gupy15
Mod
Penonton "Badai" Diterjang Badai
* Amukan Lisus di Yogyakarta
PENONTON film ''Badai Pasti Berlalu'' di Bioskop Mataram Yogyakarta sungguh tidak menduga. Saat film sedang seru-serunya mendekati akhir, mereka diterjang badai sungguhan.
Menurut Wakil Manajer Bioskop Mataram Amin Syahroni, Minggu (18/2), ada 25 penonton yang sedang menyaksikan film yang diputar sejak pukul 15.00 itu.
Pada pukul 17.15 atau menjelang akhir film, tiba-tiba listrik bioskop mati. Penonton pun kecewa dan keluar menuju lobi bioskop menunggu listrik dinyalakan.
"Saya saat itu hendak menyalakan disel di luar gedung. Tiba-tiba dari arah utara (kampung) Pengok, saya melihat angin kencang membawa seng-seng yang beterbangan," tutur Amin.
Dia segera berlari ke dalam gedung bersama sejumlah pengunjung lain yang berada di luar. Angin puting beliung pun menerjang bioskop. "Baliho runtuh di depan mata," lanjutnya.
Menurut dia, manajemen bioskop masih menghitung jumlah kerugian. Selain baliho, angin merusak sebagian atap gedung.
Dikepung Angin
Lain lagi yang dialami Bu Suwardi. Kejadian itu, barangkali, menjadi tak terlupakan sepanjang hidupnya Bu Suwardi.
Baru kali ini perempuan paruh baya ini melihat kekuatan alam yang sedang mengamuk: angin puting beliung.
Apesnya, dia turut menjadi korban amukan angin yang oleh orang Jawa disebut angin lisus itu. Rumahnya rontok. Dia juga shock karena sempat dikepung angin.
Ceritanya, saat itu dia tengah di dalam rumahnya di Kampung Pengok Kidul. Hujan deras mengguyur. Tiba-tiba terdengar suara seperti pesawat jet. Penasaran, dia membuka pintu rumah ingin tahu apa yang terjadi.
Saat itu, angin kencang mulai berputar kencang di depan matanya. Perabotannya yang ada di luar rumah mulai beterbangan. Seketika ia lari lintang pukang menyelamatkan diri.
Sambil berlari ke jalanan, dia menangis histeris. Angin terus mengikutinya ke mana pun dia pergi. Tidak ada yang bisa menolongnya karena semuanya dalam keadaan ketakutan.
"Saya dikepung angin," ceritanya begitu selamat dari amukan angin lisus. Ketika ditemui, dia tampak lega meski sinar shock masih membayang.
"Saya tidak pernah kena bencana sebelumnya. Waktu gempa dulu, di sini juga aman. Tapi sekarang rumah saya rusak. Saya harap pemerintah turun tangan membantu saya," ujarnya sambil menunjukkan rumahnya yang amburadul.
Angin yang mengamuk di kawasan itu membawa perabotan dan kayu-kayuan yang besar. Bahkan di depan rumah Bu Untung, tetangga Bu Suwardi, tergeletak kayu kelapa (glugu) yang cukup besar yang entah datang dari mana. (dtc-60)
SUARA MERDEKA
* Amukan Lisus di Yogyakarta
PENONTON film ''Badai Pasti Berlalu'' di Bioskop Mataram Yogyakarta sungguh tidak menduga. Saat film sedang seru-serunya mendekati akhir, mereka diterjang badai sungguhan.
Menurut Wakil Manajer Bioskop Mataram Amin Syahroni, Minggu (18/2), ada 25 penonton yang sedang menyaksikan film yang diputar sejak pukul 15.00 itu.
Pada pukul 17.15 atau menjelang akhir film, tiba-tiba listrik bioskop mati. Penonton pun kecewa dan keluar menuju lobi bioskop menunggu listrik dinyalakan.
"Saya saat itu hendak menyalakan disel di luar gedung. Tiba-tiba dari arah utara (kampung) Pengok, saya melihat angin kencang membawa seng-seng yang beterbangan," tutur Amin.
Dia segera berlari ke dalam gedung bersama sejumlah pengunjung lain yang berada di luar. Angin puting beliung pun menerjang bioskop. "Baliho runtuh di depan mata," lanjutnya.
Menurut dia, manajemen bioskop masih menghitung jumlah kerugian. Selain baliho, angin merusak sebagian atap gedung.
Dikepung Angin
Lain lagi yang dialami Bu Suwardi. Kejadian itu, barangkali, menjadi tak terlupakan sepanjang hidupnya Bu Suwardi.
Baru kali ini perempuan paruh baya ini melihat kekuatan alam yang sedang mengamuk: angin puting beliung.
Apesnya, dia turut menjadi korban amukan angin yang oleh orang Jawa disebut angin lisus itu. Rumahnya rontok. Dia juga shock karena sempat dikepung angin.
Ceritanya, saat itu dia tengah di dalam rumahnya di Kampung Pengok Kidul. Hujan deras mengguyur. Tiba-tiba terdengar suara seperti pesawat jet. Penasaran, dia membuka pintu rumah ingin tahu apa yang terjadi.
Saat itu, angin kencang mulai berputar kencang di depan matanya. Perabotannya yang ada di luar rumah mulai beterbangan. Seketika ia lari lintang pukang menyelamatkan diri.
Sambil berlari ke jalanan, dia menangis histeris. Angin terus mengikutinya ke mana pun dia pergi. Tidak ada yang bisa menolongnya karena semuanya dalam keadaan ketakutan.
"Saya dikepung angin," ceritanya begitu selamat dari amukan angin lisus. Ketika ditemui, dia tampak lega meski sinar shock masih membayang.
"Saya tidak pernah kena bencana sebelumnya. Waktu gempa dulu, di sini juga aman. Tapi sekarang rumah saya rusak. Saya harap pemerintah turun tangan membantu saya," ujarnya sambil menunjukkan rumahnya yang amburadul.
Angin yang mengamuk di kawasan itu membawa perabotan dan kayu-kayuan yang besar. Bahkan di depan rumah Bu Untung, tetangga Bu Suwardi, tergeletak kayu kelapa (glugu) yang cukup besar yang entah datang dari mana. (dtc-60)
SUARA MERDEKA