gupy15
Mod
Selasa, 18 Maret 2008
Polusi Mengubah Fungsi Otak
Para peneliti mengamati reaksi otak dari 10 relawan yang dibiarkan terpapar asap kendaraan selama satu jam.
Satu lagi penelitian yang kian menguatkan dampak negatif dari polusi udara akibat asap kendaraan bermotor. Para pakar kesehatan di Belanda menyatakan bahwa asap kendaraan bermotor bisa mengubah fungsi otak bagi siapa pun yang terpapar asap beracun tersebut.
''Jika terpapar asap kendaraan selama satu jam, maka seseorang tak hanya akan menderita sakit kepala. Namun, hal tersebut bisa mengubah fungsi otak,'' ungkap Paul Borm dari Zuyd University yang memimpin penelitian tersebut. Sesungguhnya, telah banyak penelitian yang mengungkap bagaimana nanopartikel yang dikeluarkan dari emisi kendaraan bermotor masuk ke jaringan otak. Namun, penelitian ini adalah yang pertama kali mengungkapkan bagaimana proses itu terjadi.
Hal penelitian yang ditulis di jurnal Particle and Fibre Toxology ini mengungkapkan bahwa para peneliti meminta 10 relawan untuk menghabiskan waktu selama satu jam di dalam dua jenis ruangan. Ruangan pertama yaitu ruang yang udaranya bersih dan ruang kedua dipenuhi asap dari mesin diesel. Para peneliti juga memasang alat electroencephalograph (EEG), yang akan mendeteksi sinyal elektrik pada otak 10 relawan tersebut. Mereka terus dimonitor selama terpapar asap kendaraan hingga satu jam setelah mereka meninggalkan ruangan tadi.
Ternyata, tak perlu menunggu satu jam untuk melihat reaksi dari paparan asap kendaraan tadi. Setelah 30 menit berjalan, terjadi respons stres pada otak yang terpantau oleh EEG. Ini menunjukkan adanya indikasi perubahan dari proses sistem informasi pada bagian otak yang disebut korteks. Yang mengkhawatirkan, efek tersebut ternyata terus berlanjut hingga mereka meninggalkan ruangan yang dipenuhi asap tersebut.
''Kami hanya dapat berspekulasi bahwa dampak ini mungkin menjadi serius pada kota-kota sibuk dengan tingkat polusi udara yang tinggi. Bisa jadi, di kota-kota tersebut terdapat partikel-partikel dari asap kendaraan sangat tinggi,'' ungkap Borm. Meski demikian, lanjut Borm, perlu diketahui bagaimana pengaruh jangka panjang dari paparan asap kendaraan bermotor tadi terhadap fungsi normal otak. ''Karena itu, sangat penting dilakukan penelitian lebih lanjut,'' katanya, seperti ditulis oleh BBC.
Meski secara jelas penelitian ini memperlihatkan pengaruh pada fungsi otak, namun menurut Ken Donaldson, guru besar bidang toksologi respirasi dari University of Edinburgh menyatakan, temuan itu tidak terlalu mengejutkan. ''Namun, perlu dilakukan investigasi lebih mendalam mengenai perubahan fisiologi tersebut dalam jangka panjang. Meski demikian, penelitian ini sangat menarik dan sangat penting,'' ungkap Donaldson.
Menurutnya, kontrol mengenai penelitian dampak dari polusi udara terhadap otak secara etika kerap memunculkan masalah. Penelitian pada populasi di area yang terpapar polusi udara dalam jangka panjang, ungkapnya, sulit dilakukan. Apalagi, jika itu dikaitkan dengan penyakit-penyakit pada otak yang kemudian menyebabkan kematian.
Namun, ungkap Donaldson, bisa jadi polusi udara memang berkaitan dengan infeksi pada otak yang bisa berakibat fatal. Sebuah penelitian pada anjing yang hidup di kawasan tinggi polusi di Meksiko memperlihatkan bahwa terjadi kerusakan otak pada hewan tersebut yang menyerupai penyakit alzheimer. Sementara, anjing-anjing yang hidup di kawasan pedesaan yang polusinya lebih rendah ternyata memiliki kerusakan otak yang lebih kecil.
Kematian dini
Polusi udara nyatanya memang bukan perkara sepeleh. Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian oleh Komisi Eropa juga menyimpulkan dampak negatif dari polusi udara. Mereka menyebutkan bahwa polusi udara bertanggung jawab terhadap 310 ribu kematian dini di Eropa setiap tahunnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa partikel supermini yang disebut partikulat dari polusi udara bisa masuk ke jaringan respirasi, dan bahkan secara langsung bisa masuk ke pembuluh darah. Partikulat ini umumnya berasal dari asap kendaraan bermotor, industri, dan polusi domestik.
Dalam penelitian ini dijabarkan kesempatan hidup di sejumlah negara di Eropa berkurang akibat polusi udara. Di Belgia, rata-rata kesempatan hidup penduduknya diduga berkurang 13,6 bulan dan di Belanda 12,7 bulan. Sementara, Finlandia berkurang 3,1 bulan dan Irlandia 3,9 bulan.
Polusi udara juga diduga bisa memicu kanker pada anak. Anak-anak yang terpapar polusi udara memiliki meninggal karena kanker sebelum usia 16 tahun. Penelitian yang dilakukan profesor George Knox dari University of Birmingham, memetakan emisi kimia di Inggris pada tahun 2001. Dia juga mendata secara detail anak-anak yang meninggal dunia di bawah usia 16 tahun yang meninggal karena leukemia dan kanker jenis lainnya antara tahun 1966 hingga 1980.
Dia menyimpulkan bahwa anak-anak yang lahir dalam radius 1 kilometer dari partikulat akibat polusi berisiko dua hingga empat kali lipat lebih tinggi terkena kanker sebelum usia 16 tahun. Menurutnya, polusi bahkan bisa mempengaruhi janin yang masih berada di dalam kandungan ibunya. Racun-racun berbahaya dari polusi bisa masuk ke rahim melalui plasenta. mag
(www.republika.co.id )
Polusi Mengubah Fungsi Otak
Para peneliti mengamati reaksi otak dari 10 relawan yang dibiarkan terpapar asap kendaraan selama satu jam.
Satu lagi penelitian yang kian menguatkan dampak negatif dari polusi udara akibat asap kendaraan bermotor. Para pakar kesehatan di Belanda menyatakan bahwa asap kendaraan bermotor bisa mengubah fungsi otak bagi siapa pun yang terpapar asap beracun tersebut.
''Jika terpapar asap kendaraan selama satu jam, maka seseorang tak hanya akan menderita sakit kepala. Namun, hal tersebut bisa mengubah fungsi otak,'' ungkap Paul Borm dari Zuyd University yang memimpin penelitian tersebut. Sesungguhnya, telah banyak penelitian yang mengungkap bagaimana nanopartikel yang dikeluarkan dari emisi kendaraan bermotor masuk ke jaringan otak. Namun, penelitian ini adalah yang pertama kali mengungkapkan bagaimana proses itu terjadi.
Hal penelitian yang ditulis di jurnal Particle and Fibre Toxology ini mengungkapkan bahwa para peneliti meminta 10 relawan untuk menghabiskan waktu selama satu jam di dalam dua jenis ruangan. Ruangan pertama yaitu ruang yang udaranya bersih dan ruang kedua dipenuhi asap dari mesin diesel. Para peneliti juga memasang alat electroencephalograph (EEG), yang akan mendeteksi sinyal elektrik pada otak 10 relawan tersebut. Mereka terus dimonitor selama terpapar asap kendaraan hingga satu jam setelah mereka meninggalkan ruangan tadi.
Ternyata, tak perlu menunggu satu jam untuk melihat reaksi dari paparan asap kendaraan tadi. Setelah 30 menit berjalan, terjadi respons stres pada otak yang terpantau oleh EEG. Ini menunjukkan adanya indikasi perubahan dari proses sistem informasi pada bagian otak yang disebut korteks. Yang mengkhawatirkan, efek tersebut ternyata terus berlanjut hingga mereka meninggalkan ruangan yang dipenuhi asap tersebut.
''Kami hanya dapat berspekulasi bahwa dampak ini mungkin menjadi serius pada kota-kota sibuk dengan tingkat polusi udara yang tinggi. Bisa jadi, di kota-kota tersebut terdapat partikel-partikel dari asap kendaraan sangat tinggi,'' ungkap Borm. Meski demikian, lanjut Borm, perlu diketahui bagaimana pengaruh jangka panjang dari paparan asap kendaraan bermotor tadi terhadap fungsi normal otak. ''Karena itu, sangat penting dilakukan penelitian lebih lanjut,'' katanya, seperti ditulis oleh BBC.
Meski secara jelas penelitian ini memperlihatkan pengaruh pada fungsi otak, namun menurut Ken Donaldson, guru besar bidang toksologi respirasi dari University of Edinburgh menyatakan, temuan itu tidak terlalu mengejutkan. ''Namun, perlu dilakukan investigasi lebih mendalam mengenai perubahan fisiologi tersebut dalam jangka panjang. Meski demikian, penelitian ini sangat menarik dan sangat penting,'' ungkap Donaldson.
Menurutnya, kontrol mengenai penelitian dampak dari polusi udara terhadap otak secara etika kerap memunculkan masalah. Penelitian pada populasi di area yang terpapar polusi udara dalam jangka panjang, ungkapnya, sulit dilakukan. Apalagi, jika itu dikaitkan dengan penyakit-penyakit pada otak yang kemudian menyebabkan kematian.
Namun, ungkap Donaldson, bisa jadi polusi udara memang berkaitan dengan infeksi pada otak yang bisa berakibat fatal. Sebuah penelitian pada anjing yang hidup di kawasan tinggi polusi di Meksiko memperlihatkan bahwa terjadi kerusakan otak pada hewan tersebut yang menyerupai penyakit alzheimer. Sementara, anjing-anjing yang hidup di kawasan pedesaan yang polusinya lebih rendah ternyata memiliki kerusakan otak yang lebih kecil.
Kematian dini
Polusi udara nyatanya memang bukan perkara sepeleh. Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian oleh Komisi Eropa juga menyimpulkan dampak negatif dari polusi udara. Mereka menyebutkan bahwa polusi udara bertanggung jawab terhadap 310 ribu kematian dini di Eropa setiap tahunnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa partikel supermini yang disebut partikulat dari polusi udara bisa masuk ke jaringan respirasi, dan bahkan secara langsung bisa masuk ke pembuluh darah. Partikulat ini umumnya berasal dari asap kendaraan bermotor, industri, dan polusi domestik.
Dalam penelitian ini dijabarkan kesempatan hidup di sejumlah negara di Eropa berkurang akibat polusi udara. Di Belgia, rata-rata kesempatan hidup penduduknya diduga berkurang 13,6 bulan dan di Belanda 12,7 bulan. Sementara, Finlandia berkurang 3,1 bulan dan Irlandia 3,9 bulan.
Polusi udara juga diduga bisa memicu kanker pada anak. Anak-anak yang terpapar polusi udara memiliki meninggal karena kanker sebelum usia 16 tahun. Penelitian yang dilakukan profesor George Knox dari University of Birmingham, memetakan emisi kimia di Inggris pada tahun 2001. Dia juga mendata secara detail anak-anak yang meninggal dunia di bawah usia 16 tahun yang meninggal karena leukemia dan kanker jenis lainnya antara tahun 1966 hingga 1980.
Dia menyimpulkan bahwa anak-anak yang lahir dalam radius 1 kilometer dari partikulat akibat polusi berisiko dua hingga empat kali lipat lebih tinggi terkena kanker sebelum usia 16 tahun. Menurutnya, polusi bahkan bisa mempengaruhi janin yang masih berada di dalam kandungan ibunya. Racun-racun berbahaya dari polusi bisa masuk ke rahim melalui plasenta. mag
(www.republika.co.id )