jmw01
New member
TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Tiga orang prajurit Israel diringkus karena dicurigai telah menjual perlengkapan curian milik para penumpang kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza yang diserang pasukan Israel pda 31 Mei lalu.
Barang bukti hasil curian
Di antara barang-barang yang dicuri, diyakini termasuk enam komputer jinjing dan sejumlah telepon satelit milik para aktivis yang ada di atas kapal Turki, Mavi Marmara.
Polisi militer menangkap para prajurit tersebut pada hari Senin (16/8) lalu, demikian dilaporkan oleh Sydney Morning Herald pada Jumat (20/8), mengutip laporan dari sebuah harian lokal.
Kapal tersebut diserang pasukan komando Marinir Israel yang berusaha menghentikan kapal itu agar tidak menembus blokade maritim Israel di Jalur Gaza. Sembilan orang warga Turki dibantai dalam peristiwa itu.
Menurut laporan itu, barang-barang tersebut dicuri dari Mavi Marmara oleh seorang personel Tentara Pertahanan Israel (IDF) yang naik ke kapal setelah kapal yang bersangkutan ditambatkan di pelabuhan Ashdod.
Tentara itu diyakini sudah menjual empat hingga enam komputer ke tentara lain yang turut bertugas bersamanya di pangkalan Angkatan Laut Ashdod. Prajurit itu dicurigai telah menjual komputer-komputer itu kepada beberapa prajurit lain yang berasal dari kota yang sama dengannya.
“Para ‘klien’ mengaku saat ditanyai bahwa mereka telah membeli sejumlah laptop, yang sudah disita polisi,” kata laporan itu.
“Para detektif yakin bahwa prajurit-prajurit itu sebenarnya tahu bahwa barang yang mereka beli berasal dari kapal, meski tidak ada satu pun dari mereka yang melapor mengenai itu.”
Juru bicara IDF membenarkan bahwa ada investigasi yang tengah berlangsung, namun ia menolak mengatakan apakah barang-barang tersebut memang dicuri dari Mavi Marmara.
Awal minggu ini, IDF dipaksa mengecam seorang mantan tentara dan menyebutnya “memalukan” karena ia mengunggah foto-foto dirinya yang tengah tersenyum di samping para tahanan Palestina yang diikat dan dibungkam mulutnya.
Beredarnya foto-foto itu di internet mendatangkan kecaman internasional yang berujung pada tuntutan agar dirilis juga foto-foto lain yang menunjukkan prajurit Israel mempermalukan tahanan Palestina, dan tampaknya juga berpose dengan berlatar belakang mayat.
Juni lalu, diketahui bahwa Israel ternyata tidak hanya menghabisi dan menganiaya para aktivis pembawa bantuan kemanusiaan di atas kapal-kapal yang tergabung dalam armada Freedom Flotilla, tetapi Israel juga merampok mereka.
Para aktivis Freedom Flotilla Gaza mengatakan uang mereka dirampok, segala perlengkapan yang mereka bawa juga tidak luput dari penyitaan Israel setelah kapal yang mereka tumpangi mendapat serbuan mematikan pada tanggal 31 Mei.
Menurut para aktivis yang selamat dari pembantaian, mereka dirampok oleh komando Marinir Israel. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya diperkirakan mencapai $3,5 juta dalam bentuk uang tunai dan berbagai barang lainnya.
Ratusan orang aktivis melaporkan kehilangan uang tunai, laptop, telepon seluler, dan pakaian setelah dibebaskan Israel.
“Kamera dan telepon seluler kami diambil dalam tahapan pertama di atas kapal ketika mereka menggiring kami keluar, mereka lalu mengambil semua barang yang ada hubungannya dengan teknologi,” kata Alex Philips, seorang korban selamat armada Gaza kepada agensi berita Press TV.
Diperkirakan ada 600 telepon seluler, 400 kamera video, dan 350 laptop yang masih ada di tangan militer Israel.
Sebagian besar penumpang juga membawa uang tunai dalam jumlah besar. Uang tersebut adalah hasil dari penggalangan dana selama berbulan-bulan. Uang itu ditujukan untuk lembaga amal di Jalur Gaza.
“Lebih dari 3.500 (dolar) uang saya dan juga surat izin mengemudi saya (diambil). Mereka mengambil kartu identitas milik saya yang merupakan izin kerja saya di Arab Saudi sebagai seorang guru. Mereka mengambil laptop saya, mereka juga mengambil banyak pakaian,” kata Bilat Abdul Aziz, seorang aktivis lainnya kepada kantor berita Press TV.
Barang bukti hasil curian
Di antara barang-barang yang dicuri, diyakini termasuk enam komputer jinjing dan sejumlah telepon satelit milik para aktivis yang ada di atas kapal Turki, Mavi Marmara.
Polisi militer menangkap para prajurit tersebut pada hari Senin (16/8) lalu, demikian dilaporkan oleh Sydney Morning Herald pada Jumat (20/8), mengutip laporan dari sebuah harian lokal.
Kapal tersebut diserang pasukan komando Marinir Israel yang berusaha menghentikan kapal itu agar tidak menembus blokade maritim Israel di Jalur Gaza. Sembilan orang warga Turki dibantai dalam peristiwa itu.
Menurut laporan itu, barang-barang tersebut dicuri dari Mavi Marmara oleh seorang personel Tentara Pertahanan Israel (IDF) yang naik ke kapal setelah kapal yang bersangkutan ditambatkan di pelabuhan Ashdod.
Tentara itu diyakini sudah menjual empat hingga enam komputer ke tentara lain yang turut bertugas bersamanya di pangkalan Angkatan Laut Ashdod. Prajurit itu dicurigai telah menjual komputer-komputer itu kepada beberapa prajurit lain yang berasal dari kota yang sama dengannya.
“Para ‘klien’ mengaku saat ditanyai bahwa mereka telah membeli sejumlah laptop, yang sudah disita polisi,” kata laporan itu.
“Para detektif yakin bahwa prajurit-prajurit itu sebenarnya tahu bahwa barang yang mereka beli berasal dari kapal, meski tidak ada satu pun dari mereka yang melapor mengenai itu.”
Juru bicara IDF membenarkan bahwa ada investigasi yang tengah berlangsung, namun ia menolak mengatakan apakah barang-barang tersebut memang dicuri dari Mavi Marmara.
Awal minggu ini, IDF dipaksa mengecam seorang mantan tentara dan menyebutnya “memalukan” karena ia mengunggah foto-foto dirinya yang tengah tersenyum di samping para tahanan Palestina yang diikat dan dibungkam mulutnya.
Beredarnya foto-foto itu di internet mendatangkan kecaman internasional yang berujung pada tuntutan agar dirilis juga foto-foto lain yang menunjukkan prajurit Israel mempermalukan tahanan Palestina, dan tampaknya juga berpose dengan berlatar belakang mayat.
Juni lalu, diketahui bahwa Israel ternyata tidak hanya menghabisi dan menganiaya para aktivis pembawa bantuan kemanusiaan di atas kapal-kapal yang tergabung dalam armada Freedom Flotilla, tetapi Israel juga merampok mereka.
Para aktivis Freedom Flotilla Gaza mengatakan uang mereka dirampok, segala perlengkapan yang mereka bawa juga tidak luput dari penyitaan Israel setelah kapal yang mereka tumpangi mendapat serbuan mematikan pada tanggal 31 Mei.
Menurut para aktivis yang selamat dari pembantaian, mereka dirampok oleh komando Marinir Israel. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya diperkirakan mencapai $3,5 juta dalam bentuk uang tunai dan berbagai barang lainnya.
Ratusan orang aktivis melaporkan kehilangan uang tunai, laptop, telepon seluler, dan pakaian setelah dibebaskan Israel.
“Kamera dan telepon seluler kami diambil dalam tahapan pertama di atas kapal ketika mereka menggiring kami keluar, mereka lalu mengambil semua barang yang ada hubungannya dengan teknologi,” kata Alex Philips, seorang korban selamat armada Gaza kepada agensi berita Press TV.
Diperkirakan ada 600 telepon seluler, 400 kamera video, dan 350 laptop yang masih ada di tangan militer Israel.
Sebagian besar penumpang juga membawa uang tunai dalam jumlah besar. Uang tersebut adalah hasil dari penggalangan dana selama berbulan-bulan. Uang itu ditujukan untuk lembaga amal di Jalur Gaza.
“Lebih dari 3.500 (dolar) uang saya dan juga surat izin mengemudi saya (diambil). Mereka mengambil kartu identitas milik saya yang merupakan izin kerja saya di Arab Saudi sebagai seorang guru. Mereka mengambil laptop saya, mereka juga mengambil banyak pakaian,” kata Bilat Abdul Aziz, seorang aktivis lainnya kepada kantor berita Press TV.