lala_lulu
New member
Dengan industri wisata perdesaan seperti ini, kata Noviendi, masyarakat adat mendapat uang banyak dari kerajinan dan pemasukan wisata, tapi keseharian mereka tidak terganggu atau berubah. Di sisi lain, dengan informasi yang sangat lengkap, para turispun terkesan dan berempati untuk membiarkan masyarakat adat di sana hidup tenang tanpa perlu bersinggungan dengan dunia luar,
“Inilah yang disebut bisnis pariwisata adalah bisnis interpretatif. Selama ini kita seperti bakar daging kurang kecap. Lokasi wisatanya sangat bagus, tapi minim informasi sehingga turis kurang terkesan,” terang Noviendi.
Dia menekankan, sebuah potensi atraksi yang sederhana dapat mengundang banyak wisatawan bila ditata dan dikemas dalam paket wisata yang lengkap. Untuk itu dibutuhkan destination management organization (DM0) sebagai penyelenggara yang melibatkan perwakilan masyarakat setempat. Contoh DM0 yang sudah berjalan bagus adalah di Baturaden, Purwokerto,Jawa Tengah. Para pelaku wisata di sana menyepakati standar produk dan jasa, estetika, kuahitashinggaharga.
“Hanya ingat, jangan sampai kita menjual kemiskinan saat menawarkan wisata perdesaan. Yang kita jual adalah kearifan lokal dan suasana alaminya,” kata Noviendi."
Sèmentara itu, Director of Sales and Marketing Hotel Mehia Purosani Yogyakarta Asteria T Hesty mengatakan, untuk menata sebuah wisata perdesaan yang ideal dibutuhkan kerja sama yang sangat baik antara pemda dan kalangan industri wisata. “Pemda bisa membuka kampung-kampung adat yang potensial sebagai objek wisata, lalu swasta yang menata, mengemas paket, dan mengoperasikannya. Pemda tetap menjadi koordinator dan regulator di tingkat lokal,” ujarAster. Wisata perdesaan sangat potensial mendatangkan pemasukan baik bagi pemda, pelaku usaha wisata maupun terutama masyarakat setempat.
Sumber : Sindo
“Inilah yang disebut bisnis pariwisata adalah bisnis interpretatif. Selama ini kita seperti bakar daging kurang kecap. Lokasi wisatanya sangat bagus, tapi minim informasi sehingga turis kurang terkesan,” terang Noviendi.
Dia menekankan, sebuah potensi atraksi yang sederhana dapat mengundang banyak wisatawan bila ditata dan dikemas dalam paket wisata yang lengkap. Untuk itu dibutuhkan destination management organization (DM0) sebagai penyelenggara yang melibatkan perwakilan masyarakat setempat. Contoh DM0 yang sudah berjalan bagus adalah di Baturaden, Purwokerto,Jawa Tengah. Para pelaku wisata di sana menyepakati standar produk dan jasa, estetika, kuahitashinggaharga.
“Hanya ingat, jangan sampai kita menjual kemiskinan saat menawarkan wisata perdesaan. Yang kita jual adalah kearifan lokal dan suasana alaminya,” kata Noviendi."
Sèmentara itu, Director of Sales and Marketing Hotel Mehia Purosani Yogyakarta Asteria T Hesty mengatakan, untuk menata sebuah wisata perdesaan yang ideal dibutuhkan kerja sama yang sangat baik antara pemda dan kalangan industri wisata. “Pemda bisa membuka kampung-kampung adat yang potensial sebagai objek wisata, lalu swasta yang menata, mengemas paket, dan mengoperasikannya. Pemda tetap menjadi koordinator dan regulator di tingkat lokal,” ujarAster. Wisata perdesaan sangat potensial mendatangkan pemasukan baik bagi pemda, pelaku usaha wisata maupun terutama masyarakat setempat.
Sumber : Sindo