Politisi Golkar Banggakan Orde Baru

Dipi76

New member
Politisi Golkar Banggakan Orde Baru
Maria Natalia | Benny N Joewono | Kamis, 19 Mei 2011 | 22:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi Golkar, Bambang Soesatyo, membenarkan dan mengakui bahwa sudah sewajarnya masyarakat merasa lebih nyaman dengan Orde Baru.

Hal ini disebabkan masyarakat kecewa, ternyata di Orde Reformasi hanya memberi janji, tetapi tidak memberikan yang lebih baik daripada Orde Baru.

Hal ini diungkapkan untuk menanggapi hasil survei Indo Barometer yang menyatakan persentase dari 1.200 responden survei itu lebih memilih Orde Baru dan era kepemimpinan Soeharto.

"Ini sebenarnya akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap kepemimpinan yang ada saat ini. Ada beberapa kekeliruan yang dirasakan masyarakat terjadi setelah Orde Reformasi," ujar Bambang Soesatyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (19/5/2011).

Kekeliruan tersebut, di antaranya, mengenai pemilihan menteri-menteri dalam era SBY yang dinilai tidak berdasarkan kemampuan ataupun keahlian di bidangnya dan dilihat sesuai dengan suku dari orang-orang yang terpilih.

"Ketika zaman Pak Harto, menterinya jauh lebih berkualitas. Jauh sekali. Kalau zaman Reformasi, dipilih karena jasa terhadap orang yang mendukung partai, juga dari sukunya. Seperti Mari Pangestu untuk mewakili dari teman-temannya Mari. Jadinya ia (Mari) lebih pro para leluhurnya, kita sudah paham itu," imbuhnya.

Menurutnya, saat zaman Soeharto, untuk memilih seorang menteri diperlukan seleksi yang ketat. Bukan sekadar disorot televisi, melainkan dipanggil dan ditawari menjadi menteri seperti yang terjadi di Orde Reformasi.

"Zaman ini, menteri enggak mengerti bidangnya sendiri. Dulu pemilihan menteri bukan sekadar basa-basi, disorot TV saja. Ada seleksi yang ketat," katanya.

Tak lupa juga ia menyindir bahwa kebebasan pers yang telah dimaklumkan sejak zaman Reformasi sebenarnya bertujuan untuk pencitraan diri semata dengan dalih demokrasi.

"Masyarakat itu tahu memiliki pemimpin, tapi tidak merasa dipimpin. Itu yang menjadi pertanyaan. Kalau soal kebebasan pers itu ya karena tabiat pemimpinnya suka menjaga pencitraan," tandasnya.


Sumber:Kompas


=================

"Ketika zaman Pak Harto, menterinya jauh lebih berkualitas. Jauh sekali. Kalau zaman Reformasi, dipilih karena jasa terhadap orang yang mendukung partai, juga dari sukunya. Seperti Mari Pangestu untuk mewakili dari teman-temannya Mari. Jadinya ia (Mari) lebih pro para leluhurnya, kita sudah paham itu," imbuhnya.
Bilang aja China gitu, nggak usah pake basa basi segala...
Kebodohan khas anggota dewan...


-dipi-
 
Back
Top