bigmatch epl liverpool-mu
Bila kita membicarakan sepakbola di Inggris, pastinya dua nama akan selalu muncul dalam dialog yang terjadi. Liverpool, dan Manchester United.
Kedua nama tersebut seakan menjadi ikon yang tak bisa lepas dan saling melengkapi satu sama lain. Sukses yang diraih keduanya berperanan besar melambungkan nama mereka di mata pecinta sepakbola di seluruh dunia.
Telah menjadi rahasia umum juga kalau suporter fanatik kedua tim hanya menunggu-nunggu dua pertandingan di tiap musim Liga Primer Inggris saja, yaitu saat dua tim merah itu saling berhadapan.
Laga di Anfield, Sabtu (13/9) mendatang akan menjadi pertandingan ke-176 di antara keduanya sejak pertandingan pertama yang berlangsung 28 April 1894. Total statistik hingga saat ini menunjukkan kalau Setan Merah berhasil menang sebanyak 68 kali, Liverpool 57, dan hasil imbang terjadi dalam 50 pertandingan.
Dari gol yang dicetak, Liverpool menjaringkan 221 gol, sementara United menyarangkan 221 gol.
Tidak ada yang dapat memastikan sejak kapan persaingan sengit keduanya dimulai. Padahal jarak kedua kota terbilang dekat dan hanya terpisah sekitar 48 km.
Kompetisi telah dimulai sejak awal Revolusi Industri di Inggris, dengan tiap kota ingin menjadi lebih baik dari tetangganya dalam sisi ekonomi.
Liverpool terkenal lewat pelabuhannya yang sibuk, yang kemudian memberikan kehidupan bagi warga kota. Sementara Manchester ramai diketahui sebagai pusat industri kapas dan tekstil.
Namun pada tahun 1894, dimulai pembangunan Manchester Ship Canal yang membuat kapal-kapal dapat potong kompas dan tidak perlu melewati Liverpool. Hal ini membuat bibit-bibit kebencian mulai tumbuh dengan subur.
Persaingan lainnya juga terjadi di bidang musik. Liverpool, seperti diketahui, merupakan tempat kelahiran The Beatles yang menjadi salah satu band paling berpengaruh di dunia musik. Manchester pun tidak mau kalah dan melahirkan band lokal lainnya seperti The Stone Roses, New Order, The Smiths, dan juga Oasis dari era 80an hingga pertengahan 90an.
Walau demikian, tetap saja persaingan yang lebih berarti adalah hasil nyata dan prestasi di lapangan hijau. Era 70an hingga 80an menjadi milik The Reds, sementar United berkuasa sejak awal tahun 90an sampai saat ini.
Kesukesean United dapat dianggap hanya terjadi di masa Sir Alex Ferguson, sedangkan fans Liverpool dapat membanggakan diri karena prestasi mereka sangat konsisten terjadi di masa keemasan manajer Bill Shankly, Bob Paisley, Joe Fagan, dan Kenny Dalglish.
Tidak dapat dipungkiri kalau Liverpool adalah tim yang paling sukses di Inggris dari hitungan jumlah gelar yang mereka miliki. 18 gelar juara Liga Utama Inggris, ditambah dengan 5 kali juara Piala Eropa (termasuk Liga Champions) yang diraih, masih lebih baik dari 17 gelar juara Liga Utama Inggris, dan 3 kali juara Eropa yang dimenangkan oleh United.
Ketatnya perbedaan dari jumlah piala yang dimenangkan hanya membuat kebencian dari kedua belah pihak suporter menjadi lebih panas.
Mobil ambulan yang membawa Alan Smith setelah kakinya patah di Anfield diserang fans The Reds saat ingin keluar dari kompleks stadion menuju rumah sakit. Suporter United sendiri pun juga bersalah dengan menyanyikan lagu-lagu tidak pantas yang menyinggung keluarga Steven Gerrard atau Jamie Carragher.
Maka tidaklah heran kalau para pemain juga tidak sabar untuk saling berlaga. Apalagi bagi pemain lokal seperti Gerrard, Carragher, Gary Neville, Ryan Giggs, dan Wayne Rooney.
Tetapi dibalik semua kebencian dan persaingan yang ada, harus diketahui juga kalau ada persahabatan erat diantara para manajer dan pemain.
Manajer legendaris United Sir Matt Busby mengisi karir sepakbolanya di Liverpool, dan ia juga berteman baik dengan Shankly yang menjadi tokoh yang selalu dihormati di Anfield.
Ketika Gerard Houllier harus dioperasi jantungnya tahun 2001, Ferguson termasuk kelompok pertama yang menjenguknya di rumah sakit.
Bencana dan tragedi juga menjadi salah satu faktor kesamaan yang dapat dihargai oleh kedua klub. United kehilangan hampir semua pemain di tim yang dijuluki Busby Babes pada kecelakaan pesawat di Munich tahun 1958, dan 96 suporter Liverpool meninggal di Hillsborough tahun 1989.
Pada akhirnya semua kesamaan dan hubungan yang terjalin akan dilupakan sementara selama 90 menit, saat kapten kedua tim keluar dari ruang ganti dan memimpin rekannya masing-masing untuk memulai kembali duel badai merah tahunan di Liga Primer