imnanay
New member
Produksi Astra Turun 15 Persen
Oleh : Fitria Andayani
JAKARTA — PT Astra International Tbk (ASh) akan mengalami penurunan produksi hingga 15 persen dalam dua bulan ke depan. Penurunan disebabkan krisis Jepang pasca tsunami yang hingga kini masih belum berakhir.
Presiden Direktur Astra, Prijono Sugiarto, menyatakan penurunan akan terjadi di sejumlah bisnis perusahaan, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat, dan infrastruktur “Terutama penurunan terjadi di produksi kendaraan beroda empat pada Mei dan April mi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (6/5).
Meskipun demikian, menurutnya, penurunan tersebut tidak akan berpengaruh banyak pada bisnis perusahaan secara keseluruhan. “Kebetulan divisi lain sangat menyokong, terutama di sektor agribisnis dan roda dua,” katanya.
Industri kendaraan roda dua tidak terkena dampak tsunami karena hampir setengah dari total penjualan kendaraan roda dua di Indonesia merupakan rakitan dalam negeri. “Komponennya sudah 80 persen lokal,” ujarnya. Lagipula suku cadang buatan Indonesia sudah sesuai standar. “Mudah-mudahan keadaan ini bisa cepat diatasi. Kami masih kumpulkan angka-angka yang masuk. Astra kan bukan hanya otomotif,” tuturnya.
Direktur Astra Johny Darmawan Danusasmita menyatakan, sudah sejak lama investor berniat untuk membangun pabrik suku cadang di luar Jepang. “Kalau tidak begitu, harga barang mereka tidak bisa bersaing,” katanya. Dan Indonesia merupakan negara pilihan mereka. “Namun, masih terkendala dengan infrastruktur dan regulasi yang ada. Beda dengan Thailand yang Nsa memfasilitasi mereka dengan cepat,” katanya.
Astra pun menurut Prijono belum akan menaikkan harga barang meskipun biaya produksi tinggi. “Kami tidak mau oportunis.
Kami tidak akan langsung menaikkan harga meskipun biaya produksi naik,” ujarnya.
Menurutnya, biaya naik akibat harga bahan bakar, besaran pajak, dan harga baja naik. “Namun, tetap kebijakan menaikkan harga sangat sensitif. Kami harus memperhitungkan pelanggan,”
Tahun ini, Astra menganggarkan belanja modal sebesar 1,3 hingga 1,4 miliar dolar AS. Sekitar 40 persen digunakan untuk United Tractors, terutama untuk ekspansi tambang batu bara, sedangkan 11 persennya untuk sektor agribisnis. Lalu, 22 persen untuk bisnis otomotif terutama untuk melakukan perluasan cabang—cabang.
Sumber : Republika, firkah fansuri
Last edited: