Adamsuhada
New member
Budaya rakus. Itulah salah satu dampak yang dikhawatirkan akan melanda persepakbolaan Inggris seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi tim-tim yang berkecimpung di kompetisi premiership. Dengan kian bertambahnya pundi-pundi uang bagi setiap klub dipastikan gaji para pemain pun akan meningkat. Walhasil, sebagian publik waswas nilai sepakbola itu akan luntur ?digempur? tumpukan fulus.
Salah satu yang sangat vokal dengan kian ?mewahnya? para pesepakbola profesional di Liga Premier adalah manajer Manchester City, Stuart Pearce. Entah itu kebetulan entah tidak, pernyataan Pearce yang mengecam keras budaya rakus yang kini mulai menimpa para pemain lokal hanya berselang sehari setelah defender asal Australia Lucas Neill menolak bergabung dengan Liverpool?sesuai dengan harapannya semula?dan tampaknya lebih sreg dengan tawaran dari West Ham United. Sebab, kubu Upton Park mengiming-imingi Neill dengan gaji dua kali lipat dari besarnya tawaran yang diajukan kubu Anfield.
?Ketika saya masih aktif bermain, kriteria utama bagi saya untuk pindah adalah klub tersebut merupakan tempat terbaik bagi saya untuk bermain,? kata Pearce seperti yang dikutip harian Mirror. ?Gaji bukanlah faktor utama bagi saya. Itulah yang membuat saya tetap bermain bersama Nottingham Forest, lalu bergabung dengan Newcastle, West Ham United, dan Manchester City,? tambahnya.
Karena itu Pearce merasa gerah dengan jawaban pemain lokal berusia muda ketika ditanya apakah yang akan mereka pilih, memiliki sebuah mobil Ferrari atau mampu terpilih memperkuat Timnas Inggris. Apa jawabannya? ?Tentu saja, saya akan memilih mempunyai mobil Ferrari. Sebab, bukannya mobil itu fantastis,? kata Pearce menirukan jawaban pemain muda tersebut.
Pearce mengaku sangat terkejut dengan jawaban seperti itu. ?Kini, mereka seperti alien bagi saya. Saya beruntung mempunyai uang dalam jumlah yang cukup semasa saya masih aktif bermain. Namun, uang bukan segala-galanya. Sepakbola itu sendiri yang menjadi faktor utama. Itulah yang selalu saya pegang teguh,? tegas mantan full-back The Three Lions itu.
Pearce menambahkan, ?Kiwari, sepakbola telah dikelilingi guyuran uang dalam jumlah yang banyak. Sisi buruknya, terdapat kemungkinan para pemain muda itu menjadi rakus dan tamak. Ketika seorang pemain datang dan meminta nasihat dari saya, maka saya akan katakan kepadanya untuk selalu berpedoman kepada sepakbola itu sendiri. Dalam artian, mereka harus mampu memilih tempat terbaik bagi mereka untuk bermain,? terang Pearce.
Komentar Pearce itu juga ditujukan untuk memuji dua anak asuhnya yang belakangan menjadi komoditi laris di bursa transfer Januari 2007, yaitu Micah Richards dan Joey Barton. ?Pekan ini, mereka berdua angkat bicara seraya menegaskan bahwa mereka berdasar ?alasan sepakbola itu sendiri? lebih memilih untuk tetap bermain bersama klub ini. Sungguh, pernyataan itu membuat saya senang dan gembira,? ujar Pearce.
Salah satu yang sangat vokal dengan kian ?mewahnya? para pesepakbola profesional di Liga Premier adalah manajer Manchester City, Stuart Pearce. Entah itu kebetulan entah tidak, pernyataan Pearce yang mengecam keras budaya rakus yang kini mulai menimpa para pemain lokal hanya berselang sehari setelah defender asal Australia Lucas Neill menolak bergabung dengan Liverpool?sesuai dengan harapannya semula?dan tampaknya lebih sreg dengan tawaran dari West Ham United. Sebab, kubu Upton Park mengiming-imingi Neill dengan gaji dua kali lipat dari besarnya tawaran yang diajukan kubu Anfield.
?Ketika saya masih aktif bermain, kriteria utama bagi saya untuk pindah adalah klub tersebut merupakan tempat terbaik bagi saya untuk bermain,? kata Pearce seperti yang dikutip harian Mirror. ?Gaji bukanlah faktor utama bagi saya. Itulah yang membuat saya tetap bermain bersama Nottingham Forest, lalu bergabung dengan Newcastle, West Ham United, dan Manchester City,? tambahnya.
Karena itu Pearce merasa gerah dengan jawaban pemain lokal berusia muda ketika ditanya apakah yang akan mereka pilih, memiliki sebuah mobil Ferrari atau mampu terpilih memperkuat Timnas Inggris. Apa jawabannya? ?Tentu saja, saya akan memilih mempunyai mobil Ferrari. Sebab, bukannya mobil itu fantastis,? kata Pearce menirukan jawaban pemain muda tersebut.
Pearce mengaku sangat terkejut dengan jawaban seperti itu. ?Kini, mereka seperti alien bagi saya. Saya beruntung mempunyai uang dalam jumlah yang cukup semasa saya masih aktif bermain. Namun, uang bukan segala-galanya. Sepakbola itu sendiri yang menjadi faktor utama. Itulah yang selalu saya pegang teguh,? tegas mantan full-back The Three Lions itu.
Pearce menambahkan, ?Kiwari, sepakbola telah dikelilingi guyuran uang dalam jumlah yang banyak. Sisi buruknya, terdapat kemungkinan para pemain muda itu menjadi rakus dan tamak. Ketika seorang pemain datang dan meminta nasihat dari saya, maka saya akan katakan kepadanya untuk selalu berpedoman kepada sepakbola itu sendiri. Dalam artian, mereka harus mampu memilih tempat terbaik bagi mereka untuk bermain,? terang Pearce.
Komentar Pearce itu juga ditujukan untuk memuji dua anak asuhnya yang belakangan menjadi komoditi laris di bursa transfer Januari 2007, yaitu Micah Richards dan Joey Barton. ?Pekan ini, mereka berdua angkat bicara seraya menegaskan bahwa mereka berdasar ?alasan sepakbola itu sendiri? lebih memilih untuk tetap bermain bersama klub ini. Sungguh, pernyataan itu membuat saya senang dan gembira,? ujar Pearce.