Resmikan Kedubes Israel di Abu Dhabi, Yair Lapid: Timur Tengah Rumah Kami

spirit

Mod
resmikan-kedubes-israel-di-abu-dhabi-yair-lapid-timur-tengah-rumah-kami-zpq.jpg

Menlu Israel Yair Lapid meresmikan Kedubes Israael di Abu Dhabi. Foto/The Guardian

ABU DHABI - Menteri Luar Negeri Israel , Yair Lapid, meresmikan kedutaan baru negara itu di Abu Dhabi dalam kunjungan resmi pertama negera Zionis itu ke Uni Emirat Arab (UEA) sejak kedua negara menormalkan hubungannya tahun lalu.

Berbicara pada upacara pemotongan pita, Yair Lapid tampak menyentil musuh regional lainnya dalam sambutannya.

“Israel menginginkan perdamaian dengan tetangganya – dengan semua tetangganya. Kami tidak akan kemana-mana. Timur Tengah adalah rumah kami ... Kami meminta semua negara di kawasan ini untuk mengakui itu, dan datang untuk berbicara dengan kami,” katanya, menurut transkrip yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Israel seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (30/6/2021).

Israel dan UEA – kekuatan ekonomi di kawasan itu – diam-diam telah bekerja sama selama bertahun-tahun terkait musuh bersama mereka, Iran, tetapi secara resmi baru menandatangani perjanjian diplomatik yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham pada Agustus 2020.

Normalisasi hubungan antara Israel dan UEA, serta beberapa negara Arab lainnya, diawasi oleh pemerintahan Donald Trump, yang melihatnya sebagai aspek penting dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran.

Meskipun bukan perjanjian damai penuh, kesepakatan itu juga mematahkan hal tabu selama puluhan tahun dalam diplomasi Arab bahwa Israel akan diisolasi di kawasan itu sampai krisis Israel-Palestina diselesaikan.

Para menteri Israel sebelumnya telah mengunjungi UEA, tetapi Lapid yang baru diangkat adalah yang pertama melakukan perjalanan dalam misi resmi, serta yang paling senior.

Sementara perjalanan itu secara luas dipandang sebagai kesempatan pertama bagi pemerintah baru Israel untuk membuat terobosan diplomatik, Lapid juga mengakui mantan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai “arsitek” dari perjanjian tersebut.

"Momen ini adalah miliknya, tidak kurang dari milik kita," ujarnya.

Netanyahu telah mencoba menggunakan keberhasilan diplomatik untuk meningkatkan peluangnya terpilih kembali, tetapi setelah 12 tahun menjabat, ia digulingkan oleh koalisi lintas partai yang dipimpin oleh nasionalis Naftali Bennett bulan lalu.

Lapid, mantan presenter televisi berhaluan tengah yang dengan gigih menyatukan koalisi baru, telah memperjelas bahwa pemerintah baru berusaha untuk melepaskan diri dari prioritas kebijakan luar negeri era Netanyahu, dengan mengatakan awal pekan ini bahwa pemerintah sebelumnya telah mengambil “pertaruhan yang mengerikan” dengan hanya berfokus pada hubungan dengan Partai Republik di Washington.

Selama kunjungan dua harinya, Lapid juga akan meresmikan sebuah konsulat di Dubai dan menandatangani perjanjian bilateral tentang kerja sama ekonomi, yang melampaui kesepakatan perdagangan yang diyakini telah melampaui USD354 juta.

Bahrain, Maroko dan Sudan juga telah menjalin hubungan baru dengan Israel. Para kritikus memperingatkan bahwa restu Trump akan dilihat oleh elit penguasa negara-negara ini – yang tidak lagi melihat masalah Palestina sebagai masalah mendesak – sebagai “lampu hijau” untuk mengejar kebijakan represif di dalam negeri.

Joe Biden telah menyatakan dukungan untuk normalisasi hubungan, tetapi mengatakan kepada presiden Israel yang akan lengser, Reuven Rivlin, selama kunjungan kepala negara ke Washington minggu ini bahwa itu bukan pengganti untuk terlibat dalam masalah antara Israel dan Palestina yang perlu diselesaikan.


~sindonews.com
 
Back
Top