langit_byru
New member
Cut Nyak Dhien (Lampadang, 1848?Sumedang, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh.
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Panglima Nanta, keturunan dari Sultan Aceh. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.
Cut Nyak Dhien dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka mempunyai satu putra.
Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Ibrahim Lamnga aktif berjuang di garis depan. Pada satu pertempuran di Sela Glee Tarun, Teuku Ibrahim Lamnga gugur.
Pada tahun 1878, Cut Nyak Dhien menikah kembali dengan Teuku Umar. Dalam perjuangannya, Teuku Umar pernah melakukan Sandiwara Besar dengan menyatakan sumpah setia kepada Belanda. Setelah mendapat berbagai fasilitas, Teuku Umar kembali berbalik melawan Belanda.
Teuku Umar gugur saat terjadi serangan ke Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dhien memimpin langsung perlawanan terhadap Belanda.
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Panglima Nanta, keturunan dari Sultan Aceh. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.
Cut Nyak Dhien dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka mempunyai satu putra.
Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Ibrahim Lamnga aktif berjuang di garis depan. Pada satu pertempuran di Sela Glee Tarun, Teuku Ibrahim Lamnga gugur.
Pada tahun 1878, Cut Nyak Dhien menikah kembali dengan Teuku Umar. Dalam perjuangannya, Teuku Umar pernah melakukan Sandiwara Besar dengan menyatakan sumpah setia kepada Belanda. Setelah mendapat berbagai fasilitas, Teuku Umar kembali berbalik melawan Belanda.
Teuku Umar gugur saat terjadi serangan ke Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dhien memimpin langsung perlawanan terhadap Belanda.