Kalina
Moderator
Hingga kemarin, nakhoda KM Levina I Andi Kurnia mengaku masih shock atas musibah yang menimpa kapalnya. Meski demikian, dia bersedia diwawancarai seputar kejadian memilukan itu. Berikut petikannya:
Anda pertama melihat kobaran api dalam kapal di bagian mana?
Saya melihat dengan pasti, api berasal dari bagian tengah di dek satu.
Tepatnya di mana?
Saya yakin dari sebuah truk diesel di dek car tersebut. Saya tidak bisa memastikan truk mana yang meledak. Tapi, pasti dari salah satu truk.
Kira-kira, apa isi truk yang meledak itu?
Saya tak tahu isi truk tersebut. Saya tidak mengecek isinya.
Setelah melihat kejadian itu, apa yang Anda lakukan?
Saya hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri. Saya lalu mengambil pelampung di kamar, kemudian membunyikan sirene tanda kebakaran. Selanjutnya, saya mematikan mesin induk kapal dan menembakkan EPR (sebutan untuk alat yang ditembakkan ke udara sebagai tanda bahaya dan memerlukan bantuan, Red). Setelah mengenakan pelampung, saya keluar dari ruang kemudi.
Bagaimana suasana dalam kapal saat itu?
Saya melihat dari anjungan di lantai paling atas, ratusan penumpang berlarian mencoba menyelamatkan diri. Dengan pengeras suara, saya sempat memberikan instruksi kepada mereka untuk mencebur ke laut.
Apakah penumpang sudah memakai pelampung?
Saya tak berpikir apakah pelampung dan sekoci yang hanya 16 buah di kapal itu mencukupi atau tidak untuk lebih dari 300 penumpang. Tapi, yang saya lihat, mereka semua memakai pelampung.
Mereka (penumpang) tahu cara memakai pelampung?
Memang tidak ada simulasi tentang tata cara mengenakan pelampung.
Anda ikut mencebur ke laut?
Saya juga terjun ke laut.
Siapa yang pertama datang menolong?
Beruntung, karena tembakan EPR beberapa saat setelah kebakaran, puluhan nelayan di sekitar perairan tersebut datang menolong. Saya diselamatkan seorang nelayan yang mengangkut tubuh saya dalam kapal ikan milik mereka.
Anda sendiri yang selamat?
Saat itu, ada sekitar dua belas penumpang kapal yang selamat dan dievakuasi menggunakan perahu nelayan tersebut ke Pulau Pramuka.
Anda pertama melihat kobaran api dalam kapal di bagian mana?
Saya melihat dengan pasti, api berasal dari bagian tengah di dek satu.
Tepatnya di mana?
Saya yakin dari sebuah truk diesel di dek car tersebut. Saya tidak bisa memastikan truk mana yang meledak. Tapi, pasti dari salah satu truk.
Kira-kira, apa isi truk yang meledak itu?
Saya tak tahu isi truk tersebut. Saya tidak mengecek isinya.
Setelah melihat kejadian itu, apa yang Anda lakukan?
Saya hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri. Saya lalu mengambil pelampung di kamar, kemudian membunyikan sirene tanda kebakaran. Selanjutnya, saya mematikan mesin induk kapal dan menembakkan EPR (sebutan untuk alat yang ditembakkan ke udara sebagai tanda bahaya dan memerlukan bantuan, Red). Setelah mengenakan pelampung, saya keluar dari ruang kemudi.
Bagaimana suasana dalam kapal saat itu?
Saya melihat dari anjungan di lantai paling atas, ratusan penumpang berlarian mencoba menyelamatkan diri. Dengan pengeras suara, saya sempat memberikan instruksi kepada mereka untuk mencebur ke laut.
Apakah penumpang sudah memakai pelampung?
Saya tak berpikir apakah pelampung dan sekoci yang hanya 16 buah di kapal itu mencukupi atau tidak untuk lebih dari 300 penumpang. Tapi, yang saya lihat, mereka semua memakai pelampung.
Mereka (penumpang) tahu cara memakai pelampung?
Memang tidak ada simulasi tentang tata cara mengenakan pelampung.
Anda ikut mencebur ke laut?
Saya juga terjun ke laut.
Siapa yang pertama datang menolong?
Beruntung, karena tembakan EPR beberapa saat setelah kebakaran, puluhan nelayan di sekitar perairan tersebut datang menolong. Saya diselamatkan seorang nelayan yang mengangkut tubuh saya dalam kapal ikan milik mereka.
Anda sendiri yang selamat?
Saat itu, ada sekitar dua belas penumpang kapal yang selamat dan dievakuasi menggunakan perahu nelayan tersebut ke Pulau Pramuka.