Perusahaan Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat Akibat Uighur

spirit

Mod
w1200

Washington memperkirakan ada sekitar 14 perusahaan yang berbasis di Cina yang ikut terlibat melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Provinsi Xinjiang. Menteri Perdagangan Gina Raimondo menyebutkan AS tetap bertekad untuk mengambil tindakan tegas dan jelas terhadap perusahaan yang melakukan hal tersebut.

Di masa lalu, AS telah menempatkan perusahaan tersebut dalam sebuah daftar karena diyakini mendukung pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Para ahli dan organisasi hak asasi manusia memperkirakan bahwa hingga satu juta orang Uighur, Kazakh, Hui atau anggota minoritas Muslim lainnya telah ditempatkan di kamp-kamp di daerah otonomi Xinjiang.

Sementara itu, pemerintah Beijing menuding kelompok-kelompok Uighur melakukan gerakan separatisme dan terorisme. Para pengamat merujuk pada kamp-kamp reedukasi di mana orang-orang Uighur seturut arahan partai komunis diperlakukan dengan cara yang terkadang brutal. Anggota suku minoritas juga dilaporkan melakukan kerja paksa.

w1200

Menteri Perdagangan Gina Raimondo ingin memberi tekanan terhadap Cina​

Hanya perusahaan Cina masuk daftar hitam AS?

Tidak hanya perusahaan Cina baru pertama kali masuk "daftar perdagangan hitam" milik AS. Sebanyak 34 perusahaan telah ditambahkan dalam daftar tersebut karena menurut pemerintah AS mereka terlibat dalam kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan luar negeri AS dan kepentingan keamanan nasional. Daftar itu mencakup perusahaan yang diklaim telah melakukan perdagangan secara tidak sah dengan Iran dan Rusia atau mendukung militer Cina.

Perusahaan AS tidak diperbolehkan melakukan bisnis dengan perusahaan dalam daftar tersebut tanpa izin khusus. "Kami akan terus mengontrol ekspor secara intensif untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah, perusahaan, dan individu yang mencoba mendapatkan barang-barang dari AS untuk kegiatan subversif di negara-negara seperti Cina, Iran, dan Rusia," kata Menteri Perdagangan AS Raimondo.


 
ilustrasi-konflik-as-china_169.jpeg

7 Perusahaan Super Komputer China Masuk Daftar Hitam AS

Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 7 perusahaan teknologi China kembali masuk daftar hitam pemerintah Amerika Serikat. Ketujuh perusahaan teknologi tersebut dituduh terafiliasi dengan militer.

Departemen Perdagangan Amerika menyebutkan, 7 perusahaan tersebut masuk dalam daftar entitas terlarang. Perusahaan-perusahaan Amerika karenanya diminta tidak menjalin kerja sama. Dalam analisis Pemerintah Amerika di bawah kepemimpinan Joe Biden, 7 perusahaan tersebut beroperasi dalam bidang super komputer dan telah membantu pemerintah China memodernisasi program senjata pemusnah massal milik militer.

"Kapasitas super komputer sangat penting dalam pengembangan banyak hal, mungkin hampir semua hal senjata modern dan sistem keamanan nasional, seperti senjata nuklir dan senjata hipersonik," kata Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo.

"Departemen Perdagangan (AS) akan menggunakan seluruh otoritasnya untuk mencegah China memanfaatkan teknologi AS untuk mendukung upaya modernisasi militer yang tidak stabil ini," ujar Raimondo dilansir dari CNN.

Ketujuh perusahaan tersebut adalah Tianjin Phytium Information Technology, Shanghai High-Performance Integrated Circuit Design Center, dan Sunway Microelectronics, serta empat perusahaan National Supercomputing Center di Jinan, Shenzhen, Wuxi, dan Zhengzhou.

Sejatinya, daftar hitam entitas bisnis China di Departemen Perdagangan AS bukan barang baru. Hal ini sudah terjadi selama bertahun-tahun. Namun, grafik daftar hitam entitas bisnis China meningkat tajam selama masa pemerintahan Donald Trump.

Beberapa perusahaan China terlebih dahulu masuk dalam daftar hitam PemerintahAS adalah Huawei,Guangzhou Haige Communications Group, China Communications Construction Co, Changzhou Guoguang Data Communications, dan China Electronics Technology Group Corp. Saat ini disebutkan bahwa pemerintahan Joe Biden sedang meninjau ulang beberapa kebijakan Donald Trump di Departemen Perdagangan.

Namun, sejauh ini tampaknya para pejabat AS siap melanjutkan sikap konfrontatif dengan China. Rencana infrastruktur Biden misalnya, menyoroti ancaman strategis yang ditimbulkan oleh China dalam bidang teknologi dan R&D (Research and Development) atau penelitian dan pengembangan.



.
 
Back
Top