nurcahyo
New member
Para Laskar Antiformalin
Oleh admin
Hanya tahu? Bahan makanan lain seperti ikan asin dan mi juga berformalin. Sedangkan bakso diberi tambahan boraks yang tak kalah berbahaya. Formalin, boraks, dan rhodamin B hanya beberapa zat kimia yang banyak digunakan sebagai pengawet makanan.
Mereka berbahaya bagi kesehatan karena bersifat karsinogenik. Pertanyaannya, apakah dengan tidak makan tahu, mi, dan ikan asin berformalin kita terhindar sama sekali dari risiko kanker?
Ternyata tidak. Dalam kehidupan sehari-hari kita menyatu dengan bahan-bahan
senobiotik (asing) pemicu kanker. Polusi udara akibat semburan knalpot dan cerobong pabrik, kebulan asap rokok. Sadar atau tidak, zat-zat kimia pemicu kanker tetap terakumulasi dan bersarang di tubuh.
Bagaimana menghadapi serangan karsinogen itu? Kuncinya adalah pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan, tidak merokok, menghindari minuman beralkohol, dan teratur berolah raga. ”Biarlah makanan menjadi obatmu dan obat itu makanan bagimu,” ujar Hippocrates. Oleh karena itu konsumsilah buah, sayuran, dan herbal kaya antioksidan alami. Itu untuk menetralisir serangan radikal bebas yang bertubi-tubi masuk ke dalam tubuh.
Alfa tokoferol
Senyawa-senyawa antioksidan alami yang paling kuat adalah alfa-tokoferol dan flavonoid. Alfa-tokoferol salah satu dari 8 bentuk vitamin E, merupakan antioksidan larut lemak yang paling banyak dikenal. Semula alfa-tokoferol hanya dikenal berfungsi sebagai penangkal radikal lipida peroksil, khususnya oxLDL (oxidized low-density lipoprotein) sehingga ampuh mencegah aterosklerosis.
Ternyata alfa-tokoferol juga berperan sebagai pro-oksidan, penyandian sel, dan pengaturan gen. Ia mencegah dan mengobati penyakit jantung, kanker, dan alzheimer’s. Asupan alfa-tokoferol diperoleh dari berbagai sayuran dan buah. Kandungannya sangat bervariasi antara 0,00—2,7 mg/100 g untuk buah dan 0,03—2,0 mg/100 g untuk sayuran. Kadar alfa-tokoferol lebih tinggi diperoleh dari beragam minyak sayur. Contoh minyak kedelai (11,6 mg), zaitun (9,3 mg), kanola (19,2 mg), bunga matahari (60,8 mg), almond (24,2 mg), hazelnut (31,4 mg), dan kacang tanah (6,1 mg).
Minyak dengan kandungan alfatokoferol tinggi dapat pula diperoleh dari minyak buah merah yang dapat mencapai kadar 50 mg, sekitar 40 kali kandungan rata-rata alfa-tokoferol dalam buah dan sayuran. Benteng lain pertahanan tubuh untuk menangkal formalin yang nantinya menjadi radikal bebas adalah flavonoid.
Flavonoid senyawa-senyawa dari golongan polifenol banyak terdapat dalam tanaman. Fungsinya sebagai antioksidan kuat sangat baik untuk pencegahan dan pengobatan kanker. Banyak mekanisme kerja fl avonoid dalam mencegah atau memerangi kanker. Misalnya inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis, diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan resistensi multiobat.
Asupan fl avonoid diperoleh melalui konsumsi buah dan sayuran yang mengandung total fenolik 0,12–1,08 g. Contoh terung, bayam hijau, sawi, apel, dan brokoli. Kadar asam fenolik yang lebih tinggi, 0,19—50,2 g terdapat pada teh, akasia, pinang, delima, jeruk nipis, krisan, klembak, dan secang. Itu berarti 6 kali lipat kandungan total fenolik buah dan sayuran.
Multi-antioksidan
Dalam proses pencegahan kanker, antara satu antioksidan dan antioksidan yang lain bekerja secara sinergis. Artinya, konsumsi makanan atau suplemen kaya antioksidan akan lebih efektif ketimbang konsumsi antioksidan tunggal dalam mencegah risiko kanker. Contoh, keberadaan vitamin C, tokoferol, dan karoten dalam satu suplemen berefek saling sinergis.
Vitamin C meregenerasi bentuk aktif alfa-tokoferol dengan mereduksi bentuk radikal bebas. Untuk konversi betakaroten menjadi vitamin A diperlukan bantuan tokoferol. Vitamin C dan betakaroten dapat mengurangi laju penyerapan vitamin E alias tokoferol. Kandungan antioksidan alfatokoferol buah merah ternyata juga kaya akan antioksidan lain, yaitu flavonoid, betakaroten, dan vitamin C.
Selain itu, buah merah juga kaya akan asam oleat dan asam palmitat yang ber aktivitas antikanker. Gabungan berbagai bentuk antioksidan dan senyawa antikanker itu menjadikan buah merah sebagai tanaman obat primadona, khususnya untuk pencegahan dan pengobatan kanker.
Madu atau racun?
Walau herbal sumber antioksidan kuat daripada buah dan sayuran, konsumen mestihati-hati. Sebab, tidak semua herbal aman untuk dikonsumsi. Salah pilih menjadi bencana yang lebih dahsyat daripada efek konsumsi formalin. Di Indonesia 4 tanaman dilarang oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Aristolochia sp penyebab gagal ginjal
stadium lanjut, kava-kava Piper methysticum bersifat hepatotoksik, ephedra penyebab serangan jantung dan stroke, serta kina Cinchonae sp dan Artemisiae memicu resistensi Plasmodium falcifarum dan P. vivax terhadap obat antimalaria.
Obat dokter dan herbal sebaiknya tidak dikonsumsi dengan interval 2 jam. Menurut penelitian terbaru oleh Usia (2006), sekitar 63% tanaman obat tradisional Indonesia menyebabkan interaksi farmakokinetik dengan obat-obat dokter bila dikonsumsi secara bersamaan. Herbal-herbal yang dimaksud antara lain temugiring, lada putih, delima putih, tapakdara, kemukus, pulosari, sambiloto, sereh, kayu legi, klembak, kayu candana, cengkih, brotowali, dan lempuyang wangi.
Jadi, konsumsi herbal memang sangat baik untuk menetralisir senyawa-senyawa senobiotik seperti formalin yang telanjur masuk tubuh kita. Namun, untuk efektivitasnya, pilihlah herbal berkualitas dan aman dengan kandungan multi-antioksidan. (Dr Ir M Ahkam Subroto, M.App.Sc., ahli peneliti utama LIPI).
Oleh admin
Hanya tahu? Bahan makanan lain seperti ikan asin dan mi juga berformalin. Sedangkan bakso diberi tambahan boraks yang tak kalah berbahaya. Formalin, boraks, dan rhodamin B hanya beberapa zat kimia yang banyak digunakan sebagai pengawet makanan.
Mereka berbahaya bagi kesehatan karena bersifat karsinogenik. Pertanyaannya, apakah dengan tidak makan tahu, mi, dan ikan asin berformalin kita terhindar sama sekali dari risiko kanker?
Ternyata tidak. Dalam kehidupan sehari-hari kita menyatu dengan bahan-bahan
senobiotik (asing) pemicu kanker. Polusi udara akibat semburan knalpot dan cerobong pabrik, kebulan asap rokok. Sadar atau tidak, zat-zat kimia pemicu kanker tetap terakumulasi dan bersarang di tubuh.
Bagaimana menghadapi serangan karsinogen itu? Kuncinya adalah pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan, tidak merokok, menghindari minuman beralkohol, dan teratur berolah raga. ”Biarlah makanan menjadi obatmu dan obat itu makanan bagimu,” ujar Hippocrates. Oleh karena itu konsumsilah buah, sayuran, dan herbal kaya antioksidan alami. Itu untuk menetralisir serangan radikal bebas yang bertubi-tubi masuk ke dalam tubuh.
Alfa tokoferol
Senyawa-senyawa antioksidan alami yang paling kuat adalah alfa-tokoferol dan flavonoid. Alfa-tokoferol salah satu dari 8 bentuk vitamin E, merupakan antioksidan larut lemak yang paling banyak dikenal. Semula alfa-tokoferol hanya dikenal berfungsi sebagai penangkal radikal lipida peroksil, khususnya oxLDL (oxidized low-density lipoprotein) sehingga ampuh mencegah aterosklerosis.
Ternyata alfa-tokoferol juga berperan sebagai pro-oksidan, penyandian sel, dan pengaturan gen. Ia mencegah dan mengobati penyakit jantung, kanker, dan alzheimer’s. Asupan alfa-tokoferol diperoleh dari berbagai sayuran dan buah. Kandungannya sangat bervariasi antara 0,00—2,7 mg/100 g untuk buah dan 0,03—2,0 mg/100 g untuk sayuran. Kadar alfa-tokoferol lebih tinggi diperoleh dari beragam minyak sayur. Contoh minyak kedelai (11,6 mg), zaitun (9,3 mg), kanola (19,2 mg), bunga matahari (60,8 mg), almond (24,2 mg), hazelnut (31,4 mg), dan kacang tanah (6,1 mg).
Minyak dengan kandungan alfatokoferol tinggi dapat pula diperoleh dari minyak buah merah yang dapat mencapai kadar 50 mg, sekitar 40 kali kandungan rata-rata alfa-tokoferol dalam buah dan sayuran. Benteng lain pertahanan tubuh untuk menangkal formalin yang nantinya menjadi radikal bebas adalah flavonoid.
Flavonoid senyawa-senyawa dari golongan polifenol banyak terdapat dalam tanaman. Fungsinya sebagai antioksidan kuat sangat baik untuk pencegahan dan pengobatan kanker. Banyak mekanisme kerja fl avonoid dalam mencegah atau memerangi kanker. Misalnya inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis, diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan resistensi multiobat.
Asupan fl avonoid diperoleh melalui konsumsi buah dan sayuran yang mengandung total fenolik 0,12–1,08 g. Contoh terung, bayam hijau, sawi, apel, dan brokoli. Kadar asam fenolik yang lebih tinggi, 0,19—50,2 g terdapat pada teh, akasia, pinang, delima, jeruk nipis, krisan, klembak, dan secang. Itu berarti 6 kali lipat kandungan total fenolik buah dan sayuran.
Multi-antioksidan
Dalam proses pencegahan kanker, antara satu antioksidan dan antioksidan yang lain bekerja secara sinergis. Artinya, konsumsi makanan atau suplemen kaya antioksidan akan lebih efektif ketimbang konsumsi antioksidan tunggal dalam mencegah risiko kanker. Contoh, keberadaan vitamin C, tokoferol, dan karoten dalam satu suplemen berefek saling sinergis.
Vitamin C meregenerasi bentuk aktif alfa-tokoferol dengan mereduksi bentuk radikal bebas. Untuk konversi betakaroten menjadi vitamin A diperlukan bantuan tokoferol. Vitamin C dan betakaroten dapat mengurangi laju penyerapan vitamin E alias tokoferol. Kandungan antioksidan alfatokoferol buah merah ternyata juga kaya akan antioksidan lain, yaitu flavonoid, betakaroten, dan vitamin C.
Selain itu, buah merah juga kaya akan asam oleat dan asam palmitat yang ber aktivitas antikanker. Gabungan berbagai bentuk antioksidan dan senyawa antikanker itu menjadikan buah merah sebagai tanaman obat primadona, khususnya untuk pencegahan dan pengobatan kanker.
Madu atau racun?
Walau herbal sumber antioksidan kuat daripada buah dan sayuran, konsumen mestihati-hati. Sebab, tidak semua herbal aman untuk dikonsumsi. Salah pilih menjadi bencana yang lebih dahsyat daripada efek konsumsi formalin. Di Indonesia 4 tanaman dilarang oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Aristolochia sp penyebab gagal ginjal
stadium lanjut, kava-kava Piper methysticum bersifat hepatotoksik, ephedra penyebab serangan jantung dan stroke, serta kina Cinchonae sp dan Artemisiae memicu resistensi Plasmodium falcifarum dan P. vivax terhadap obat antimalaria.
Obat dokter dan herbal sebaiknya tidak dikonsumsi dengan interval 2 jam. Menurut penelitian terbaru oleh Usia (2006), sekitar 63% tanaman obat tradisional Indonesia menyebabkan interaksi farmakokinetik dengan obat-obat dokter bila dikonsumsi secara bersamaan. Herbal-herbal yang dimaksud antara lain temugiring, lada putih, delima putih, tapakdara, kemukus, pulosari, sambiloto, sereh, kayu legi, klembak, kayu candana, cengkih, brotowali, dan lempuyang wangi.
Jadi, konsumsi herbal memang sangat baik untuk menetralisir senyawa-senyawa senobiotik seperti formalin yang telanjur masuk tubuh kita. Namun, untuk efektivitasnya, pilihlah herbal berkualitas dan aman dengan kandungan multi-antioksidan. (Dr Ir M Ahkam Subroto, M.App.Sc., ahli peneliti utama LIPI).