pratama_adi2001
New member
PM Italia Romano Prodi mundur
Roma (Espos)
Presiden Italia Giorgio Napolitano menggelar pertemuan darurat dengan sejumlah pemimpin politik, Kamis (22/2), menyusul pengunduran diri mengejutkan dari Perdana Menteri Romano Prodi.
Prodi, yang menang tipis dalam Pemilu Italia tahun lalu, mengundurkan diri setelah Senat mempermalukan Prodi dengan menolak kebijakan luar negerinya, termasuk kebijakan pengerahan militer Italia ke Afghanistan. Hala itu menjadi masalah yang selalu menjadi sumber friksi dalam koalisi sembilan partai, mulai dari Katolik sampai Komunis.
Semua kamerad pulang demikian judul headline dalam harian milik kubu sayap kanan Il Giornale yang dikelola oleh saudara mantan PM Italia Silvio Berlusconi, yang berharap bisa kembali berkuasa jika pemilihan baru digelar.
Berdasarkan undang-undang, Presiden Giorgio Napolitano sekarang harus mencari jalan keluar dari kebuntuan politik di negaranya itu. Pada Kamis kemarin, dia melakukan konsultasi dengan para pemimpin partai dan anggota parlemen, sebuah proses yang oleh sebuah surat kabar disebut semacam permainan Russian roulette bagi Prodi alias untung-untungan, seperti yang pernah diprediksikan hasilnya akan menentukan masa depan politiknya.
Dukungan
Ada tiga skenario yang disiapkan, yakni jika Napolitano mendapatkan cukup dukungan untuk Prodi di antara partai-partai kiri-tengah, dia bisa meminta Prodi membentuk pemerintahan baru atau menghadap parlemen dan menunjukkan susunan kabinet untuk diuji dalam pemungutan suara. Jika Prodi mendapat dukungan, artinya ia bisa tetap menjalankan pemerintahan. Sedangkan alternatif kedua, jika dukungan untuk Prodi tidak kuat, Napolitano bisa meminta orang lain, kemungkinan Menteri Dalam Negeri Giuliano Amato, untuk menjabat sebagai PM caretaker untuk sementara, tentunya hal ini juga harus dengan persetujuan parlemen dan lintas partai. Sedangkan alternatif terakhir, Presiden Napolitano terpaksa membubarkan parlemen dan menyerukan pemilihan dini, meskipun tampaknya opsi ini akan dihindari untuk saat ini.
Para pengamat mengatakan, Pemerintahan Prodi lemah dan rapuh lantaran adanya perseteruan di dalam aliansinya sendiri, yang tidak mendukung segala kebijakan mulai dari misi militer Italia ke luar negeri sampai hak-hak kaum gay.
?Bahkan, jika ada pemerintahan Prodi yang lain, tentunyua akan dieksekusi lagi dan tidak akan berumur panjang, ini karena alasan tekanan luar,? ujar Gianfranco Pasquino, ahli politik di Bologna Center, Universitas John Hopkins.
Setelah pemilihan Prodi April lalu, dia menikmati sedikit kenikmatan kekuasaan, namun popularitasnya dengan cepat merosot saat dia mendorong pemotongan dari anggaran 2007. - tya/AP
Roma (Espos)
Presiden Italia Giorgio Napolitano menggelar pertemuan darurat dengan sejumlah pemimpin politik, Kamis (22/2), menyusul pengunduran diri mengejutkan dari Perdana Menteri Romano Prodi.
Prodi, yang menang tipis dalam Pemilu Italia tahun lalu, mengundurkan diri setelah Senat mempermalukan Prodi dengan menolak kebijakan luar negerinya, termasuk kebijakan pengerahan militer Italia ke Afghanistan. Hala itu menjadi masalah yang selalu menjadi sumber friksi dalam koalisi sembilan partai, mulai dari Katolik sampai Komunis.
Semua kamerad pulang demikian judul headline dalam harian milik kubu sayap kanan Il Giornale yang dikelola oleh saudara mantan PM Italia Silvio Berlusconi, yang berharap bisa kembali berkuasa jika pemilihan baru digelar.
Berdasarkan undang-undang, Presiden Giorgio Napolitano sekarang harus mencari jalan keluar dari kebuntuan politik di negaranya itu. Pada Kamis kemarin, dia melakukan konsultasi dengan para pemimpin partai dan anggota parlemen, sebuah proses yang oleh sebuah surat kabar disebut semacam permainan Russian roulette bagi Prodi alias untung-untungan, seperti yang pernah diprediksikan hasilnya akan menentukan masa depan politiknya.
Dukungan
Ada tiga skenario yang disiapkan, yakni jika Napolitano mendapatkan cukup dukungan untuk Prodi di antara partai-partai kiri-tengah, dia bisa meminta Prodi membentuk pemerintahan baru atau menghadap parlemen dan menunjukkan susunan kabinet untuk diuji dalam pemungutan suara. Jika Prodi mendapat dukungan, artinya ia bisa tetap menjalankan pemerintahan. Sedangkan alternatif kedua, jika dukungan untuk Prodi tidak kuat, Napolitano bisa meminta orang lain, kemungkinan Menteri Dalam Negeri Giuliano Amato, untuk menjabat sebagai PM caretaker untuk sementara, tentunya hal ini juga harus dengan persetujuan parlemen dan lintas partai. Sedangkan alternatif terakhir, Presiden Napolitano terpaksa membubarkan parlemen dan menyerukan pemilihan dini, meskipun tampaknya opsi ini akan dihindari untuk saat ini.
Para pengamat mengatakan, Pemerintahan Prodi lemah dan rapuh lantaran adanya perseteruan di dalam aliansinya sendiri, yang tidak mendukung segala kebijakan mulai dari misi militer Italia ke luar negeri sampai hak-hak kaum gay.
?Bahkan, jika ada pemerintahan Prodi yang lain, tentunyua akan dieksekusi lagi dan tidak akan berumur panjang, ini karena alasan tekanan luar,? ujar Gianfranco Pasquino, ahli politik di Bologna Center, Universitas John Hopkins.
Setelah pemilihan Prodi April lalu, dia menikmati sedikit kenikmatan kekuasaan, namun popularitasnya dengan cepat merosot saat dia mendorong pemotongan dari anggaran 2007. - tya/AP