JAKARTA--MIOL: Hingga Jumat (16/2) pagi tercatat 190 pasien korban banjir dirawat di RSUD Tarakan, Jakarta. Sebanyak 153 di antaranya didiagnosa diare. Sebagian pasien dirawat di lorong-lorong RS milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu.
"Pasien diare yang anak-anak 134 orang, sisanya dewasa," jelas sumber Media Indonesia, Jumat.
Jumlah ini meningkat dibanding sehari sebelumnya yang mencatat 151 pasien diare, 131 di antaranya anak-anak. "Mulai tadi (Kamis) malam sampai pagi ini (Jumat), pasien diare yang datang sedikit lbih banyak dibanding yang pulang."
Angka yang masih tinggi itu memaksa sejumlah pasien diare masih tersebar di lorong-lorong. Jumat pagi, tercatat 66 pasien yang dirawat di lorong-lorong lantai 3 dan 6. Dari jumlah itu, 64 di antaranya pasien diare, sedangkan sisanya pasien demam berdarah dengue (DBD).
Sejak Sabtu (3/2), RSUD Tarakan telah menangani 378 pasien korban banjir.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Tarakan Sutirto Basuki mengatakan ruangan lantai 2 yang sedianya akan digunakan sebagai kantor, telah siap untuk menampung sementara lonjakan pasien diare. "Sudah diperbaiki dan siap dipakai sewaktu-waktu."
Ruangan itu diperkirakan sanggup untuk menampung 50-an pasien.
Bayi meninggal
Penyakit diare yang marak sejak banjir melanda Jakarta kembali merenggut korban jiwa. Kamis (15/2) malam, seorang bayi yang menderita diare berat meninggal dunia di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tarakan, Jakpus.
Bayi laki-laki itu bernama Raihan, 1, warga Jalan Jembatan Besi I, RT 05/02, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakbar. Ia menghembuskan nafas terakhir pukul 19.50 WIB, hanya beberapa jam setelah dilarikan ke IGD. Jenazahnya telah diambil pihak keluarga malam itu juga.
Sumber Media Indonesia di Bagian Program RSUD Tarakan mengatakan Raihan tidak sempat dirawat di ruang perawatan, karena saat dibawa ke IGD kondisinya sudah berat.
Raihan adalah pasien diare pertama yang meninggal dunia di RSUD Tarakan sejak membludaknya pasien diare di rumah sakit itu, pascabanjir awal bulan ini. Sedangkan seorang pasien diare yang dirawat di ICU sejak Rabu (14/2), Aisyah Nabila, 7, hingga kemarin masih belum dipindahkan ke kamar perawatan. "Kondisinya masih kritis."
"Pasien diare yang anak-anak 134 orang, sisanya dewasa," jelas sumber Media Indonesia, Jumat.
Jumlah ini meningkat dibanding sehari sebelumnya yang mencatat 151 pasien diare, 131 di antaranya anak-anak. "Mulai tadi (Kamis) malam sampai pagi ini (Jumat), pasien diare yang datang sedikit lbih banyak dibanding yang pulang."
Angka yang masih tinggi itu memaksa sejumlah pasien diare masih tersebar di lorong-lorong. Jumat pagi, tercatat 66 pasien yang dirawat di lorong-lorong lantai 3 dan 6. Dari jumlah itu, 64 di antaranya pasien diare, sedangkan sisanya pasien demam berdarah dengue (DBD).
Sejak Sabtu (3/2), RSUD Tarakan telah menangani 378 pasien korban banjir.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Tarakan Sutirto Basuki mengatakan ruangan lantai 2 yang sedianya akan digunakan sebagai kantor, telah siap untuk menampung sementara lonjakan pasien diare. "Sudah diperbaiki dan siap dipakai sewaktu-waktu."
Ruangan itu diperkirakan sanggup untuk menampung 50-an pasien.
Bayi meninggal
Penyakit diare yang marak sejak banjir melanda Jakarta kembali merenggut korban jiwa. Kamis (15/2) malam, seorang bayi yang menderita diare berat meninggal dunia di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tarakan, Jakpus.
Bayi laki-laki itu bernama Raihan, 1, warga Jalan Jembatan Besi I, RT 05/02, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakbar. Ia menghembuskan nafas terakhir pukul 19.50 WIB, hanya beberapa jam setelah dilarikan ke IGD. Jenazahnya telah diambil pihak keluarga malam itu juga.
Sumber Media Indonesia di Bagian Program RSUD Tarakan mengatakan Raihan tidak sempat dirawat di ruang perawatan, karena saat dibawa ke IGD kondisinya sudah berat.
Raihan adalah pasien diare pertama yang meninggal dunia di RSUD Tarakan sejak membludaknya pasien diare di rumah sakit itu, pascabanjir awal bulan ini. Sedangkan seorang pasien diare yang dirawat di ICU sejak Rabu (14/2), Aisyah Nabila, 7, hingga kemarin masih belum dipindahkan ke kamar perawatan. "Kondisinya masih kritis."