Randy_Muxnahtis
New member
Note: Cerita ini.... ya.... mungkin 50:50...... 50% kisah nyata, 50% sisanya imajinasi gw...... atau mungkin 60:40...... 60% imajinasi, 40% kisah nyata..... yg pasti, inspirasi cerita ini berasal dr pekerjaan gw sbg seorang guru les bhs inggris, murid-murid gw (terutama murid2 favorit gw), manager gw, salah satu film jet lee, judulny "Ocean Heaven", dan.... sisanya imajinasi gw..... ^^ Tp, meskipun sebagian cerita ini nyata, tetap, ada beberapa bagian yang g modifikiasi pake imajinasi gw, n nama-nama karakter gw ganti..... jd gak kentara, mana yang fiksi, mana yang fakta..... so..... let's begin..... Oh, ya, gw lupa, satu lagi, inpirasi judul, berasal dari film "The Sorcerer's Apprentice" gw modif jd "The Teacher's Apprentice"..... ^^..... So, here goes the story......
Namaku Benny. Aku bekerja sebagai seorang guru les bahasa inggris di sebuah lembaga. Pekerjaan ini, adalah part time job..... aku bekerja di sela-sela jadwal kuliahku. Aku sudah bekerja cukup lama, sekitar 3 tahun.... dan aku memiliki beberapa murid kesukaan di tempatku mengajar....... Secara pastinya, aku memiliki sekitar 6-8 murid favorit....... Mereka adalah Andreas, Erika, Diana, Christine, Charles, Wahyudi, Ronald, dan Rendy. Namun, di antara 8 orang tersebut, Charles yang paling menonjol. Aku memilih mereka sebagai favorit, karena mereka hampir selalu mendapat nilai bagus dalam ulangan, dan perilaku mereka yang kalem di kelas. Charles, menjadi favoritku karena nilai-nilai ulangan dia yang paling bagus di antara yang lainya. Namun, ada masalah...... Charles memiliki kekurangan, yaitu, dia memiliki sifat yang agak autistik...... yah.... nobody's perfect...... Dan.... aku sendiri juga memiliki masalah..... masalahku sederhana saja..... aku menderita penyakit leukimia...... Namun, aku tidak membiarkan penyakit ini menghalangiku untuk melakukan aktifitas normal..... Aku suka pergi ke mall, bekerja, kuliah, dan sebagainya..... Ya.... jujur saja, manager-ku tidak tau akan masalah-ku yang satu ini.... Aku menutupinya dengan sangat rapi..... Tiap kerja, aku tampak sehat walafiat..... Kuliah juga, pergi ke mall juga..... selalu riang gembira....... like I said.... nobody's perfect..... Oh, ya, cerita ini menyangkut masalah antara aku dan Charles, jadi, aku tidak akan banyak menyinggung murid-murid favorit-ku yang lainya. Aku juga akan bercerita sedikit tentang Charles..... Charles, berusia 16 tahun.... Kelas 2 SMA..... Dia berpenampilan tinggi, bahkan lebih tinggi daripadaku, rambut berdiri, kaca mata, kulit coklat agak gelap.... Aku sendiri berpenampilan sedang, juga berkaca mata, kulit coklat namun lebih terang daripada kulit Charles.
"Jadi, fungsi present tense, tidak hanya buat rutinitas atau kebiasaan, atau kejadian alam, seperti yang kalian pernah belajar waktu kalian kecil. Dalam kasus ini, present tense dapat dipakai buat future tense, masa depan. Memang, kamu tau bahwa future tense memakai rumus Subject+Will+Verb dasar. Namun, future tense menggunakan present tense, sifatnya lebih formal dan lebih kuat daripada rumus Will. Sebagai contoh begini, The Train Arrives AT 9:00 P.M. Jadi, dalam konteks ini, arti dalam bahsa Indonesia, bukan rutinitas kereta itu, tapi Kereta Akan Tiba Pada Jam 9 Malam. Oh, ya, karena kalian sudah dewasa, sudah SMA, saya harap kalian sudah hafal rumus present tense, karena itu basic banget. Mengapa The Train Arrives At 9:00 P.M? Karena, jadwal kereta api, biasanya sudah pasti, formal." Kataku menjelaskan sebuah materi pada suatu kesempatan. Seorang murid menyahut, "Tapi, Sir, kan suka kereta api kita datangnya terlambat. Mana bisa formal?" Aku tersenyum kecil mendengar komentar itu. "Iya," kataku menjelaskan, "tapi, tetap saja, itu bersifat formal, karena resmi. Soal terlambat, ya.... itu di luar pelajaran kita, itu urusan teknis kereta api. Tapi yang penting, kamu tau bahwa present tense bisa dipakai buat future tense, untuk sifatnya yang formal. Jadi, jangan pake rumus Will melulu. Bosen." Setelah menjelaskan, aku menunggu sebentar, jika ada pertanyaan atau komentar lagi. Tidak ada. "Oke, sekarang, coba kerjakan latihan yang ada di buku. 5 nomor," kataku. Saat ini, aku sedang mengajar kelas Charles. Aku akan menjelaskan singkat tentang situasi kelas Charles. Kelas Charles berisi murid-murid level lanjut, karena murid-murid kelas ini sudah berusia sekitar SMP-SMA. Secara umum, mereka sudah remaja, namun sebagian dari perilaku mereka di kelas ini, harus aku tegur, seperti bermain HP atau ngobrol di kelas, atau mengerjakan tugas latihan dengan ogah-ogahan. Biasa, anak ABG, jadi agak memberontak. Namun, karena Charles favoritku, aku harus memberikan perhatian ekstra kepadanya..... Bukan karena dia favoritku, namun karena aku memiliki "misi khusus" untuk dia..... Dan aku sedang mempersiapkan Charles untuk menghadapi "misi khusus" yang akan kuberikan nanti..... Jadi, aku menempa dia hingga..... yah.... hingga aku meninggal nanti...... Dan, menurut perkiraan dokter, umurku paling lama, sekitar 2 tahun lagi...... Jadi, aku harus menempa Charles dengan sungguh-sungguh. Setelah latihan selesai, murid-murid mengumpulkan buku latihan mereka kepadaku, jadi aku bisa memeriksa hasil kerja mereka. Sebagian besar dari mereka mendapat nilai sekitar 60-75...... Mereka banyak salah karena rumus Verb present tense, seperti, lupa pemakaian "S/ES" atau salah penulisan, dan lain-lain. Charles mendapat nilai 65. Setelah aku selesai memeriksa semua, aku membahas jawaban yang benar untuk pertanyaan, dan meminta mereka untuk me-remedial jawaban yang salah. Singkat cerita, pelajaran selesai, namun, aku ingin menahan Charles. "Charles, kamu jangan pulang dulu." Aku memanggilnya ketika dia berjalan keluar pintu kelas. Dia mendengus tidak senang. "Apa lagi sich, Sir?" Katanya, tapi dia berjalan mendekatiku. Sudah cukup sering aku berbuat demikian, terutama jika nilai dia mendapat di bawah 70. "Charles, kamu belum paham ya, soal present tense untuk future?" Tanyaku sambil membuka buku pelajaran, halaman yang dibahas barusan. Charles memandang sekilas ke halaman yang aku tunjuk. "Iya ajah! Sir, masa cuma gara-gara salah pake "S/ES" masa saya salah, sedangkan Laura, Sir kasih nilai setengah?" Dia protes. "Charles, kamu itu udah SMA 2, sedangkan Laura baru SMP 1, wajarlah kalau dia mungkin lupa. Tapi kamu, udah gede, masa masih lupa sich, sama rumus basic kayak gini?" Aku menjawabnya, tapi sambil juga mengelak. Memang, sebetulnya, Laura kelas SMP 1, aku bisa saja kasih Charles nilai setengah seperti yang Laura dapat, atau Laura juga aku salahkan total. Namun, karena aku punya "misi khusus" untuk Charles, jadi...... Singkatnya, aku menjelaskan dua kali lagi bahan yang barusan murid-murid pelajari. Setelah dua kali menjelaskan, aku merubah peranku. Aku minta Charles berperan sebagai aku, sedangkan aku sebagai murid, dan aku minta dia untuk menjelaskan sekali saja tentang pelajaran barusan. Ketika aku meminta dia menjelaskan kembali, dia tampak tidak senang. "Iya ajah! Sir mau nge-lawak? Masa suruh saya jelasin ke Sir?" Katanya. Aku hanya memandangnya dengan serius. Ragu-ragu sebentar, Charles dengan terpaksa menjelaskan kepadaku tentang pelajaran barusan (dia boleh menjelaskanya dengan cara dia sendiri, asalkan poin pelajaranya tidak menyimpang). "Oke," kataku mengangguk, setelah dia selesai. Aku merasa cukup puas, meskipun dia menjelaskanya kurang baik, namun hal itu hanyalah masalah teknis, toh, dia sudah paham tentang pelajaran barusan. Hanya tinggal dirapikan saja cara dia menyampaikan materi pelajaran. Kebetulan, manager-ku masuk ke dalam kelasku. Manager-ku baru saja selesai mengajar di ruang kelas lain. Manager-ku tampak agak bingung melihat aku dan Charles. "Oh, ini Miss, tadi charles masih kurang ngerti tentang present tense. Jadi saya jelasin lagi. Dia masih pake "S/ES" buat present tense yang negatif dan interogatif, padahal mustinya "S/ES" cuma dipakai buat positif," kataku menjawab pandangan bertanya managerku. "Oh, begitu. Ok, kamu udah ngerti sekarang, Charles?" Managerku bertanya kepada Charles. "Udah, Miss." Charles menjawab pelan. Tak lama kemudian, kami semua bubar.
Namaku Benny. Aku bekerja sebagai seorang guru les bahasa inggris di sebuah lembaga. Pekerjaan ini, adalah part time job..... aku bekerja di sela-sela jadwal kuliahku. Aku sudah bekerja cukup lama, sekitar 3 tahun.... dan aku memiliki beberapa murid kesukaan di tempatku mengajar....... Secara pastinya, aku memiliki sekitar 6-8 murid favorit....... Mereka adalah Andreas, Erika, Diana, Christine, Charles, Wahyudi, Ronald, dan Rendy. Namun, di antara 8 orang tersebut, Charles yang paling menonjol. Aku memilih mereka sebagai favorit, karena mereka hampir selalu mendapat nilai bagus dalam ulangan, dan perilaku mereka yang kalem di kelas. Charles, menjadi favoritku karena nilai-nilai ulangan dia yang paling bagus di antara yang lainya. Namun, ada masalah...... Charles memiliki kekurangan, yaitu, dia memiliki sifat yang agak autistik...... yah.... nobody's perfect...... Dan.... aku sendiri juga memiliki masalah..... masalahku sederhana saja..... aku menderita penyakit leukimia...... Namun, aku tidak membiarkan penyakit ini menghalangiku untuk melakukan aktifitas normal..... Aku suka pergi ke mall, bekerja, kuliah, dan sebagainya..... Ya.... jujur saja, manager-ku tidak tau akan masalah-ku yang satu ini.... Aku menutupinya dengan sangat rapi..... Tiap kerja, aku tampak sehat walafiat..... Kuliah juga, pergi ke mall juga..... selalu riang gembira....... like I said.... nobody's perfect..... Oh, ya, cerita ini menyangkut masalah antara aku dan Charles, jadi, aku tidak akan banyak menyinggung murid-murid favorit-ku yang lainya. Aku juga akan bercerita sedikit tentang Charles..... Charles, berusia 16 tahun.... Kelas 2 SMA..... Dia berpenampilan tinggi, bahkan lebih tinggi daripadaku, rambut berdiri, kaca mata, kulit coklat agak gelap.... Aku sendiri berpenampilan sedang, juga berkaca mata, kulit coklat namun lebih terang daripada kulit Charles.
"Jadi, fungsi present tense, tidak hanya buat rutinitas atau kebiasaan, atau kejadian alam, seperti yang kalian pernah belajar waktu kalian kecil. Dalam kasus ini, present tense dapat dipakai buat future tense, masa depan. Memang, kamu tau bahwa future tense memakai rumus Subject+Will+Verb dasar. Namun, future tense menggunakan present tense, sifatnya lebih formal dan lebih kuat daripada rumus Will. Sebagai contoh begini, The Train Arrives AT 9:00 P.M. Jadi, dalam konteks ini, arti dalam bahsa Indonesia, bukan rutinitas kereta itu, tapi Kereta Akan Tiba Pada Jam 9 Malam. Oh, ya, karena kalian sudah dewasa, sudah SMA, saya harap kalian sudah hafal rumus present tense, karena itu basic banget. Mengapa The Train Arrives At 9:00 P.M? Karena, jadwal kereta api, biasanya sudah pasti, formal." Kataku menjelaskan sebuah materi pada suatu kesempatan. Seorang murid menyahut, "Tapi, Sir, kan suka kereta api kita datangnya terlambat. Mana bisa formal?" Aku tersenyum kecil mendengar komentar itu. "Iya," kataku menjelaskan, "tapi, tetap saja, itu bersifat formal, karena resmi. Soal terlambat, ya.... itu di luar pelajaran kita, itu urusan teknis kereta api. Tapi yang penting, kamu tau bahwa present tense bisa dipakai buat future tense, untuk sifatnya yang formal. Jadi, jangan pake rumus Will melulu. Bosen." Setelah menjelaskan, aku menunggu sebentar, jika ada pertanyaan atau komentar lagi. Tidak ada. "Oke, sekarang, coba kerjakan latihan yang ada di buku. 5 nomor," kataku. Saat ini, aku sedang mengajar kelas Charles. Aku akan menjelaskan singkat tentang situasi kelas Charles. Kelas Charles berisi murid-murid level lanjut, karena murid-murid kelas ini sudah berusia sekitar SMP-SMA. Secara umum, mereka sudah remaja, namun sebagian dari perilaku mereka di kelas ini, harus aku tegur, seperti bermain HP atau ngobrol di kelas, atau mengerjakan tugas latihan dengan ogah-ogahan. Biasa, anak ABG, jadi agak memberontak. Namun, karena Charles favoritku, aku harus memberikan perhatian ekstra kepadanya..... Bukan karena dia favoritku, namun karena aku memiliki "misi khusus" untuk dia..... Dan aku sedang mempersiapkan Charles untuk menghadapi "misi khusus" yang akan kuberikan nanti..... Jadi, aku menempa dia hingga..... yah.... hingga aku meninggal nanti...... Dan, menurut perkiraan dokter, umurku paling lama, sekitar 2 tahun lagi...... Jadi, aku harus menempa Charles dengan sungguh-sungguh. Setelah latihan selesai, murid-murid mengumpulkan buku latihan mereka kepadaku, jadi aku bisa memeriksa hasil kerja mereka. Sebagian besar dari mereka mendapat nilai sekitar 60-75...... Mereka banyak salah karena rumus Verb present tense, seperti, lupa pemakaian "S/ES" atau salah penulisan, dan lain-lain. Charles mendapat nilai 65. Setelah aku selesai memeriksa semua, aku membahas jawaban yang benar untuk pertanyaan, dan meminta mereka untuk me-remedial jawaban yang salah. Singkat cerita, pelajaran selesai, namun, aku ingin menahan Charles. "Charles, kamu jangan pulang dulu." Aku memanggilnya ketika dia berjalan keluar pintu kelas. Dia mendengus tidak senang. "Apa lagi sich, Sir?" Katanya, tapi dia berjalan mendekatiku. Sudah cukup sering aku berbuat demikian, terutama jika nilai dia mendapat di bawah 70. "Charles, kamu belum paham ya, soal present tense untuk future?" Tanyaku sambil membuka buku pelajaran, halaman yang dibahas barusan. Charles memandang sekilas ke halaman yang aku tunjuk. "Iya ajah! Sir, masa cuma gara-gara salah pake "S/ES" masa saya salah, sedangkan Laura, Sir kasih nilai setengah?" Dia protes. "Charles, kamu itu udah SMA 2, sedangkan Laura baru SMP 1, wajarlah kalau dia mungkin lupa. Tapi kamu, udah gede, masa masih lupa sich, sama rumus basic kayak gini?" Aku menjawabnya, tapi sambil juga mengelak. Memang, sebetulnya, Laura kelas SMP 1, aku bisa saja kasih Charles nilai setengah seperti yang Laura dapat, atau Laura juga aku salahkan total. Namun, karena aku punya "misi khusus" untuk Charles, jadi...... Singkatnya, aku menjelaskan dua kali lagi bahan yang barusan murid-murid pelajari. Setelah dua kali menjelaskan, aku merubah peranku. Aku minta Charles berperan sebagai aku, sedangkan aku sebagai murid, dan aku minta dia untuk menjelaskan sekali saja tentang pelajaran barusan. Ketika aku meminta dia menjelaskan kembali, dia tampak tidak senang. "Iya ajah! Sir mau nge-lawak? Masa suruh saya jelasin ke Sir?" Katanya. Aku hanya memandangnya dengan serius. Ragu-ragu sebentar, Charles dengan terpaksa menjelaskan kepadaku tentang pelajaran barusan (dia boleh menjelaskanya dengan cara dia sendiri, asalkan poin pelajaranya tidak menyimpang). "Oke," kataku mengangguk, setelah dia selesai. Aku merasa cukup puas, meskipun dia menjelaskanya kurang baik, namun hal itu hanyalah masalah teknis, toh, dia sudah paham tentang pelajaran barusan. Hanya tinggal dirapikan saja cara dia menyampaikan materi pelajaran. Kebetulan, manager-ku masuk ke dalam kelasku. Manager-ku baru saja selesai mengajar di ruang kelas lain. Manager-ku tampak agak bingung melihat aku dan Charles. "Oh, ini Miss, tadi charles masih kurang ngerti tentang present tense. Jadi saya jelasin lagi. Dia masih pake "S/ES" buat present tense yang negatif dan interogatif, padahal mustinya "S/ES" cuma dipakai buat positif," kataku menjawab pandangan bertanya managerku. "Oh, begitu. Ok, kamu udah ngerti sekarang, Charles?" Managerku bertanya kepada Charles. "Udah, Miss." Charles menjawab pelan. Tak lama kemudian, kami semua bubar.