louisiana
New member
Malang (ANTARA) - Ketua Umum Persema Malang Peni Suparto menegaskan bahwa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak berhak mencabut keanggotaan Persema dari PSSI.
"Yang berhak mencabut keanggotaan Persema adalah kongres PSSI, bukan PSSI-nya. Keputusan PSSI tanpa melalui kongres itu sebagai bentuk arogansi dan saya akan melakukan perlawanan secara hukum," tegas Peni di Malang, Sabtu.
Sebab, tegas Peni yang juga Wali Kota Malang itu, PSSI tidak punya hak mencabut keanggotaan Persema sebagai anggota PSSI. Sehingga, tidak adasar hukumnya jika PSSI mengeluarkan Persema dari keanggotaan PSSI tanpa melalui kongres.
Seharusnya, kata Peni, PSSI bisa bersikap arif terkait Persema dan dua klub lain yang sebelumnya berlaga di ajang Liga Super Indonesia (LSI) akhirnya harus menyeberang ke Liga Primer Indonesia (LPI).
Menurut dia, dengan tampil di ajang LPI bukan berarti Persema keluar dari PSSI. Persema hanya keluar dari LSI, bukan PSSI.
Tetapi, lanjut Peni, fakta yang diterima Persema, tidak hanya Persema senior yang mendapatkan perlakuan tidak adil, Persema U-18 pun juga dicoret dari keikutsertaannya di Liga Remaja Nasional.
Sikap yang ditunjukkan PSSI itu, tegas Peni, sama sekali tidak menunjukkan jati diri sebagai lembaga pembina sepak bola."Pokoknya kami akan lawan keputusan PSSI yang tidak adil ini," tegas mantan anggota DPR RI tersebut.
Dalam kongres PSSI yang digelar di Bali 21-23 Januari itu Persema bersama Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar tidak mendapatkan hak suara karena telah membelot dari LSI dan ikut dalam kompetisi LPI yang disponsori konsorsium perusahaan milik Arifin Panigoro.
Persema akhirnya memilih berkompetisi di LPI dengan dalih tim asuhan Timo Schuenemann itu selalu dicurangi oleh wasit ketika bertanding dan konsep pertandingan yang ditawarkan LPI dinilai jauh lebih bagus dan "fair play" ketimbang kompetisi LSI.
Pada awal gelaran kompetisi LPI yang dibuka di Stadion Manahan Solo itu juga dijanjikan akan menggunakan wasit asing (luar negeri), namun dalam beberapa kali pertandingan wasit yang memimpin masih tetap wasit lokal yang sebelumnya adalah wasit LSI.
Khabarnya, di ajang LPI yang sampai sekarang masih menunggu tim ke-20 itu, Persema mendapatkan kucuran dana sekitar Rp20 miliar dari konsorsium.
Dan, anggaran dalam APBD Kota Malang yang masuk pos KONI sebesar Rp18 miliar itu menurut Peni Suparto akan digunakan untuk membangun stadion di lima kecamatan yang ada di daerah itu.
dikutip dari antara
"Yang berhak mencabut keanggotaan Persema adalah kongres PSSI, bukan PSSI-nya. Keputusan PSSI tanpa melalui kongres itu sebagai bentuk arogansi dan saya akan melakukan perlawanan secara hukum," tegas Peni di Malang, Sabtu.
Sebab, tegas Peni yang juga Wali Kota Malang itu, PSSI tidak punya hak mencabut keanggotaan Persema sebagai anggota PSSI. Sehingga, tidak adasar hukumnya jika PSSI mengeluarkan Persema dari keanggotaan PSSI tanpa melalui kongres.
Seharusnya, kata Peni, PSSI bisa bersikap arif terkait Persema dan dua klub lain yang sebelumnya berlaga di ajang Liga Super Indonesia (LSI) akhirnya harus menyeberang ke Liga Primer Indonesia (LPI).
Menurut dia, dengan tampil di ajang LPI bukan berarti Persema keluar dari PSSI. Persema hanya keluar dari LSI, bukan PSSI.
Tetapi, lanjut Peni, fakta yang diterima Persema, tidak hanya Persema senior yang mendapatkan perlakuan tidak adil, Persema U-18 pun juga dicoret dari keikutsertaannya di Liga Remaja Nasional.
Sikap yang ditunjukkan PSSI itu, tegas Peni, sama sekali tidak menunjukkan jati diri sebagai lembaga pembina sepak bola."Pokoknya kami akan lawan keputusan PSSI yang tidak adil ini," tegas mantan anggota DPR RI tersebut.
Dalam kongres PSSI yang digelar di Bali 21-23 Januari itu Persema bersama Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar tidak mendapatkan hak suara karena telah membelot dari LSI dan ikut dalam kompetisi LPI yang disponsori konsorsium perusahaan milik Arifin Panigoro.
Persema akhirnya memilih berkompetisi di LPI dengan dalih tim asuhan Timo Schuenemann itu selalu dicurangi oleh wasit ketika bertanding dan konsep pertandingan yang ditawarkan LPI dinilai jauh lebih bagus dan "fair play" ketimbang kompetisi LSI.
Pada awal gelaran kompetisi LPI yang dibuka di Stadion Manahan Solo itu juga dijanjikan akan menggunakan wasit asing (luar negeri), namun dalam beberapa kali pertandingan wasit yang memimpin masih tetap wasit lokal yang sebelumnya adalah wasit LSI.
Khabarnya, di ajang LPI yang sampai sekarang masih menunggu tim ke-20 itu, Persema mendapatkan kucuran dana sekitar Rp20 miliar dari konsorsium.
Dan, anggaran dalam APBD Kota Malang yang masuk pos KONI sebesar Rp18 miliar itu menurut Peni Suparto akan digunakan untuk membangun stadion di lima kecamatan yang ada di daerah itu.
dikutip dari antara