Waktu Adalah Uang, Falsafah yang Keliru
Ungkapan waktu adalah uang sudah tidak asing, khususnya bagi orang yang tinggal di kota. Derivatif ungkapan ini bisa dilihat dari salinan gaji yang Anda terima setiap bulan dari perusahaan tempat Anda bekerja.
Waktu yang Anda berikan ke perusahaan dikompensasikan dengan uang. Anda mendapat gaji bulanan, mingguan atau harian, yang merupakan penghargaan atas jasa yang Anda berikan.
Falsafah waktu-adalah-uang mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan. Misalnya, jadi tidaknya sebuah proyek dilaksanakan- ini bisa ditentukan oleh falsafah ini juga.
Proyeksi 'cash flow' yang dihasilkan dari sebuah proyek dikonversikan ke Net Present Value dengan formula Time Value of Money. Apakah NPV positif atau negatif- ini menjadi dasar untuk mengambil keputusan 'Go' atau 'No Go' terhadap sebuah proyek.
Sejarah falsafah ini menarik. Ada yang mengatakan bahwa Benjamin Franklin adalah sosok yang paling penting di balik falsafah ini. Ia pernah mengatakan, "Ingat, waktu adalah uang; kejujuran bermanfaat dalam bisnis."
Benjamin Franklin memang sangat mengagumi nilai-nilai Kaum Puritan yang hidup di Abad 17 dan 18. Kaum Puritan mengembangkan falsafah yang menghargai waktu, yang diadopsi dari pemikiran yang berkembang di Eropah pada abad 16.
Falsafah waktu-adalah-uang kurang tepat.
Pada abad ini, pandangan orang terhadap waktu mulai berubah. Waktu tidak lagi dilihat hanya sebagai sebuah proses yang mekanis.
Orang tidak lagi melihat waktu hanya milenium, abad, dekade, tahun, bulan, minggu, hari, jam atau menit atau detik, tetapi waktu mulai dilihat sebagai kesempatan.
Peristiwa tertentu terjadi hanya satu kali, yang dalam konsep orang Yunani Kuno disebut kairos. Artinya, waktu adalah kesempatan. Kesempatan yang terjadi dalam waktu yang kronos hanya terjadi sekali. Dengan kata lain, tidak mungkin sebuah kejadian terjadi dua kali.
Pandangan waktu jenis kairos ini mempengaruhi semua hal- mulai dari pengharapan, penderitaan bahkan pekerjaan. Bagi Kaum Puritan misalnya, apa yang dilakukan dalam hidup ini harus dipertanggung jawabkan kelak.
Tidak ada pikiran, perkataan atau tindakan yang akan lepas dari pertanggungjawaban. Jadi, pandangan terhadap waktu bagi orang yang hidup pada abad 16 serius.
Sikap untuk tidak membuang waktu makin dominan. Orang tidak lagi bermalas-malasan. Orang pada zaman itu tidak lagi sembarangan bekerja. Mereka memikirkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan talenta mereka masing-masing.
Oleh karena waktu adalah terbatas dan kesempatan juga mungkin sekali, orang-orang pada zaman itu menghasilkan etos kerja yang sangat kuat.
Kerajinan dan kekayaan merupakan dampak dari falsafah ini. Ketika waktu dihargai dan digabungkan dengan kerajinan, kekayaan materi turut serta mendampingi kehidupan mereka.
Lambat laun mereka menjadi makmur. Waktu makin lama makin diidentikkan dengan uang.
Sangat disayangkan Benjamin Frankin "Ingat, waktu adalah uang; kejujuran bermanfaat dalam bisnis." Ini pandangan yang tidak sepenuhnya benar.
Waktu memang bisa dikonversikan dengan uang. Uang atau kekayaan bisa menjadi hasil dari falsafah waktu yang sangat ketat.
Namun, ini tidak berarti bahwa waktu adalah uang. Waktu lebih dari uang. Waktu adalah kesempatan. Waktu adalah hidup.