Megha
New member
Penelitian Tentang Mengalami Kematian
Hasil penelitian tentang mengalami kematian yang dilakukan oleh para ilmuwan Barat semakin bisa diterima masyarakat luas. Kesimpulannya, kematian (bukan dalam kasus bunuh diri) tidak seburuk yang dibayangkan banyak orang, justru membuat mereka damai dan bahagia....
Penelitian terhadap pengalaman mendekati kematian berawal dari ahli geologi Swiss bernama Albert Heim (1849-1937) yang pernah mengalami mati suri. Pada akhir abad 19 awal abad 20, dari pengalaman dirinya yang satu kali mengalami, dia mulai meneliti pengalaman mendekati kematian. Albert Heim suka mendaki gunung, pada suatu ketika, saat dia sedang mendaki di pegunungan Alpen, angin ribut datang dan ia jatuh ke dalam jurang.
"Seakan-akan di sebuah pentas yang mempunyai suatu jarak dari saya, saya melihat berbagai macam bentuk yang muncul pada diriku dan seluruh masa lalu. Saya mendapati bahwa saya merupakan pemeran utama sandiwara ini. Setiap hal sepertinya telah diperindah oleh cahaya surgawi, tidak ada kesedihan dan kegelisahan, segalanya begitu indah. Kenangan pengalaman menyedihkan yang pernah kualami tampak begitu jelas, namun tidak mendatangkan rasa sedih. Tidak ada konflik dan kontradiksi, konflik telah berubah menjadi cinta kasih. Ideologi yang luhur dan harmonis telah mendominasi dan menyatukan kesan tersendiri. Suatu perasaan damai yang kudus bagaikan musik menakjubkan menyapu bersih sukmaku."
Albert Heim akhirnya selamat, namun pengalaman kali itu mendorong Albert Heim melakukan penelitian yang luas terhadap orang yang pernah mengalami hal seperti ini, termasuk prajurit yang terluka dalam perang, buruh bangunan yang terjatuh dari gedung, serta nelayan yang hampir mati tenggelam, dan sebagainya.
Pada 1892, dalam makalah penelitiannya dikemukakan bahwa hasil penelitian dari 30 orang yang hidup kembali dari kematian, sebanyak 95% orang mengatakan merasa tenang dan gembira dalam proses mendekati kematian itu. Dia bahkan menemukan bahwa pengalaman yang mereka alami sangat mirip. Banyak aktivitas kesadaran yang berlalu dengan sangat cepat, kemampuan luar biasa mengetahui sebelumnya, menyadari waktu yang berpencar-pencar, dengan kecepatan penuh mengingat kembali selamanya, menyaksikan pemandangan indah yang supernatural, telinga menangkap kumandang nyanyian surga yang merdu. "Tidak ada sedikit pun kesedihan, juga tidak merasakan adanya bahaya kecil yang mungkin menimbulkan kengerian dahsyat...., tidak ada ketegangan, kecewa, dan derita; yang ada hanya kesungguhan, kepasrahan menerima: kesadaran yang jelas dan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Penelitian Heim seakan-akan bagaikan katalisator yang kuat, membuat banyak peneliti maju ke depan mengikuti langkahnya. Pada 1903, pengarang Inggris F.W.H. Maels menyelesaikan dua jilid bukunya tentang "sifat manusia dan segala yang tersisa pada saat kematian"; selanjutnya tahun 1907, Toms H. Hanslob menerbitkan disertasinya di Amerika tentang "Halusinasi Orang yang Hampir Mati", yang berpengaruh sangat besar. Pada 1926, telah terbit "Halusinasi Menjelang Ajal" dari fisikawan terkenal Inggris. Pada saat itu, penelitian menjelang ajal memperoleh dukungan yang sangat luas.
Sejak 1959, lembaga peneliti spiritual Amerika Karlis Osis melalui ratusan analisa yang cermat berdasarkan catatan pengalamam proses kematian pasien, mulai melanjutkan penelitian Heim. Pada 1972, di bawah bantuan psikolog E. Haraldson dari Islandia, dia bahkan melampaui suku bangsa dan batas kebudayaan, memperluas penelitiannya hingga ke India. Mereka bekerja sama dan telah menerbitkan sebuah buku berjudul At the Hour of Death, 1972.
"Meskipun banyak sekali pasien dalam kondisi lupa dan tanpa sadar, namun tetap mempunyai daya pertahanan tingkat kesadaran paling akhir. Mereka mengatakan "sudah bertemu", dan datang ke dunia serta bisa memberitahu pengalaman mereka menjelang ajal. Mereka bertemu dengan roh sanak-saudara dan teman yang sudah meninggal, bertemu dengan tokoh agama dan tokoh-tokoh yang terdapat dalam legenda, melihat cahaya roh, warna-warna kontras yang indah dari lingkungan tak ternoda. Semua pengalaman ini mempunyai daya pengaruh kuat, memberikan mereka kedamaian, ketenangan, kenyamanan, dan perasaan kerohaniahan. Penderita secara unik telah mengalami kematian yang indah, ini bertolak belakang dengan pendapat umum bahwa kematian adalah kegelapan dan kepedihan.
Abad ke-20 pada tahun 70-an, profesor psikiatri Universitas Iowa Rushel Nois Jr. dan rekannya Loui Clark secara bersama-sama telah meneliti secara luas tentang gambaran yang diberikan oleh orang yang mendekati kematiannya, dan juga telah melakukan penelitian terhadap otobiografi yang dipaparkan masing-masing orang, di antaranya termasuk psikolog terkenal dari Swiss, ahli analisis jiwa Karl G. Jung. Pada tahun 1944, dikarenakan penyakit jantung, Karl merasakan hampir mati, karena itu dia mengubah pemahamannya terhadap kesadaran manusia, dia menulis bahwa hal yang terjadi setelah mati adalah luar biasa indah dan cemerlang, dan tak terlukiskan, perasaan dan daya imajinasi kita tak dapat melukiskan garis besarnya.
Antara tahun 1972-1974, Doktor Raymond Moody dari Universitas Nevada AS telah menghimpun 150 contoh nyata pengalaman mendekati kematian, dari contoh tersebut disimpulkan unsur pokok NDE yang paling umum: melayang meninggalkan tubuh; melewati terowongan gelap; naik ke atas dengan seberkas cahaya; berjumpa dengan teman dan sanak saudara; melihat kembali seluruh kehidupan yang telah dijalani; tidak rela kembali ke tubuh; ketajaman daya tinjau yang luar biasa terhadap lorong waktu; rasa kecewa setelah diselamatkan. Pada 1975, setelah karangannya yang berjudul Life after Life terbit, penelitian pengalaman mendekati ajal memasuki tahap baru.
Semua unsur pokok yang dikemukakan Moody dalam laporan pengalaman mendekati ajal, mempunyai gambaran yang serupa, dengan demikian telah membuktikan kebenaran penelitian Heim, Osis dan Loui Clark. Moody telah mengemukakan "teori ideal atau praktik sempurna" yang dilukiskan olehnya sebagai berikut:
"Seorang yang sedang mengalami kematian, saat jasad mengalami penderitaan yang sangat, dia mendengar dokter menyatakan kematiannya. Dia mulai mendengar pancasuara, suara bel, atau suara wung...wung...., dan sekaligus merasakan dirinya dengan cepat melalui sebuah terowongan yang gelap. Kemudian, tiba-tiba dia mendapati bahwa dirinya telah meninggalkan jasad, namun tetap berada dalam lingkungan duniawi secara langsung. Dia melihat tubuhnya dari tempat jauh, bagaikan seorang penonton. Dia berada pada posisi yang tinggi melihat pergolakan emosi dan kehidupan kembali."
Tidak lama kemudian, dia menenangkan dirinya, perlahan-lahan terbiasa dengan kondisi yang aneh seperti itu. Dia memperhatikan bahwa dirinya masih memiliki sebuah "tubuh", namun sifatnya berlainan sama sekali. Dengan cepat terjadi lagi beberapa hal lain, dia bertemu dengan roh handai taulan dan kerabat yang telah meninggal, roh yang begitu hangat dan ramah yang belum pernah ditemui sebelumnya, suatu kehidupan dengan kilatan cahaya muncul di hadapannya. Jiwa kehidupan ini menggunakan cara yang bukan kata menanyakan satu pertanyaan kepadanya, agar dia menilai kehidupannya sendiri, sesaat memperlihatkan kepadanya peristiwa penting dalam hidupnya. Sekilas, dia menemukan dirinya sedang mendekati suatu rintangan atau batas dunia tertentu, ini jelas menyatakan batas pada kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Kemudian dia menyadari bahwa dirinya harus kembali ke dunia manusia, sebab masa kematiannya belum tiba. Dikarenakan pada saat itu telah timbul rasa suka terhadap pengalaman setelah kematiannya, maka dia tidak ingin lagi kembali ke dunia fana. Namun apa pun perasaannya, akhirnya jiwanya bersatu lagi dengan tubuhnya dan hidup kembali.
Moody dengan hati-hati sekali menekankan bahwa setiap pengalaman proses mendekati ajal bukan sepenuhnya seperti yang digambarkan di atas, namun dia benar-benar tertarik oleh "kemiripan menakjubkan" yang dialami itu. Penelitian Moody telah memberikan inspirasi kepada peneliti generasi baru tentang pengalaman mendekati ajal itu, yang paling terkemuka di antaranya adalah profesor psikologi Kenneth Ring (Universitas Connecticut), Prof. Michael B. Sabom, Prof. Dr. Ian Stevenson (Universitas Virginia), Prof. Melvin Morse (Universitas Washington), serta dokter internis dari Universitas George Washington dan pemimpin eksekutif perusahaan Mandate Dr. Linz Audain dan Prof. Dr. Charles Tart dari Universitas California.
Penelitian mereka yang utama memperoleh hasil seperti berikut ini:
* Pengalaman mendekati ajal di dalam lingkup dunia sering kali terjadi, dan kenyataan ini tidak diragukan. Pengalaman mendekati ajal tidak hanya sebatas pada orang dewasa, namun juga terjadi pada anak-anak. Sekitar 35% orang yang sedang menjalani kematian pasti bisa mengalami mendekati kematiannya.
* Kebanyakan orang yang mengalami pengalaman kematian mengatakan bahwa mereka merasakan kedamaian dan kebahagiaan, bukannya penderitaan maupun siksaan.
* Beberapa pemandangan yang terlihat oleh orang yang mengalami hampir mati belum tentu serupa dengan apa yang diketahuinya. Misalnya fisikawan William Balled mencatat beberapa anak-anak yang merasa sangat kecewa bahwa malaikat yang dilihat pada pengalaman mendekati ajal ternyata tidak mempunyai sayap.
* Pengalaman kematian berpengaruh sangat besar terhadap orang yang bersangkutan, terjadi perubahan besar dan positif pada kebanyakan orang, hati nurani semakin bertambah mantap. Beberapa ateis setelah mengalami pengalaman mendekati ajal, dengan sepenuhnya telah mengubah pandangan hidupnya sendiri, dan sejak itu kemudian menjadi orang yang mempunyai kepercayaan (agama) yang taat.
Yang membuat orang merenung adalah, bahwa tidak semua yang dilihat oleh orang yang mengalami pengalaman mendekati ajal pasti indah dan membuat orang merasa bahagia. Ada beberapa orang dalam pengalaman kematiannya juga telah melihat beberapa pemandangan yang menakutkan. Misalnya, dalam buku Kesan di Surga yang diceritakan secara lisan oleh 100 orang yang hidup kembali setelah mati, mencatat sebuah pengalaman kematian yang menakutkan dari seorang kepala polisi Jerman yang bernama Staind Haider.
Kepala polisi Staind Haider dulu terlalu apatis dan kasar terhadap orang. Dalam sekali pengalaman kematiannya, dia melihat dirinya dikepung oleh banyak sekali roh bertampang jelek dan rakus, salah satu roh dengan mulutnya yang dipenuhi darah menyambar dan menggigitnya. Dan masih ada beberapa orang dalam pengalaman kematian melihat roh mendapatkan tempat kediaman yang tidak sama dengan semasa hidupnya. Semua kasus pengalaman kematian ini membuat orang mau tidak mau mengingat kembali petuah kuno China, bahwa "kebaikan dan kejahatan ada balasannya."
Fenomena "roh meninggalkan jasad" dalam pengalaman kematian tidak hanya sebatas pada orang yang mendekati kematiannya, ada sebagian kecil orang yang dalam kondisi sehat juga mempunyai pengalaman serupa. "Roh meninggalkan jasad" orang-orang ini semakin membuat penelitian terhadap gejala ini memungkinkan masuk dalam eksperimen pembuktian nyata. Misalnya Prof. Charles Tart dari Universitas California pernah dalam laboratoriumnya melakukan percobaan yang cermat terhadap seorang wanita yang mengaku selalu mengalami peristiwa "roh meninggalkan jasad". Dia menggunakan selembar kertas memo dengan tulisan 5 digit stochastic dan diletakkan di atas rak yang tingginya sekitar 6,5 kaki dari permukaan lantai, sehingga wanita yang berbaring di atas ranjang laboratorium tidak dapat melihat.
Kemudian meminta orang yang dites ini berusaha mencoba mengambang ke tempat tinggi untuk melihat isi memo ini di saat "roh meninggalkan jasad". Hasil eksperimen membuktikan bahwa pada malam keempat setelah dia menyatakan "roh meninggalkan jasad", dapat mengatakan dengan benar kelima digit dalam memo tersebut. Dan kemungkinan menebak dengan benar sebuah angka dari kelima digit tersebut adalah 1/100.000, dan dari hasil eksperimen tersebut dengan kuat telah dibuktikan keberadaan yang objektif pengalaman mendekati kematian.
Dalam sejarah, orang yang mempunyai "pengalaman roh meninggalkan jasad" yang paling tersohor kemungkinan adalah ilmuwan, ahli filsafat, teologi bernama Emmanuel Swedenborg dari Swiss yang hidup di abad ke-18. Berdasarkan pengalaman rohnya yang meninggalkan jasad mengembara ke dunia roh melihat semua pemandangan, dan meninggalkan karya abadinya (menyingkap langit), dengan jelas melukiskan pemandangan yang dilihatnya di dunia roh dan menghubungkan semua kehidupan yang didapat yang berhubungan dengan pengetahuan dunia roh. Karyanya terhadap generasi selanjutnya menimbulkan pengaruh yang sangat penting, bahkan hingga kini masih tetap mempengaruhi banyak orang. Banyak sekali sarjana terkenal menaruh hormat terhadapnya, termasuk ahli analisis jiwa Tito Ronger, pengarang terkenal Amerika, Helen Keller, penyair terkenal Amerika Emelsond, politikus dan ilmuwan Amerika, Benyamin Franklin, penyair Inggris, Branning, penyair dan penulis drama terkenal dari Jerman, Kurt, ahli filsafat dan cendekiawan Dhyana Jepang dan sebagainya, mantan Presiden Amerika Serikat George Washington dan Franklin Roosevelt juga terpengaruh sekali olehnya.
Semakin banyak contoh nyata tentang pengalaman kematian, dan hasil penelitian yang semakin mendalam, membuat orang-orang yang berprasangka semakin sulit menghapus fakta pengalaman kematian. Pengungkapan penelitian tentang pengalaman kematian kepada kita tidak semestinya hanya bentuk luarnya saja, yang paling penting adalah cara berpikir dan daya upaya penelitian yang disajikan oleh gejala tersebut; yang dibuka untuk kita tidak hanya pintu dunia setelah kematian, namun yang semakin terbuka adalah kesadaran, kehidupan, dan pintu jiwa.
Dunia luar yang diselidiki dalam ilmu pengetahuan telah memperoleh kemajuan yang sangat besar, namun dalam menyelidiki dunia manusia itu sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh fisikawan besar Einstein:
"Masih berada dalam tahap bayi", menyelidiki kegaiban manusia, semestinya juga akan menjadi tujuan ilmu pengetahuan di masa depan. Bagi orang yang mencari kebenaran, di lingkungan ilmu pengetahuan yang masih belum masuk ke dalam lingkungan kehidupannya ini, keyakinan dan keberanian jelas merupakan hal yang luar biasa pentingnya. Melepas pandang mengamati gejala pengalaman mendekati kematian dan orang yang mengalami hampir mati menjadi sadar terhadap kehidupan dari pengalaman yang dialaminya tersebut, gejala pengalaman mendekati kematian mungkin sedang memberi isyarat kepada kita bahwa roh kita tidak akan hilang seiring dengan kematian jasad kita. Kita seyogiyanya memperlakukan diri kita sendiri dengan baik dan juga kepada orang lain, bertanggung jawab selamanya terhadap kehidupan kita sendiri. Seperti perkataan seorang: "Mungkin dalam bumi terdapat suatu benda atau hal ihwal tertentu, seperti sesuatu yang mempunyai tujuan, harapan, dan kebaikan; pengalaman mendekati kematian mungkin adalah pemberitahuan atau petunjuk yang dianugerahkan Tuhan atau dewa kepada manusia untuk menyelidiki kegaiban dalam diri kita sendiri." (Erabaru)