Mustinya sih sebelum dan sesudah menikah kadar cemburu itu tetap sama. Artinya kalau terjadi perubahan pada kadar cemburu tadi, maka akan terjadi juga perubahan pada keseimbangan hubungan. Misalnya, kalau dulu pacar pulang jam 8 malam karena meeting nggak papa, maka setelah jadi suami, pulang jam 8 malam juga tetap tidak apa2. Jangan melakukan perubahan sifat cemburu sebelum maupun sesudah menikah. Biasanya justru disitu awal petaka rumah tangga dimulai.
Pernikahan khan harus dilandasi dengan rasa percaya. Jadi cemburu bukan hal yang wajib dinomorsatukan. Saling mengerti dan mendukung, itu yang utama baik sebelum menikah ataupun sesudah menikah.
Nah, apakah cemburu itu perlu? Perlu! Karena kalau kita tidak cemburu, maka kita tidak bisa mengukur seberapa besar cinta kita pada dia. Tapi kalau ditanya seberapa besar cemburu yang diperlukan agar tidak berlebihan? Kembali tergantung kepada kesepakatan keduanya.
Ada cowok yang rela ditelpon pergi kemana dan sama siapa oleh ceweknya. Tapi ada yang tidak rela. Nah, disinilah diperlukan 'deal' atau kompromi mengenai batas2 cemburu tadi. Dan kalau sudah sepakat untuk tidak cemburu masalah 'pergi tadi' maka ya jangan trus masih nekad2 untuk menelpon waktu cowoknya pergi. Karena berarti deal tadi dilanggar dan kita menjadi cacat secara hati (saling melukai). Demikian juga dengan yang cowok...