zabuza
New member
Polisi mencoba tenangkan komunitas muslim di Birmingham
Birmingham (Espos)
Untuk kali kedua dalam enam bulan terakhir, komunitas muslim di Birmingham Inggris menjadi sorotan dunia akibat diberlakukannya operasi antiteror. Kini, kepolisian setempat tengah berupaya untuk menenangkan masyarakat muslim di wilayah tersebut.
?Kini, areal ini seakan dilabeli sebagai pusatnya kegiatan Islam radikal, dan ini sangat sulit untuk mengubah perasaan masyarakat yang sudah tegang dalam 24 jam terakhir. Butuh waktu lama untuk membangun kembali kepercayaan dan raya percaya diri masyarakat di sini, setelah mereka sedemikian dipojokkan,? kata anggota parlemen lokal, Salam Yaqoob, yang juga seorang muslim keturunan Pakistan dalam sebuah wawancara, Kamis (1/2).
Pada Rabu pagi, polisi Inggris menyerbu dan menangkap sembilan orang yang diduga merencanakan apa yang digambarkan media di Inggris sebuah rencana untuk menculik, menyiksa dan memenggal kepala tentara muslim Inggris dan menyiarkan tindakannya tersebut di Internet. Sembilan tersangka itu merupakan warga Inggris keturunan Pakistan. Dalam beberapa jam penangkapan, menurut Yaqoob, dia menerima telepon dari konstituen muslim yang melaporkan mereka telah mendapatkan serangan secara verbal.
Namun, polisi di West Midlands mengatakan pihaknya tidak menerima laporan tentang penyerangan terkait dengan penyerbuan kemarin. Yaqoob menghormati polisi lokal karena hanya menunjukkan informasi terbatas mengenai penyerbuan tersebut.
Dia mengatakan, umat Islam marah dan takut dengan laporan berita-berita di media Inggris yang mengutip sumber tertentu tentang rencana para tersangka teroris itu.
?Mereka menyulut sinisme besar dan ketidakpercayaan. Hal ini tidak membantu persatuan komunitas,? ujar dia.
Bulan Agustus, polisi menggagalkan sebuah rencana kelompok garis keras di Birmingham yang akan menggunakan bom cair untuk meledakkan 10 penerbangan jurusan AS dan Inggris. Sekitar 20% dari satu juta lebih warga Birmingham adalah keturunan Asia, termasuk 104.000 warga keturunan Pakistan, 56.000 keturunan India dan 21.000 keturunan Bangladesh. - tya/AP
Birmingham (Espos)
Untuk kali kedua dalam enam bulan terakhir, komunitas muslim di Birmingham Inggris menjadi sorotan dunia akibat diberlakukannya operasi antiteror. Kini, kepolisian setempat tengah berupaya untuk menenangkan masyarakat muslim di wilayah tersebut.
?Kini, areal ini seakan dilabeli sebagai pusatnya kegiatan Islam radikal, dan ini sangat sulit untuk mengubah perasaan masyarakat yang sudah tegang dalam 24 jam terakhir. Butuh waktu lama untuk membangun kembali kepercayaan dan raya percaya diri masyarakat di sini, setelah mereka sedemikian dipojokkan,? kata anggota parlemen lokal, Salam Yaqoob, yang juga seorang muslim keturunan Pakistan dalam sebuah wawancara, Kamis (1/2).
Pada Rabu pagi, polisi Inggris menyerbu dan menangkap sembilan orang yang diduga merencanakan apa yang digambarkan media di Inggris sebuah rencana untuk menculik, menyiksa dan memenggal kepala tentara muslim Inggris dan menyiarkan tindakannya tersebut di Internet. Sembilan tersangka itu merupakan warga Inggris keturunan Pakistan. Dalam beberapa jam penangkapan, menurut Yaqoob, dia menerima telepon dari konstituen muslim yang melaporkan mereka telah mendapatkan serangan secara verbal.
Namun, polisi di West Midlands mengatakan pihaknya tidak menerima laporan tentang penyerangan terkait dengan penyerbuan kemarin. Yaqoob menghormati polisi lokal karena hanya menunjukkan informasi terbatas mengenai penyerbuan tersebut.
Dia mengatakan, umat Islam marah dan takut dengan laporan berita-berita di media Inggris yang mengutip sumber tertentu tentang rencana para tersangka teroris itu.
?Mereka menyulut sinisme besar dan ketidakpercayaan. Hal ini tidak membantu persatuan komunitas,? ujar dia.
Bulan Agustus, polisi menggagalkan sebuah rencana kelompok garis keras di Birmingham yang akan menggunakan bom cair untuk meledakkan 10 penerbangan jurusan AS dan Inggris. Sekitar 20% dari satu juta lebih warga Birmingham adalah keturunan Asia, termasuk 104.000 warga keturunan Pakistan, 56.000 keturunan India dan 21.000 keturunan Bangladesh. - tya/AP