Wanita_sholeha_ups
New member
KH. Hasan Basry menghimpun pengajian para muballighin untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-'aalamiin
Sebagaimana biasa, setiap hari rabu di kantor ii digelar pengajian yang dihadiri oleh para muballighin dari berbagai kalangan organisasi Islam yang ada di Indonesia. Pengajian dipimpin oleh KH. Hasan Basry sebagai delegasi dari Nahdhatul Ulama.
Sebelum pengajian pokok dimulai para muballighin tidak lepas perhatian terhadap peristiwa yang terjadi di Cikeusik yang menimpa salah satu organisasi yang mengaku Islam yaitu Ahmadiyyah.
Hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena berefek terhadap persoalan politik dan sosial yang mengarah pada ketidakrukunan bangsa. Maka dalam rangka menyelamatkan bangsa, wajib bagi hadirin ulama untuk ambil bagian dalam mendamaikan umat.
Polemik semakin kontras karena dengan terjadinya tragedi berdarah di Cikeusik disusul dengan statement pemerintah yang akan membubarkan setiap ormas yang melakukan kekerasan. Akibat dari statement tersebut menimbulkan pergesekan memanas diantara ormas yang memiliki misi jihad, seperti FPI, sehingga timbullah ke permukaan pertikaian dua kubu antara ormas Islam (FPI) dengan pemerintah, dalam hal ini SBY. Menyikapi tersebut terungkap gagasan dari antara hadirin agar bersikap adil, yakni, jika hendak membubarkan ormas islam janganlah tebang pilih.
Wacana ini tidak terbatas di forum pengajian itu saja, sebab, tujuan dari pengajian muballighin ini sebagai pemersatu visi dan pendapat untuk nantinya akan disampaikan pada forum yang lebih meluas lagi yaitu hadirin shalat Jum'at, karena muballighin yang terkumpul tersebut adalah para da'i yang juga bertugas sebagai khotib yang ditunjuk dalam setiap hari raya shalat Jum'at di masajid tempat masing-masing
Sedangkan, menurut Kiayi Haji Hasan Basri, untuk meredam chaos tersebut dihimbau agar mulai dari muballighin yang hadir agar tidak membicarakan apalagi memprovokasi umat dengan menyebut salah satu pelaku yang menjadi pemicu konflik. Seperti misalkan soal Ahmadiyyah, agar tidak dibicarakan di forum, karena justru akan menguntungkan fihak Ahmadiyyah sendiri yang mendapat support iklan gratis, dan hal itu tidak bijaksana bagi perkembangan Islam secara menyeluruh.
Mengupas perkembangan Islam sebelumnya, menurut Ustadz Tabsyir, dulu, zaman PKI bila kita melihat orang memakai pakaian putih dan bersorban sudah dapat dipastikan akan ada acara istigotsah di suatu tempat tertentu atau yang dikenal dengan istilah lailatul ijtima'. Namun kini, jika kita menyaksikan orang-orang yang mengenakan pakaian putih dan bersorban, maka akan timbul was-was, rumah mana yang akan dibakar.....?
Pergeseran budaya ini sangat mencolok dan memprihatinkan bagi para muballighin. Menganalisa chaos politik belakangan ini terindikasi bahwa terjadinya konflik antara ormas Islam dengan pemerintahan yang berkuasa lebih kepada politisir dari para elit politik untuk menjatuhkan antar saingan politik yang sedang berlaku.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Inti Pengajian,
Penceramah : Ustadz Nana
Topik : Memahami Iman & Taqwa
A'udzubillaahiminassyaithoonir rojiim,
Yaa ayyuhalladziina aamnuu, udkhuluu fissilmi bil kaaffah...
Hai orang-orang beriman, masuklah dalam Islam secara menyeluruh.
Dalam diri insan (manusia) yang dapat membentuk kepribadian manusia kita mengenal 3 bagian, yakni:
1. raga;
2. Jiwa dan;
3. Hati.
Untuk mengolah keimanan manusia dalam Islam yang kaffah (menyeluruh), ketiga unsur tersebut diatas harus dikenali dan dikelola secara bersamaan, tidak boleh diabaikan. Cara pengolahan itu sebagai berikut:
1. raga adalah jisim/jasmani, dalam pembentukan iman manusia bagi raga adalah dengan pembentukkan gerakan seperti shalat, zakat & shadaqah (bergerak untuk memberikan materi). Hal ini dalam ilmu keislaman kita dapat pelajari melalui ilmu fiqih atau hukum.
2. Jiwa, atau dalam istilah Islam disebut qolbun, jantung. Didalam jantung ini manusia dibentuk untuk melakukan akhlaq. Dalam qolbun manusia memiliki sisi baik dan sisi buruk, jika pembentukan akhlaq tertanam dalam qolbun manusia, maka akan terbangun yang namanya akhlaqul kariimah (Perilaku yang mulia).
Manusia yang memiliki sisi buruk dalam jantungnya memiliki nafsu syahwat untuk berbuat jahat, sebaliknya dari itu akan memiliki sifat 'iffat (bersih suci). Dan sisi buruk lainnya dari jantung itu adalah ghodob (perbuatan tercela), namun sebaliknya orang yang berhasil mengelola jantungnya berlawanan dari sifat ghodob adalah syujaa'at (pemberani).
3. Hati. Dengan hati atau dalam istilah metode ini adalah fuaad, pemikiran yang dapat membedakan antara baik dan buruk, makanya disebut juga dengan istilah furqon atau pembeda.
Nah, dengan menyadari ketiga unsur tersebut diatas, insyaallah manusia akan memahami keislaman dan memenej dengan cara menyeluruh agar terbentuk iman dan taqwa yang sempurna dari berbagai aspek.
Wallahu a'lam bishshawaab.
Last edited: