Kalina
Moderator
JEMBER - Wilayah Jember belakangan sering diguyur hujan deras disertai tiupan angin kencang. Berdasar pantauan petugas Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah Malang yang bertugas di Bandara Notohadinegoro, diperkirakan curah hujan akan mengalami puncaknya pada pertengahan Februari ini.
Hal ini disampaikan Djumali, petugas perwakilan BMG Malang yang bertugas di Jember. Dikatakan, beberapa hari terakhir, intensitas curah hujan mulai merangkak naik. Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat Jember untuk waspada dan bersiap-siap menjelang datangnya puncak musim hujan pertengahan bulan ini.
Menurut dia, efek negatif yang ditimbulkan bisa mengakibatkan bencana alam. Namun hal itu tergantung kondisi wilayah Jember. "Memang rawan bencana alam, namun hal itu tergantung keadaan lingkungan di sini (Jember, Red)," paparnya.
Djumali memperkirakan, musim hujan kali ini lebih panjang ketimbang musim kemarau. Perbandingan antara musim kemarau dengan musim hujan tujuh dibanding lima. Namun diperkirakan, musim hujan tahun ini akan berakhir pada bulan April mendatang. "Jika nanti ada hujan pada bulan Mei dan Juni, kami menyebutkan hujan kering," pungkasnya.
Djumali menambahkan, curah hujan di Jember dalam kisaran 13 hingga 38 mm dan masuk intensitas sedang. Ini sudah berlangsung sejak Januari lalu. "Memang terlihat lebat, tetapi hujan mengguyur hanya sebagian daerah saja," ujarnya.
Dia mencontohkan, awan mendung yang terlihat di daerah perkotaan tidak tampak di daerah Mumbulsari, tepatnya Bandara Notohadinegoro. Sehingga, alat deteksi yang terletak di Badara Notohadinegoro tidak mencatat adanya hujan dengan intensitas lebat. "Alat deteksi hujan tidak membaca tanda-tanda hujan turun dengan intensitas lebat," paparnya.
Untuk diketahui, angka curah hujan di bawah 13 mm menunjukkan intensitas hujan rendah. Antara 13 hingga 38 mm masuk intensitas sedang. Sedangkan, hujan dikatakan lebat jika curah hujan menunjukkan angka di atas 38 mm.
Hal ini disampaikan Djumali, petugas perwakilan BMG Malang yang bertugas di Jember. Dikatakan, beberapa hari terakhir, intensitas curah hujan mulai merangkak naik. Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat Jember untuk waspada dan bersiap-siap menjelang datangnya puncak musim hujan pertengahan bulan ini.
Menurut dia, efek negatif yang ditimbulkan bisa mengakibatkan bencana alam. Namun hal itu tergantung kondisi wilayah Jember. "Memang rawan bencana alam, namun hal itu tergantung keadaan lingkungan di sini (Jember, Red)," paparnya.
Djumali memperkirakan, musim hujan kali ini lebih panjang ketimbang musim kemarau. Perbandingan antara musim kemarau dengan musim hujan tujuh dibanding lima. Namun diperkirakan, musim hujan tahun ini akan berakhir pada bulan April mendatang. "Jika nanti ada hujan pada bulan Mei dan Juni, kami menyebutkan hujan kering," pungkasnya.
Djumali menambahkan, curah hujan di Jember dalam kisaran 13 hingga 38 mm dan masuk intensitas sedang. Ini sudah berlangsung sejak Januari lalu. "Memang terlihat lebat, tetapi hujan mengguyur hanya sebagian daerah saja," ujarnya.
Dia mencontohkan, awan mendung yang terlihat di daerah perkotaan tidak tampak di daerah Mumbulsari, tepatnya Bandara Notohadinegoro. Sehingga, alat deteksi yang terletak di Badara Notohadinegoro tidak mencatat adanya hujan dengan intensitas lebat. "Alat deteksi hujan tidak membaca tanda-tanda hujan turun dengan intensitas lebat," paparnya.
Untuk diketahui, angka curah hujan di bawah 13 mm menunjukkan intensitas hujan rendah. Antara 13 hingga 38 mm masuk intensitas sedang. Sedangkan, hujan dikatakan lebat jika curah hujan menunjukkan angka di atas 38 mm.
