rizkinawawi
New member

Serang, SEBUAH insiden terjadi pada rapat paripurna terkait pemberhentian Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten dan sekaligus penetapan pengangkatan Rano Karno sebagai Gubernur Banten di ruang paripurna DPRD Banten. Seorang anggota DPRD Banten tiba – tiba melakukan interupsi menyebut Rano Karno tidak memiliki etika, hingga suasana adu mulut antar anggota dewan pun terjadi dalam suasana rapat paripurna tersebut, Kamis (6/8/15).
Keributan bermula saat anggota DPRD Banten yang melakukan interupsi adalah Fitron Nur Ikhsan dari fraksi Golkar. Sesaat setelah rapat paripurna akan dimulai, tiba – tiba Fitron yang merupakan orang kepercayaan keluarga Ratu Atut Chosiyah menyalakan pengeras suara dan mneyatakan Rano Karno tidak memiliki etika atas diangkatnya menjadi Gubernur Banten.
Fitron menilai, Rano Karno tidak memiliki etika. Pasalnya, menjelang diangkat menjadi Gubernur, Rano Karno tidak pernah berkomunikasi dengan Ratu Atut. Kicauan Fitron sontak membuat suasana paripurna mendadak tegang.
Interupsi berlanjut dari fraksi partai Golkar, Suparman, selaku ketua fraksi Golkar meminta agar rapat paripurna ditunda, karena masih ada persoalan koordinasi yang tidakk berjalan dengan baik antara pimpinan DPRD dengan fraksi – fraksi.
“Semua orang dikumpulkan untuk datang dan menyetujui. Untuk diskusi, Kemendagri kan bagian dari kita, kita bisa konsultasi dengan mereka. Tapi tidak ditempuh dengan serius. Tidak menjadi masalah soal wakil tapi mekanisme ini yang penting,” papar Fitron.
Akibat interupsi tersebut suasana ruang rapat paripurna menjadi riuh. Sejumlah anggota dewan lainnya yang didominasi dari fraksi Golkar PDI Perjuangan dan Gerindra terus melontarkan pernyataan dan celetukan.
Karena perdebatan antar anggota dewan terus memanas, ketua DPRD Banten, Asep Rahmatullah akhirnya memutuskan untuk menskor rapat.(ba)
cahaya.co