avatas_naruto
New member
Setiap tahun, pemuda Nepal di dua desa di bagian selatan negara di Himalaya tersebut menyimpan cacian pilihan mereka. Ini disiapkan untuk sebuah "Pesta Sumpah-Serapah" yang digelar pada Minggu (28/2).
Para pemuda di dua desa yang bertetangga, Parsawat dan Laxmipur, saling mencaci-maki, atau memaki tetangga mereka, warga desa lain dan pejalan kaki, lalu mereka terbahak-bahak. Mereka berkumpul di berbagai taman dan tempat lain di sekitar jerami yang dibentuk seperti kemaluan untuk mengumbar caci-maki.
Makian seperti "Muka monyet, saya harap anak-anakmu sama jeleknya seperti katak", dan "Saya harap kerbaumu mati gara-gara diare," beredar selain sumpah-serapah yang lebih jorok lagi.
"Saya mengetahui tradisi ini sejak puluhan tahun lalu dan ikut selama masih muda," kata Ram Kumar Mishra --yang kini berusia 78 tahun-- kepada AFP melalui telepon dari wilayah tersebut. "Yang terbaik dari tradisi ini ialah setelah pesta berakhir, setiap orang merasa baik satu dengan yang lain. Tak ada perasaan kesal," kata Mishra, yang tinggal di Parsawa.
Pada hari terakhir festival itu, yang berlangsung selama 10 hari dan tahun ini jatuh pada Minggu, mereka membakar tumpukan jerami dan merayakan pesta Hindu, Holi --yang ditandai oleh "perang" dengan menggunakan tepung warna-warni dan air.
"Kami tidak mencaci-maki pada saat lain. Namun selama "Cursing Festival" berlangsung, kami diperkenankan melakukannya --bahkan di depan kedua orang-tua kami dan kami semua benar-benar menikmati," kata Raju Raut (16), setelah ia mencaci-maki teman akrabnya di sekolah. "Setiap orang bergembira," katanya. (hd/antaranews.com)