa, kenapa kamu begitu ingin aku pergi dari sisimu, padahal kamu tahu kan kalau aku itu sangat menyayangi kamu.”
“Karena kamu sendiri yang minta aku menjauhimu Tem, kamu sendiri yang ingin aku…” aku tidak meneruskan ucapanku lagi, aku tidak sanggup untuk mengucapkan itu lagi. Kulirik Temmy, matanya berkaca-kaca tapi tak berair, begitulah saat ia sedih, ia tak pernah mau mengeluarkan setitik pun air mata dihadapanku.
Aku terkesiap, benarkah memang Temmy sedang amnesia seperti yang dikatakan Pia padaku dua minggu yang lalu. Kalau memang ia, apa yang harus aku lakukan?!? Menjalin hubungan kembali dengan Temmy yang sebenarnya sudah berakhir atau tetap melepaskannya walau aku tahu keadaannya seperti ini. Disaat yang bersamaan, tiba-tiba Temmy merangkulku, kubiarkan saja karena kau tak ingin menyakiti perasaannya meski aku sendiri yang menyakiti perasaanku dengan membiarkannya tetap ada dalam hatiku. Aku tahu ini adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan, bagaiman jika tiba-tiba Temmy melupakanku lagi. Akh…aku tidak mau terlalu ambil pusing, mungkin ini adalah kesekian dari permainan cinta yang harus aku jalani.
“Ra…kamu jangan pernah berniat tuk tinggalin aku lagi yah.”
Kutatap Temmy dengan ekspresi datar, kulihat raut wajah yang sepertinya sangat lelah, namun begitu tulus menggambarkan perasaan hatinya. Aku dilanda kebingungan yang luar biasa , aku harus menjalani cinta yang penuh dengan kepura-puraan bahkan penuh dengan dilematis yang mungkin hanya aku satu-satunya orang yang merasakannya.
“Ra…kita menikah yah…!!!
Aku terbelalak kaget mendengarkan ucapan Temmy. Menikah…sungguh bahagia aku mendengarnya, tapi ini sama saja malapetaka buatku dan akankah aku sanggup menjalaninya dan sanggupkah aku menerima keadaan jika tiba-tiba Temmy melupakanku. Tuhan…ini sungguh diluar kemampuanku, cinta dalam dunia kepura-puraan membuahkan kebahagiaan itu tidak masalah tapi jika itu membuahkan penderitaan, bagaimana jadinya aku nanti.
Kembali kutatap Temmy dengan senyuman yang kubuat sesumringah mungkin, walau sebenarnya hatiku begitu teriris. Kutarik lengan Temmy menjauh dari taman kampus. Aku masih belum tahu, apakah aku akan bersama Temmy atau ini adalah hari terakhir aku bersamanya. Yang kutahu cinta itu merekat erat dalam hatiku.
The end
Keraguan telah menyelimuti diriku, menghancurkan harapanku dengan seketika. Ternyata aku salah menilai dirimu. Mengapa aku begitu bodoh, terperangkap dalam permainanmu. Mengapa harus mempercayaimu semua ucapanmu dan mengapa aku harus mencintai dirimu.
Serentetan pertanyaan yang tak bisa aku jawab sendiri itu seakan menekan fikiranku. Apa aku terlalu egois!!! Tapi mengingat kata-katamu yang seakan-akan semua kesalahan berpuncak padaku, membuatku tak bisa berfikir jernih.
Akhirnya semuanya terbukti bahwa sebenarnya kau tidak menginginkanku. Salah!!! Lebih tepatnya, aku yang tidak menginginkanmu lagi ada disisiku. Aku sempat shock dengan semua ini karena aku juga tidak tahu mengapa cinta itu seperti mengikat hatiku. Tapi percuma, cinta tidak bisa menjanjikan apa-apa.
Apa sekarang cinta sudah tak berharga lagi dimataku, entahlah! Aku sendiri bingung. Darimana asalnya aku berfikiran seperti itu. Sekarang aku merasa diriku aneh setelah tak bersamamu lagi, bertambah aneh lagi aku belum bisa melupakanmu sepenuhnya dan tidak bisa memberi ruang untuk orang lain dihatiku. Mengapa kau begitu jahat menguasaiku.
Setelah semuanya berlalu dan hampir aku tak mengingatmu lagi, kau seolah terhempas lagi dihadapanku. “sudahlah tak perlu minta maaf dan segala macamnya, aku tidak apa-apa koq, justru aku merasa lega bisa lepas dari kungkungan hidupmu yang aneh dan benar-benar aneh!!! Justru aku yang minta maaf jika kamu merasa tersinggung. Tapi percuma aku lakukan itu! Toh kamu bukan tipe orang perasa, kamu tidak pernah mengerti perasaan orang lain. Perasaan sendiri masih bingung kau tentukan apalagi pilihan hidup.”
“Ra…aku sangat mencintaimu, saking cintanya aku ga bisa membiarkan orang lain memenuhi hatiku dan tidak bisa membiarkan orang lain memenuhi hatimu.” Ucap Temmy yang tiba-tiba datang menemuiku dikampus.
Lucu…benar-benar lucu, sampai-sampai aku tak bisa menahan tawaku sendiri.
“Akh…kata-kata kamu terlalu munafik Tem, aku bukan lagi Lara yang dulu kau kenal, aku tidak akan tergoda dengan kata-kata semacam itu. Sudahlah jangan difikirkan, bukankah itu yang kamu mau jadi mau tak mau aku hanya bisa memenuhi permintaanmu tanpa bisa membantahmu.”
“Ra, kamu jangan seperti ini dong. Maksud kamu apa? Aku itu ga pernah minta kamu pergi dari aku. Aku itu sayang ma kamu, mana mungkin aku mau melakukan hal bodoh seperti itu.”
“Tem, kamu itu benar-benar aneh yah, atau sekarang kamu berpura-pura ga tau semuanya. Wah…!!! 100 deh buat acting kamu, tapi sayangnya ga bernilai apa-apa dimataku. Kamu itu ga lebih dari pengecut tau ga.”
“Ra, tahan dulu deh, aku itu ga ngerti dengan semua omongan kamu, kamu fikir aku bohong sama kamu. Untuk apa Ra? Untuk apa aku mau bohong sama kamu?”
“Sepertinya kamu perlu kedokter deh Tem, nanti kalau sudah tambah parah, mungkin diri kamu sendiri akan kamu lupa. Sudahlah aku mau pergi, aku capek ngomong dengan orang tak berpendirian kay’a kamu.”
Aku beranjak meninggalkan Temmy sendirian, tapi aku merasa tangan kaku itu mencengkram tanganku dengan kuatnya hingga aku bisa meringis kesakitan, dan tak bisa melakukan apa-apa. Kulihat kilatan amarah dimatanya yang selama ini tak pernah diperlihatkan padaku. Ia memandangku seperti memohon penjelasan dariku. Air mata yang sedari tadi kutahan kini sudah berderai sperti banjir. Lama kau menunggu, tapi ia tetap saja tak mengatakan sepatah kata pun.
“Tem!!! Kita itu sudah putus, tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu sendiri yang mengingikan hal itu kan, jadi sekarang biarkan aku pergi.”
Tapi temmy masih saja diam, dan ia malah mempererat genggamanya pada lenganku, dan aku tahu dia pasti tidak membiarkan aku pergi.
“Tem, samapai kapan kamu akan menahanku seperti ini, kamu tahan berapa lama pun aku tetap pergi dari kamu.”
Tiba-tiba Temmy menarikku kearahnya, hingga aku terbentur didadanya, dia mendekapku begitu erat, hingga aku sendiri merasa sulit untuk bernafas.
“Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari aku Ra…sampai kapan pun aku akan tetap menahan kamu disisiku, sampai kapan pun aku akan tetap menggengam erat tangan kamu tanpa bisa aku lepaskan lagi, karena aku begitu mencintai kamu Ra, membutuhkan kamu dan semua kesederhanaanmu hanya kamu, kamu dan kamu yang ada dalam hati dan fikiranku. Jadi bagaimana mungkin aku bisa mengucap kata putus itu Ra?
Aku diam, bingung dan ga tau apakah harus percaya dengan ucapan Temmy. Seperti ini aku merasa Temmy sangat menyanyangiku tapi dua bulan yang lalu Temmy sendiri yang ingin aku pergi dari sisinya, tapi sekarang ia malah mengiba agar aku tak meninggalkannya. Mimpikah aku!!! Apakah yang sebenarnya terjadi, benarkah Temmy sedang amnesia?
“Tem, kamu jangan bersikap seperti ini. Aku capek dengan semua permainanmu, sekarang kita jalani hidup kita masing-masing. Mungkin lebih baik kalau kamu melupakan aku selama-lamanya, seperti yang kamu katakan dulu.”
“Ra…aku tidak bisa terima ini, kapan aku mengatakan hal seperti itu, kamu selalu menuduhku aneh, tapi ternyata kamu yang lebih aneh. Menuduhku dengan semua hal yang tak pernah aku lakukan sama sekali. Ra…kalau emang kamu ga sayang ma aku lagi, ga seperti ini caranya Ra, kamu itu yang bohongin aku, kamu yang khianatin aku.”
“Koq jadi kebalik kay’a gini sih, aku lagi yang salah! Kenapa sih Tem, kamu nda pernah bisa terima kenyataan.”
“Kenyataan apa maksud kamu Ra???”
“Kenyataan kalau kita udah pisah.”
“Ra…aku salah apa, kenapa kamu begitu ingin aku pergi dari sisimu, padahal kamu tahu kan kalau aku itu sangat menyayangi kamu.”
“Karena kamu sendiri yang minta aku menjauhimu Tem, kamu sendiri yang ingin aku…” aku tidak meneruskan ucapanku lagi, aku tidak sanggup untuk mengucapkan itu lagi. Kulirik Temmy, matanya berkaca-kaca tapi tak berair, begitulah saat ia sedih, ia tak pernah mau mengeluarkan setitik pun air mata dihadapanku.
Aku terkesiap, benarkah memang Temmy sedang amnesia seperti yang dikatakan Pia padaku dua minggu yang lalu. Kalau memang ia, apa yang harus aku lakukan?!? Menjalin hubungan kembali dengan Temmy yang sebenarnya sudah berakhir atau tetap melepaskannya walau aku tahu keadaannya seperti ini. Disaat yang bersamaan, tiba-tiba Temmy merangkulku, kubiarkan saja karena kau tak ingin menyakiti perasaannya meski aku sendiri yang menyakiti perasaanku dengan membiarkannya tetap ada dalam hatiku. Aku tahu ini adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan, bagaiman jika tiba-tiba Temmy melupakanku lagi. Akh…aku tidak mau terlalu ambil pusing, mungkin ini adalah kesekian dari permainan cinta yang harus aku jalani.
“Ra…kamu jangan pernah berniat tuk tinggalin aku lagi yah.”
Kutatap Temmy dengan ekspresi datar, kulihat raut wajah yang sepertinya sangat lelah, namun begitu tulus menggambarkan perasaan hatinya. Aku dilanda kebingungan yang luar biasa , aku harus menjalani cinta yang penuh dengan kepura-puraan bahkan penuh dengan dilematis yang mungkin hanya aku satu-satunya orang yang merasakannya.
“Ra…kita menikah yah…!!!
Aku terbelalak kaget mendengarkan ucapan Temmy. Menikah…sungguh bahagia aku mendengarnya, tapi ini sama saja malapetaka buatku dan akankah aku sanggup menjalaninya dan sanggupkah aku menerima keadaan jika tiba-tiba Temmy melupakanku. Tuhan…ini sungguh diluar kemampuanku, cinta dalam dunia kepura-puraan membuahkan kebahagiaan itu tidak masalah tapi jika itu membuahkan penderitaan, bagaimana jadinya aku nanti.
Kembali kutatap Temmy dengan senyuman yang kubuat sesumringah mungkin, walau sebenarnya hatiku begitu teriris. Kutarik lengan Temmy menjauh dari taman kampus. Aku masih belum tahu, apakah aku akan bersama Temmy atau ini adalah hari terakhir aku bersamanya. Yang kutahu cinta itu merekat erat dalam hatiku.
The end