lala_lulu
New member
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menduga telah terjadi praktik jual-beli bayi yang dilakukan Panti Sosial Permata Hati.
Puluhan anak belum diketahui nasibnya setelah dititipkan di yayasan tersebut.Anggota Kelompok Kerja Pengaduan dan Investigasi RPM Rizki Nasution menduga masih banyak anak-anak yang hingga kini tidak jelas keberadaanya. Data dari Dinas Sosial Kota Bogor menyebutkan, jumlah anak yang ditampung Yayasan Tenaga Kerja Sosial Sukarela (TKSS) Panti Sosial Asuhan Anak Permata Hati yang berlokasi di Jalan Roda, Kelurahan Babakan Pasar, Bogor Tengah, tahun 2007 mencapai 120 orang.
‘Tapi saat ini tinggal 16 orang. Yang lainnya ke mana, itu yang akan kami selidiki,” kata Rizki.
Rizki menyayangkan sikap Dinas Sosial Kota Bogor yang kurang melakukan pengawasan terhadap panti tersebut.
Jumat (2/7) kemarin, Ketua KPM Hadi Supeno menjenguk tiga bayi yang dirawat di RS Islam, Tanahsareal, Kota Bogor. Sehari sebelumnya tiga bayi tersebut diambil RPM dan yayasan itu setelah mendapat laporan dari Dyah Ayu Meliana, ibu rumah tangga yang bayinya ditahan pihak yayasan.
Hadi sempat menggendong bayi mungil bernama Anindya Dyah, putri Dyah Ayu. Bayi berusia tiga minggu itu kondiinya semakin baik.
“Saya prihatin melihat nasib bayi ini. Kalau kita tidak cepat mengamankannya, saya tidak tahu nasib bayi ini selanjutnya seperti apa,” ujarnya sambil mengusap-ngusap pipi sang bayi.
Setelah menjenguk Anindya Dyah, Hadi dan rombongan mendatangi dua bayi lainnya. Dua bayi yang kondisi fisiknya sehat itu dipisahkan ruang perawatannya Anindya.
Dari dua bayi tersebut, satu di antaranya adalah bayi kembar. Hadi terkejut ketika mengetahui bahwa bayi perempuan itu memmliki saudara kembar. “Saudara kembarnya berjenis kelamin laki-laki. Sampai sekarang belum jelas di mana bayi itu. Pihak yayasan belum memberikan penjelasan mengenai keberadaan kembarannya.” ujarnya di Paviliun Jabal Tsur RS Islam Bogor.
Hadi menynatakan kecewa terhadap Dinas Sosial yang tidak peduli dengan keberadaan yayasan tersebut.
Seharusnya, kata dia, Dinsos memperhatikan kondisi panti tempat menampung anak-anak itu, apakah tempatnya layak atau tidak, dan bagaimana dengan sumber daya manusianya.
“Coba perhatikan tempat penampungan di Jalan Roda itu, kan sangat memprihatinkan. Tempatnya kecil, yang ngasuhnya hanya beberapa orang. Padahal, di situ ada anak kecil dan bayi, bagaimana mereka tidurnya,” katanya.
Ketua yayasan, Hj Dina Mayasari, menolak tudingan bahwa pihaknya menahan bayi-bayi tersebut. Menurut dia, orangtua bayi datang ke panti dengan sukarela. ‘Termasuk Ibu Dyah, dia sudah menandatangani surat perjanjian bermeteri yang isinya menyerahkan anaknya untuk diurus oleh yayasan. Dyah telah diurus oleh pihak yayasan. Murni dan perawatan selama hamil, persalinan, sampai perawatan pasca persalinan,” katanya. Namun, Dina mengakui beberapa bayi yang ada di yayasannya diambil orang untuk dijadikan anak asuh.
Sumber : Warkot
Puluhan anak belum diketahui nasibnya setelah dititipkan di yayasan tersebut.Anggota Kelompok Kerja Pengaduan dan Investigasi RPM Rizki Nasution menduga masih banyak anak-anak yang hingga kini tidak jelas keberadaanya. Data dari Dinas Sosial Kota Bogor menyebutkan, jumlah anak yang ditampung Yayasan Tenaga Kerja Sosial Sukarela (TKSS) Panti Sosial Asuhan Anak Permata Hati yang berlokasi di Jalan Roda, Kelurahan Babakan Pasar, Bogor Tengah, tahun 2007 mencapai 120 orang.
‘Tapi saat ini tinggal 16 orang. Yang lainnya ke mana, itu yang akan kami selidiki,” kata Rizki.
Rizki menyayangkan sikap Dinas Sosial Kota Bogor yang kurang melakukan pengawasan terhadap panti tersebut.
Jumat (2/7) kemarin, Ketua KPM Hadi Supeno menjenguk tiga bayi yang dirawat di RS Islam, Tanahsareal, Kota Bogor. Sehari sebelumnya tiga bayi tersebut diambil RPM dan yayasan itu setelah mendapat laporan dari Dyah Ayu Meliana, ibu rumah tangga yang bayinya ditahan pihak yayasan.
Hadi sempat menggendong bayi mungil bernama Anindya Dyah, putri Dyah Ayu. Bayi berusia tiga minggu itu kondiinya semakin baik.
“Saya prihatin melihat nasib bayi ini. Kalau kita tidak cepat mengamankannya, saya tidak tahu nasib bayi ini selanjutnya seperti apa,” ujarnya sambil mengusap-ngusap pipi sang bayi.
Setelah menjenguk Anindya Dyah, Hadi dan rombongan mendatangi dua bayi lainnya. Dua bayi yang kondisi fisiknya sehat itu dipisahkan ruang perawatannya Anindya.
Dari dua bayi tersebut, satu di antaranya adalah bayi kembar. Hadi terkejut ketika mengetahui bahwa bayi perempuan itu memmliki saudara kembar. “Saudara kembarnya berjenis kelamin laki-laki. Sampai sekarang belum jelas di mana bayi itu. Pihak yayasan belum memberikan penjelasan mengenai keberadaan kembarannya.” ujarnya di Paviliun Jabal Tsur RS Islam Bogor.
Hadi menynatakan kecewa terhadap Dinas Sosial yang tidak peduli dengan keberadaan yayasan tersebut.
Seharusnya, kata dia, Dinsos memperhatikan kondisi panti tempat menampung anak-anak itu, apakah tempatnya layak atau tidak, dan bagaimana dengan sumber daya manusianya.
“Coba perhatikan tempat penampungan di Jalan Roda itu, kan sangat memprihatinkan. Tempatnya kecil, yang ngasuhnya hanya beberapa orang. Padahal, di situ ada anak kecil dan bayi, bagaimana mereka tidurnya,” katanya.
Ketua yayasan, Hj Dina Mayasari, menolak tudingan bahwa pihaknya menahan bayi-bayi tersebut. Menurut dia, orangtua bayi datang ke panti dengan sukarela. ‘Termasuk Ibu Dyah, dia sudah menandatangani surat perjanjian bermeteri yang isinya menyerahkan anaknya untuk diurus oleh yayasan. Dyah telah diurus oleh pihak yayasan. Murni dan perawatan selama hamil, persalinan, sampai perawatan pasca persalinan,” katanya. Namun, Dina mengakui beberapa bayi yang ada di yayasannya diambil orang untuk dijadikan anak asuh.
Sumber : Warkot
Last edited by a moderator: