PKL Sukorejo Menjamur, Bangunan Semi Permanen

Kalina

Moderator
JEMBER - Makin banyak saja kawasan Jember yang terlihat kumuh. Salah satunya yang nyaris luput perhatian publik adalah para pedagang kaki lima (PKL) di depan SPBU Sukorejo Jalan S. Parman, Sumbersari, Jember. Diperkirakan tak kurang dari 20 PKL kini berjualan di lahan yang mestinya menjadi jalur hijau milik Dinas Kebersihan dan Pengendalian Lingkungan (DKPL).

Pengamatan Erje, sebagian PKL itu membuat bangunan semi permanen. Yakni, dengan membangun dinding kayu untuk tempat berdagang. Di antaranya para pedagang buah, tukang cukur dan pedagang makanan. Sedangkan yang lain memasang atap terpal dengan kerangka bambu.

Para PKL yang berjejal di sepanjang depan makam Karangrejo itu, diperkirakan mulai menjamur dua tahun belakangan. Tadinya, PKL di kawasan tersebut masih berbilang jari. Namun, kini jumlahnya sudah mencapai puluhan meski hingga kini tidak memiliki paguyuban khusus.

Menurut Suryadi, warga Karangrejo, sejak PKL menjamur di kawasan Sukorejo, pemandangan di kawasan itu menjadi kumuh. Salah satu penyebabnya adalah para PKL bikin bangunan semi permanen sebagai tempat berdagang. "Coba kalau Sampeyan lewat di hari Minggu, pemandangan jadi kumuh. Bangunan dan gerobak dagangan dibiarkan di tempat itu," ujarnya.

Menurut Erfan, salah satu PKL, dia memang tidak membawa pulang gerobaknya usai berdagang. Sebab, tidak mungkin dirinya mendorong gerobak mie ayam miliknya ke rumahnya di kawasan Condro, Kaliwates. "Kalau selesai berdagang, gerobak saya tinggal di sini," katanya kemarin.

Sejak setahun lebih berdagang di kawasan itu, dia mengaku sangat jarang mendapat pembinaan dari aparat setempat. "Memang pernah dipanggil ke kecamatan untuk pembinaan. Tapi itu sudah lama sekali, mungkin setengah tahun yang lalu. Waktu itu pedagang diminta supaya menjaga kebersihan dan tidak menggangu pejalan kaki," paparnya.

Menjamurnya PKL ini dibenarkan Suryadi, salah satu PKL terlama di kawasan itu. Pria yang sudah 19 tahun berdagang di tempat itu mengaku, beberapa tahun belakangan banyak pedagang baru di kawasan tersebut. Mereka pun rata-rata berjualan makanan dan minuman.

Dia menceritakan, pada awalnya dirinya berdagang pada 1988, jumlah PKL di kawasan itu sangat sedikit. Bahkan, waktu itu hanya dia yang satu-satunya menjadi pedagang es di kawasan tersebut. "Kalau dulu warna terpalnya seragam, cokelat semua. Tapi kini terlihat tidak seragam lagi," katanya.

Meski terkesan sangat liar, Camat Sumbersari Hamid Sudiono menganggap enteng. Dia menanggapi santai menjamurnya PKL di Sukorejo itu. Dia juga tak mempersoalkan banyaknya PKL yang membuat bangunan semi permanent di wilayahnya. "Kami sudah memberi pembinaan pada mereka. Yang punya lahan DKLH juga tidak keberatan ditempati PKL. Itu kan sudah lama. Lalu mengapa baru diangkat sekarang," ujarnya.

Dia mengatakan, pihaknya tidak bisa mengusir begitu saja para PKL. Sebab, mereka juga memiliki hak untuk mencari nafkah. Soal keluhan PKL tersebut merusak keindahan kota, Hamid justru balik bertanya. "Apanya yang dibuat tidak indah? Kan tidak terkesan kumuh. Yang penting adalah solusi bagi mereka," tegasnya.
 
Back
Top