Pascabanjir, Waspadai Wabah DBD

nurcahyo

New member
Pascabanjir, Waspadai Wabah DBD






JAKARTA, KOMPAS - Tujuh provinsi di Tanah Air menunjukkan lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) dalam dua bulan terakhir ini. Perubahan cuaca yang ekstrem memicu perkembangbiakan nyamuk pembawa virus penyakit itu dalam dua pekan ke depan, terutama di daerah yang terendam banjir. Karena itu, perlu ada gerakan penanggulangan DBD yang komprehensif.

?Perubahan cuaca akhir-akhir ini, habis hujan terus panas, membuat nyamuk cepat berkembang biak. Ini bisa meningkatkan kasus DBD,? kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam jumpa pers, Selasa (13/2), di ruang J Leimena, Gedung Departemen Kesehatan, Jakarta.

Dalam dua bulan terakhir ini, penyakit DBD menyebar dengan pesat dan telah menjangkiti 16.803 orang. Dari total jumlah kasus itu, 267 pasien di antaranya meninggal dunia. Jumlah penderita yang besar terutama di tujuh provinsi yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Lampung, dan Banten.

Beberapa provinsi bahkan menunjukkan angka kematian yang tinggi. Di Jawa Timur, misalnya, DBD menyerang 2.081 orang dan 45 penderita di antaranya meninggal dunia. Ini berarti tingkat kematiannya mencapai 2,16 persen. Sedangkan di Jawa Tengah tercatat 1.745 penderita, dan 57 orang di antaranya meninggal dunia. Jadi, angka kematian di Jateng mencapai 3,27 persen. ?Tingginya tingkat kematian akibat DBD ini disebabkan keterlambatan penanganan medis,? kata Menkes.

Karena gejala awal DBD bersifat umum, lanjut Menkes, keluarga pasien banyak yang mengira hal itu hanya panas biasa. Saat dibawa ke dokter, kondisi penderita sudah sangat parah sehingga tidak bisa tertolong nyawanya kendati telah mendapat perawatan medis. ?Lokasi tempat pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal pasien juga jadi kendala tersendiri. Ini terutama terjadi di daerah-daerah terpencil seperti yang terjadi di Kalimantan Timur,? ujarnya.

Sejauh ini, berbagai upaya yang dilakukan belum menunjukkan hasil menggembirakan. Padahal, berbagai upaya seperti gerakan pemberantasan sarang nyamuk, pembentukan kelompok kerja nasional DBD, pemberdayaan juru pemantau jentik (jumantik), pengasapan, dan kampanye di berbagai media. ?Berbagai usaha itu ternyata belum mampu menekan peningkatan jumlah kasus dalam dua bulan terakhir ini,? tutur Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Nyoman Kandun.

Untuk mempercepat penanganan DBD, perlu dilakukan gerakan komprehensif secara nyata di lapangan. Caranya, penanganan kasus DBD dengan manajemen khusus, pembentukan tim khusus (task force) lintas program dan sektor, penyiapan rumah sakit dan posko-posko di tiap simpul desa/kelurahan di kabupaten/kota yang kasusnya tinggi.

Sumber : Kompas
 
Back
Top