Dalam kehidupan sehari-hari bisa dibilang kebutuhan manusia itu tak lepas dari yang namanya material plastik. Memang tak bisa di pungkiri jika yang namanya plastik memang menyimpan sejuta peran yang bisa memudahkan gaya hidup orang maju zaman sekarang. Aneka pemanfaatan plastik mulai dari yang bersifat sederhana seperti kantong hingga bersifat masif sebagai material smartphone, membuat peran plastik menjadi tidak dapat tergantikan lagi. Namun seiring berjalannya waktu dan manusia, maka permintaan akan material plastik pun semakin membumbung tinggi dalam bisnis pengolahan. Konsumsi plastik menimbulkan masalah baru yang tak kalah serius, salah satu masalah yang kerap timbul yang di sebabkan oleh plastik adalah Sampah!
plastik vacuum
Di negara maju dan berteknologi tinggi seperti jepang pun tak luput dari yang namanya ancaman Sampah plastik, 60% lebih sampah yang di hasilkan oleh negeri sakura ini di dominasi oleh material plastik rumahan. Akibat kenaikan prosentase sampah tersebut mau tidak mau pemerintah jepang mulai memberlakukan penyatuan sampah organik dan sampah plastik menjadi sampah terbakar, bukan tanpa resiko pengolahan ini di berlakukan karena memang setelah sampah tersebut di bakar..maka munculah masalah baru yakni Dioksin dan gas karbon dioksida yang dihasilkan karena pembakaran sampah tersebut akan berdampak negatif bagi lingkungan hidup di sekitarnya. Bukan rahasia pula jika yang namanya material plastik itu berbahan baku minyak bumi (naphtha), kurang lebih sekitar 8% produksi minyak bumi di dunia di gunakan setiap harinya untuk di olah menjadi plastik campuran. Angka 8% itupun di prediksi akan terus naik seiring dengan berjalannya waktu, di karenakan dari tahun ke tahun angka permintaan plastik sendiri tergolong cenderung meningkat tajam, maka bukan tidak mungkin jika suatu saat jika cadangan minyak bumi di dunia itu akan habis maka dapat di pastikan produksi material plastik akan jauh berkurang.
Dari dua paragraf di atas bisa disimpulkan bahwa yang namanya plastik berasal dari minyak yang secara logis bisa di olah kembali menjadi minyak olahan yang bermanfaat untuk pengembangan material lain yang lebih berguna. Adalah Akinori Ito, seorang lelaki berkebangsaan jepang yang mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi minyak olahan menjadi material plastik seperti PP (polypropylene), PE (polyethylene), dan PS (polystyrene). Nah ketiga material plastik itu sendiri sering kita jumpai dalam wujud yang bermacam-macam seperti :
PP: bungkus snack, tupperware, wadah CD/DVD, cap botol
PE: plastik “kresek”, botol minyak goreng, dan botol shampoo
PS: styrofoam dan wadah cup noodles
Prinsip kerja dari teknologi yang dikembangkan oleh Akinori Ito ini ternyata cukup sederhana. Pertama, sampah plastik dibersihkan dan dipotong menjadi ukuran kecil. Selanjutnya, plastik dipanaskan pada suhu 450~^\circ {\rm C}. Pada suhu ini, plastik akan meleleh dan kemudian menjadi gas. Gas yang telah terbentuk lalu dipisahkan serta didinginkan. Dari proses ini akan dihasilkan tetesan minyak. Proses ini hanya memakan waktu 1 jam dan persentase minyak yang dihasilkan mencapai 70-90%. Misalnya, dari 500 gram plastik dapat dihasilkan 350-450 gram minyak. Apabila minyak yang dihasilkan disuling lebih lanjut, kita bisa memperoleh minyak tanah, bensin, dan naphtha.
Tentunya teknologi ini sendiri sampai sekarang masih di anggap merupakan solusi paling jitu dan brilian yang pernah di temukan, selain ramah lingkungan..teknologi ini sendiri juga sangat aman apabila di gunakan secara masif untuk kepentingan umat manusia. Mungkin saja beberapa tahun kedepan bahkan puluhan tahun yang akan datang akan di temukan teknologi terbaru dalam proses pemanfaatan limbah plastik seperti yang di temukan oleh Akinori Ito ini, maka tidak akan mungkin generasi kita yang akan datang akan mengalami defisit stok material plastik olahan di sebabkan menipisnya stok minyak bumi yang ada.
Kapan ya???
plastik vacuum
Di negara maju dan berteknologi tinggi seperti jepang pun tak luput dari yang namanya ancaman Sampah plastik, 60% lebih sampah yang di hasilkan oleh negeri sakura ini di dominasi oleh material plastik rumahan. Akibat kenaikan prosentase sampah tersebut mau tidak mau pemerintah jepang mulai memberlakukan penyatuan sampah organik dan sampah plastik menjadi sampah terbakar, bukan tanpa resiko pengolahan ini di berlakukan karena memang setelah sampah tersebut di bakar..maka munculah masalah baru yakni Dioksin dan gas karbon dioksida yang dihasilkan karena pembakaran sampah tersebut akan berdampak negatif bagi lingkungan hidup di sekitarnya. Bukan rahasia pula jika yang namanya material plastik itu berbahan baku minyak bumi (naphtha), kurang lebih sekitar 8% produksi minyak bumi di dunia di gunakan setiap harinya untuk di olah menjadi plastik campuran. Angka 8% itupun di prediksi akan terus naik seiring dengan berjalannya waktu, di karenakan dari tahun ke tahun angka permintaan plastik sendiri tergolong cenderung meningkat tajam, maka bukan tidak mungkin jika suatu saat jika cadangan minyak bumi di dunia itu akan habis maka dapat di pastikan produksi material plastik akan jauh berkurang.
Dari dua paragraf di atas bisa disimpulkan bahwa yang namanya plastik berasal dari minyak yang secara logis bisa di olah kembali menjadi minyak olahan yang bermanfaat untuk pengembangan material lain yang lebih berguna. Adalah Akinori Ito, seorang lelaki berkebangsaan jepang yang mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi minyak olahan menjadi material plastik seperti PP (polypropylene), PE (polyethylene), dan PS (polystyrene). Nah ketiga material plastik itu sendiri sering kita jumpai dalam wujud yang bermacam-macam seperti :
PP: bungkus snack, tupperware, wadah CD/DVD, cap botol
PE: plastik “kresek”, botol minyak goreng, dan botol shampoo
PS: styrofoam dan wadah cup noodles
Prinsip kerja dari teknologi yang dikembangkan oleh Akinori Ito ini ternyata cukup sederhana. Pertama, sampah plastik dibersihkan dan dipotong menjadi ukuran kecil. Selanjutnya, plastik dipanaskan pada suhu 450~^\circ {\rm C}. Pada suhu ini, plastik akan meleleh dan kemudian menjadi gas. Gas yang telah terbentuk lalu dipisahkan serta didinginkan. Dari proses ini akan dihasilkan tetesan minyak. Proses ini hanya memakan waktu 1 jam dan persentase minyak yang dihasilkan mencapai 70-90%. Misalnya, dari 500 gram plastik dapat dihasilkan 350-450 gram minyak. Apabila minyak yang dihasilkan disuling lebih lanjut, kita bisa memperoleh minyak tanah, bensin, dan naphtha.
Tentunya teknologi ini sendiri sampai sekarang masih di anggap merupakan solusi paling jitu dan brilian yang pernah di temukan, selain ramah lingkungan..teknologi ini sendiri juga sangat aman apabila di gunakan secara masif untuk kepentingan umat manusia. Mungkin saja beberapa tahun kedepan bahkan puluhan tahun yang akan datang akan di temukan teknologi terbaru dalam proses pemanfaatan limbah plastik seperti yang di temukan oleh Akinori Ito ini, maka tidak akan mungkin generasi kita yang akan datang akan mengalami defisit stok material plastik olahan di sebabkan menipisnya stok minyak bumi yang ada.
Kapan ya???