Mrs_Sumart1
New member
Karena lelahnya seorang petani duduk di bawah pohon kenari sambil mengebaskan topinya untuk menghilangkan rasa panas karena seharian bekerja di bawah terik matahari.Secara bergantian ia memandang tanaman labunya dan pohon kenarinya yang sedang berbuah lebat.
Petani itu mulai berpikir, "Allah kurang perhitungan dan tidak adil ? Buah labu itu besar, tetapi Ia justru menaruhnya pada tanaman merambat yang berbatang kecil sehingga dengan susah payah batang itu menahan buahnya. Sebaliknya kenari ini mempunyai pohon dan cabang yang besar tetapi buahnya kecil saja. Seandainya saya yang menciptakannya saya akan berbuat sebaliknya agar lebih sesuai."
Sementara petani itu menyandarkan tubuhnya pada pohon kenari tiba-tiba sebuah buah kenari jatuh di atas kepalanya. Ia memungut kenari itu. Akhirnya ia berdiri dan berkata "Allah memang luar biasa dan bijaksana. Ia adil dan pengasih. Seandainya buah kenari ini sebesar labu saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kepala saya."
Seringkali kita juga berlaku seperti petani di atas. Kita mengatakan Allah tidak adil karena sudah membuat kita seperti sekarang ini. Dan dengan keadaan seperti sekarang memang tidak ada sesuatupun yang bisa kita lakukan. Tetapi perhatikanlah sebagaimana Allah menciptakan berbagai macam tumbuhan dengan berbagai bentuk dan manfaatnya, demikianlah Allah menciptakan kita dengan beragam kemampuan dan karunia. Allah menciptakan kita masing-masing secara khusus agar kita dapat berbuah bagi yang lain.
Banyak orang menyangka ia sudah berbuat banyak tetapi jika ia tidak menjadi berkat bagi orang lain sebenarnya ia bukan berbuah tetapi bengkak. Bengkak artinya ia berbuah bagi dirinya sendiri alias menumpuk berkat bagi dirinya sendiri.
Dan juga jangan pernah anda berkata bahwa Allah tidak adil karena anda tidak sekaya orang lain atau tidak secantik, semampu dan sepintar mereka. Bagi Allah yang lebih penting bukan secara jasmaniah tetapi apakah hidup kita dapat berbuah banyak atau tidak. Ingatlah bagi Allah hanya ada 2 macam orang: yang berbuah dan yang tidak berbuah. Jangan menjadikan kondisi atau kekurangan suatu alasan bagi kita untuk tidak berbuah bagi Allah, orang lain dan diri kita sendiri. Sekalipun Yesus berlatar belakang sebagai seorang tukang kayu, keadaan ini tidak menghalangiNya untuk menggenapi kehendak Allah di dalam kehidupanNya dan Ia sudah membuktikan bahwa Ia berguna bagi Kerajaan Allah. Dengan menjadi berkat bagi orang lain berarti kita telah memenuhi maksud Allah ketika Ia membentuk kita.
Petani itu mulai berpikir, "Allah kurang perhitungan dan tidak adil ? Buah labu itu besar, tetapi Ia justru menaruhnya pada tanaman merambat yang berbatang kecil sehingga dengan susah payah batang itu menahan buahnya. Sebaliknya kenari ini mempunyai pohon dan cabang yang besar tetapi buahnya kecil saja. Seandainya saya yang menciptakannya saya akan berbuat sebaliknya agar lebih sesuai."
Sementara petani itu menyandarkan tubuhnya pada pohon kenari tiba-tiba sebuah buah kenari jatuh di atas kepalanya. Ia memungut kenari itu. Akhirnya ia berdiri dan berkata "Allah memang luar biasa dan bijaksana. Ia adil dan pengasih. Seandainya buah kenari ini sebesar labu saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kepala saya."
Seringkali kita juga berlaku seperti petani di atas. Kita mengatakan Allah tidak adil karena sudah membuat kita seperti sekarang ini. Dan dengan keadaan seperti sekarang memang tidak ada sesuatupun yang bisa kita lakukan. Tetapi perhatikanlah sebagaimana Allah menciptakan berbagai macam tumbuhan dengan berbagai bentuk dan manfaatnya, demikianlah Allah menciptakan kita dengan beragam kemampuan dan karunia. Allah menciptakan kita masing-masing secara khusus agar kita dapat berbuah bagi yang lain.
Banyak orang menyangka ia sudah berbuat banyak tetapi jika ia tidak menjadi berkat bagi orang lain sebenarnya ia bukan berbuah tetapi bengkak. Bengkak artinya ia berbuah bagi dirinya sendiri alias menumpuk berkat bagi dirinya sendiri.
Dan juga jangan pernah anda berkata bahwa Allah tidak adil karena anda tidak sekaya orang lain atau tidak secantik, semampu dan sepintar mereka. Bagi Allah yang lebih penting bukan secara jasmaniah tetapi apakah hidup kita dapat berbuah banyak atau tidak. Ingatlah bagi Allah hanya ada 2 macam orang: yang berbuah dan yang tidak berbuah. Jangan menjadikan kondisi atau kekurangan suatu alasan bagi kita untuk tidak berbuah bagi Allah, orang lain dan diri kita sendiri. Sekalipun Yesus berlatar belakang sebagai seorang tukang kayu, keadaan ini tidak menghalangiNya untuk menggenapi kehendak Allah di dalam kehidupanNya dan Ia sudah membuktikan bahwa Ia berguna bagi Kerajaan Allah. Dengan menjadi berkat bagi orang lain berarti kita telah memenuhi maksud Allah ketika Ia membentuk kita.