Kalina
Moderator
Pecinta film Indonesia pada era 80-an pasti mengenal ?Sundel Bolong?. Dialah tokoh utama dari film berjudul sama. Film tentang hantu perempuan gentayangan bernama kuntilanak itu bahkan menjadi legenda dalam dunia perfilman Indonesia. Karena kelarisannya-tercatat sebagai film terlaris ke tiga di Jakarta pada 1981--film Sundel Bolong dibuat dalam beberapa versi namun dengan bintang utama (Suzanna yang berperan sebagai Kuntilanak Sundel Bolong) dan cerita yang tidak pernah bergeser dari ?pakem?, yakni seorang perempuan yang dibunuh dan menjelma setan kuntilanak gentayangan yang menutut balas kepada para pembunuhnya. Kuntilanak Sundel Bolong digambarkan sebagai sosok hantu bergaun putih panjang, dengan rambut yang juga panjang tergerai, berwajah putih dengan lingkaran hitam di sekitar mata. Dan yang paling penting, punggungnya bolong mengeluarkan belatung.
Tipikal hantu kuntilanak seperti itulah yang kembali diangkat film ?Terowongan Casablanca? besutan Nanang Istiabudi. Termasuk ceritanya yang hampir tak mengalami pergeseran kecuali sedikit modifikasi di sana sini. Diceritakan Astari (Asha Syara) dihamili pacarnya, Refa (Nino Fernandez) yang tak mau bertanggung jawab dan menggugurkan secara paksa kandungan Astari. Astari yang ingin menyelamatkan bayinya berontak dan melarikan diri. Namun berhasil ditangkap, lalu dibunuh dan dikubur secara serampangan. Astari yang kemudian menjadi kuntilanak merah (meski tidak selalu bergaun merah) menuntut balas. Satu persatu teman-teman Refa dibunuhnya. Di tengah kecemasan itu teman Refa yang lain, Timbo (Aldiansyah) mengusulkan untuk melakukan perdamaian dengan kuntilanak dengan cara melakukan ritual menggantung daging ayam. Namun di tengah ritual Refa mendadak berubah pikiran, ia tak percaya dan pergi meninggalkan kawan-kawannya. Sebelum kuntilanak berhasil membunuh Refa, Ki Joko Bodo melakukan ritual mengundang kuntilanak dan memaku kepalnya sehingga kembali menjadi manusia. Tidak diceritakan bagaimana proses Astari kembali menjadi manusia. Tiba-tiba dia muncul di kamar Refa yang terganggu jiwanya.
Menonton film ?Terowongan Casablanca? rasanya seperti menyaksikan film kuntilanak era Suzanna. Karena hampir semua lokasi dan adegan yang ada dalam film kuntilanak era Suzanna terdapat dalam film ?Terowongan Casablanca?. Suasana hingar bingar diskotik lengkap dengan adegan persetubuhan yang cenderung vulgar, kelengangan kamar mandi, kerumunan belatung, tak ketinggalan kuntilanak menimang bayi.
Tetapi, jika Kuntilanak era Suzanna tidak memiliki domisili yang jelas, kuntilanak racikan Nanang Istiabudi menghuni lokasi yang sangat dikenal masyarakat Jakarta, yakni sekitar Terowongan Casablanca, Kuningan, Jakarta. Maklum film ini memang diangkat dari peristiwa yang konon nyata terjadi di lokasi tersebut. ?Terowongan Casablanca?, sebagaimana tampak mulai mapan dalam kecenderungan film horor era 2000-an, tidak menghadirkan seorang kyai dan sejenisnya yang menyelesaikan semua masalah. Kedudukan kyai di sini justru digantikan seorang paranormal kondang Ki Joko Bodo. Tempo film ini cenderung cepat dan alurnya dibuat melompat-lompat. Ilustrasi musiknya sangat bising.
?Terowongan Casablanca? juga menyajikan adegan kuntilanak terbang. Jika pada kuntilanak era Suzanna adegan terbang menggunakan teknik manipulasi kamera, pada film ?Terowongan Casablanca? diambil dengan menggunakan helikopter yang sempat menelan korban. Baling-balingnya patah dan menimpa dua orang kru. Kecelakaan itu disebut Shanker sebagai tidak masuk akal.
Beberapa kali adegan di dalam kubur tak ketinggalan ditampilkan di film berdurasi 90 menit ini. Yakni saat Astari melahirkan di dalam kuburan, Noldy (Jupiter Fortisimmo) dan Refa yang kejeblos masuk dalam rongga kuburan. Keadaan dalam rongga kuburan tampak lapang dan remang-remang.
Tipikal hantu kuntilanak seperti itulah yang kembali diangkat film ?Terowongan Casablanca? besutan Nanang Istiabudi. Termasuk ceritanya yang hampir tak mengalami pergeseran kecuali sedikit modifikasi di sana sini. Diceritakan Astari (Asha Syara) dihamili pacarnya, Refa (Nino Fernandez) yang tak mau bertanggung jawab dan menggugurkan secara paksa kandungan Astari. Astari yang ingin menyelamatkan bayinya berontak dan melarikan diri. Namun berhasil ditangkap, lalu dibunuh dan dikubur secara serampangan. Astari yang kemudian menjadi kuntilanak merah (meski tidak selalu bergaun merah) menuntut balas. Satu persatu teman-teman Refa dibunuhnya. Di tengah kecemasan itu teman Refa yang lain, Timbo (Aldiansyah) mengusulkan untuk melakukan perdamaian dengan kuntilanak dengan cara melakukan ritual menggantung daging ayam. Namun di tengah ritual Refa mendadak berubah pikiran, ia tak percaya dan pergi meninggalkan kawan-kawannya. Sebelum kuntilanak berhasil membunuh Refa, Ki Joko Bodo melakukan ritual mengundang kuntilanak dan memaku kepalnya sehingga kembali menjadi manusia. Tidak diceritakan bagaimana proses Astari kembali menjadi manusia. Tiba-tiba dia muncul di kamar Refa yang terganggu jiwanya.
Menonton film ?Terowongan Casablanca? rasanya seperti menyaksikan film kuntilanak era Suzanna. Karena hampir semua lokasi dan adegan yang ada dalam film kuntilanak era Suzanna terdapat dalam film ?Terowongan Casablanca?. Suasana hingar bingar diskotik lengkap dengan adegan persetubuhan yang cenderung vulgar, kelengangan kamar mandi, kerumunan belatung, tak ketinggalan kuntilanak menimang bayi.
Tetapi, jika Kuntilanak era Suzanna tidak memiliki domisili yang jelas, kuntilanak racikan Nanang Istiabudi menghuni lokasi yang sangat dikenal masyarakat Jakarta, yakni sekitar Terowongan Casablanca, Kuningan, Jakarta. Maklum film ini memang diangkat dari peristiwa yang konon nyata terjadi di lokasi tersebut. ?Terowongan Casablanca?, sebagaimana tampak mulai mapan dalam kecenderungan film horor era 2000-an, tidak menghadirkan seorang kyai dan sejenisnya yang menyelesaikan semua masalah. Kedudukan kyai di sini justru digantikan seorang paranormal kondang Ki Joko Bodo. Tempo film ini cenderung cepat dan alurnya dibuat melompat-lompat. Ilustrasi musiknya sangat bising.
?Terowongan Casablanca? juga menyajikan adegan kuntilanak terbang. Jika pada kuntilanak era Suzanna adegan terbang menggunakan teknik manipulasi kamera, pada film ?Terowongan Casablanca? diambil dengan menggunakan helikopter yang sempat menelan korban. Baling-balingnya patah dan menimpa dua orang kru. Kecelakaan itu disebut Shanker sebagai tidak masuk akal.
Beberapa kali adegan di dalam kubur tak ketinggalan ditampilkan di film berdurasi 90 menit ini. Yakni saat Astari melahirkan di dalam kuburan, Noldy (Jupiter Fortisimmo) dan Refa yang kejeblos masuk dalam rongga kuburan. Keadaan dalam rongga kuburan tampak lapang dan remang-remang.