nurcahyo
New member
Pembentukan Partai Baru Hanya Akal-Akalan Elit Politik
Kapanlagi.com - Mulai bermunculannya sejumlah partai politik menjelang Pemilihan umum pada 2009 mendatang, justru dinilai Ketua Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan Putro sebagai akal-akalan dari para elit politik untuk dapat masuk arena politik.
"Partai politik yang muncul baru-baru ini diakui atau tidak, merupakan indikasi tidak puasnya elit politik terhadap kepemimpinan partai politik yang ada, sehingga mereka menyempatkan diri membentuk partai baru," katanya, di Jakarta, Senin (27/11).
Para elit politik yang membentuk partai baru, sebenarnya sadar posisi mereka sangat lemah dalam hal jaringan dan pendanaan sehingga integritas politik mereka patut diragukan.
Kondisi ini kemungkinan akan berdampak pada perolehan suara yang tidak signifikan dan perlu berafiliasi serta bersinergi untuk kemudian melebur suaranya pada politik tertentu.
Sejumlah partai politik yang merupakan sempalan partai politik yang ada di antaranya, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) dan Partai Matahari Bangsa (PMB).
PKNU merupakan sempalan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sedangkan PMB yang dideklarasikan oleh para tokoh muda Muhammadiyah lebih sebagai upaya menampung aspirasi warga Muhammadiyah yang saat ini semakin tidak didengar di partai-partai politik terutama PAN yang justru dilahirkan Muhmmadiyah.
Ismed menjelaskan, partai politik baru itu, akan banyak menghadapi persoalan seperti pengelolaan manajemen partai.
Mengenai sejauh mana kemungkinan keberlangsungan partai tersebut, Ismed memperkirakan, masyarakat ke depan akan lebih selektif memilih partai, misalnya terkait partai X yang akan memberikan kesejahteraan untuk mereka.
"Tentu mereka tidak akan terbuai dengan sekadar janji dan publik figur partai tertentu, namun akan lebih menilai dari perjalanan partai yang bersangkutan dari ukuran moralitas dan kapabilitas partai bersangkutan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, tidak signifikan apakah partai baru atau partai lama, ketika partai itu tidak memiliki aktualisasi peran terhadap upaya pemecahan sejumlah masalah rakyat, maka secara otomatis partai lama maupun partai baru tidak akan dilirik oleh masyarakat.
Ismed juga memperkirakan, partai yang lahir karena ketidakpuasan dan konflik dipastikan tidak eksis dalam perjalanan waktu, seperti pengalaman yang sebelumnya banyak muncul partai Islam dan partai nasionalis yang kenyataannya partai-partai tersebut tidak masuk parlemen.
"Memang pada tahun 2004, ada Partai Demokrat yang mampu maju dengan figur Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, sekarang ini partai kecil yang muncul tidak punya figur untuk mengangkat partai bersangkutan. Lima atau enam partai yang muncul tidak relevan," katanya.
Kapanlagi.com - Mulai bermunculannya sejumlah partai politik menjelang Pemilihan umum pada 2009 mendatang, justru dinilai Ketua Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan Putro sebagai akal-akalan dari para elit politik untuk dapat masuk arena politik.
"Partai politik yang muncul baru-baru ini diakui atau tidak, merupakan indikasi tidak puasnya elit politik terhadap kepemimpinan partai politik yang ada, sehingga mereka menyempatkan diri membentuk partai baru," katanya, di Jakarta, Senin (27/11).
Para elit politik yang membentuk partai baru, sebenarnya sadar posisi mereka sangat lemah dalam hal jaringan dan pendanaan sehingga integritas politik mereka patut diragukan.
Kondisi ini kemungkinan akan berdampak pada perolehan suara yang tidak signifikan dan perlu berafiliasi serta bersinergi untuk kemudian melebur suaranya pada politik tertentu.
Sejumlah partai politik yang merupakan sempalan partai politik yang ada di antaranya, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) dan Partai Matahari Bangsa (PMB).
PKNU merupakan sempalan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sedangkan PMB yang dideklarasikan oleh para tokoh muda Muhammadiyah lebih sebagai upaya menampung aspirasi warga Muhammadiyah yang saat ini semakin tidak didengar di partai-partai politik terutama PAN yang justru dilahirkan Muhmmadiyah.
Ismed menjelaskan, partai politik baru itu, akan banyak menghadapi persoalan seperti pengelolaan manajemen partai.
Mengenai sejauh mana kemungkinan keberlangsungan partai tersebut, Ismed memperkirakan, masyarakat ke depan akan lebih selektif memilih partai, misalnya terkait partai X yang akan memberikan kesejahteraan untuk mereka.
"Tentu mereka tidak akan terbuai dengan sekadar janji dan publik figur partai tertentu, namun akan lebih menilai dari perjalanan partai yang bersangkutan dari ukuran moralitas dan kapabilitas partai bersangkutan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, tidak signifikan apakah partai baru atau partai lama, ketika partai itu tidak memiliki aktualisasi peran terhadap upaya pemecahan sejumlah masalah rakyat, maka secara otomatis partai lama maupun partai baru tidak akan dilirik oleh masyarakat.
Ismed juga memperkirakan, partai yang lahir karena ketidakpuasan dan konflik dipastikan tidak eksis dalam perjalanan waktu, seperti pengalaman yang sebelumnya banyak muncul partai Islam dan partai nasionalis yang kenyataannya partai-partai tersebut tidak masuk parlemen.
"Memang pada tahun 2004, ada Partai Demokrat yang mampu maju dengan figur Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, sekarang ini partai kecil yang muncul tidak punya figur untuk mengangkat partai bersangkutan. Lima atau enam partai yang muncul tidak relevan," katanya.