Riba Bank Konvensional

handityo

New member
Asslmlkm wr.wb
seperti yang kita tahu sistem bunga di bank konvensional hukumnya adalah haram bagi islam , yang ingin saya tanyakan adalah saya ingin mengambil beasiswa ke malaysia dengan jurusan perbankan syariah namun penyedia beasiswa saya adalah bank konvensional ( walaupun bank ini juga ada bank syariahnya ) apakah saya ikut terlibat dalam riba apabila saya mengambil beasiswa ini ?? dan apakah boleh saya mengambil beasiswa ini ?? mohon jawabannya .terima kasih.
Wasslm

tolong jawabannya juga dikirim ke rauf_tyobrother@yahoo.com
 
Coba baca artikel ini den, mungkin bisa jadi rujukan





Hudzaifah.org - Pengusaha muslim, tinggalkan bank riba sekarang juga! Saya ingin menyampaikan diskusi yang menarik dengan seorang teman saya. Dimana saat ini masih banyak pengusaha muslim, apatah lagi usahanya itu jelas-jelas di bidang yang Islami, seperti pakaian muslim, jilbab, toko Islam dan sebagainya, yang masih menggunakan rekening bank konvensional, seperti BCA, Bank Mandiri, Bukopin, dll.

Bertindak Sebatas Kemampuan?

Bank ribawi, kita sudah tahu, itu haram, karena berbunga. Kebanyakan dari orang Islam berdalih, hanya bisa bertindak sebatas kemampuannya saja, seperti :

1. Tetap menabung/mengendapkan uang di bank riba, tetapi tidak mengambil bunganya. Atau…

2. Uang tidak di endapkan di bank konvensional dan tidak mengambil bunganya, alias hanya uang lewat, dengan alasan hanya memanfaatkan jasa layanan ATM.

Alasan Menggunakan Bank Riba

Alasan yang biasa dipakai oleh pengusaha untuk membuka rekening bank ribawi adalah :

1. BCA misalnya, lebih luas jaringannya (ATM) dan teknologinya lebih canggih;

2. Ada E-banking

3. Karena konsumen banyak menggunakan bank konvensional, BCA dan Mandiri, jadi pebisnis/pengusaha juga menyediakan beberapa rekening, baik konvensional ataupun syariah, untuk memudahkan transaksi bagi konsumen.

4. ATM Bersama yang ada sekarang, kurang lancar proses teknisnya.

5. Terkena charge transfer antar bank.

Dampak Dibukanya Rekening Bank Riba

Semula, saya juga berfikir seperti alasan-alasan di atas tentang manfaat membuka rekening di bank konvensional. Lalu saya membuka rekening di BCA. Tetapi saya tidak memikirkan lebih jauh, dampak dari saya membuka dan menggunakan rekening tersebut, yaitu :

1. Promosi dan pemasaran gratis untuk bank riba, saat dipajang di toko online. Rekening untuk transfer.

2. Orang yang awam akan mengira, menabung di bank riba itu, sah-sah saja, karena toh toko Islam online, menggunakan rekening bank konvensional. Bahkan, lebih
dahsyatnya, konsumen akan bisa ikut-ikutan membuka rekening di bank ribawi, dengan dalih untuk kemudahan bertransaksi dengan toko Islam online. Tentu mereka tidak tahu bahwa niat kita hanyalah sebatas untuk membuka rekening, dan tidak mengendapkan uang di bank konvensional. Maka secara tidak langsung (atau langsung) kita sudah menjadi “teladan” bagi konsumen untuk membuka rekening di bank riba.

3. Biaya administrasi, yang bagi kita hanya untuk biaya “uang lewat” , ternyata akan tetap menjadi pemasukan bagi bank ribawi, yang jika biaya administrasi itu dilakukan oleh 5 juta pengusaha muslim, maka akan berubah menjadi uang yang tidak sedikit bagi bank riba untuk mengukuhkan eksistensinya.

4. Ketika kita membuka rekening di bank riba, maka secara otomatis, kita sudah melakukan transaksi riba itu, meski kecil. Contohnya, kita tidak mengambil bunga bank dengan dalih akan habis, impas untuk membayar pajak. Maka transaksi riba itu sebenarnya sudah terjadi karena membayar pajak dengan bunga.

Gerakan Pengusaha Muslim

Sebagai pengusaha muslim, mengapa kita tidak melakukan gerakan seperti ini :

Bagaimana bila para pebisnis, bersama-sama/kerjasama/sepakat bersatu memilih transaksi lewat Islamic institutions, agar tidak menjalani secara sendiri-sendiri, karena setiap individu ini sebenarnya terkait satu dengan lainnya. Seperti main supplier ke retailer, kalau para retailer bekerja sama minta khusus ke main supplier, main supplier tidak bisa apa-apa karena mereka ‘hidup’ dari permintaan barang-barang yang dijual.

Saat ini kondisi bank syariah di Indonesia miris sekali. Pangsa pasarnya tidak sampai 3% sejak sudah 17 tahun yang lalu. Bank-bank syariah ini butuh dukungan dari kita. Seperti halnya bisnis, mereka hidup dari permintaan. Jika para nasabah menyukai pola konvensional maka layaknya para pebisnis, bank-bank syariah ini akan mengikuti permintaan pasarnya.

Memang, hal terberat yang harus dihadapi para nasabah Muslim untuk sementara adalah tentang jaringan, ATM misalnya. Tetapi itu tidak bisa dijadikan alasan. Pelayanan dan teknologi dari bank-bank syariah ini bisa dibangun jika didukung permintaan. Permintaan yang kuat dan hampir memaksa. Umumnya para nasabahlah yang bisa melakukan itu.

Seperti supplier pakaian Muslim sangat besar kemungkinannya adalah seorang Muslim juga kan? Bagaimana jika kita push dia untuk bertransaksi melalui bank syariah? Konsumen akhir pun nanti akan mengikuti. Jika saat ini baru BSM yang punya teknologi internet banking, kita manfaatkan itu dulu.

Situs Rujukan

Berikut ini adalah artikel di www.syariahonline.com yang bisa kita jadikan rujukan :

1. Bunga Bank untuk Biaya Administrasi

http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=9519&key=bank

2. Menabung Di Bank Konvesional, Karena Jauuh…

http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=6647&key=bank

3. Pengelola Situs Salafy Masih Pakai Bank Konvensional

http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=6461&key=bank

4. Penggunaan Bank Konvensional Utk Transfer Zakat

http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=6414&key=bank

5. Bank Apa Saja yang Termasuk Bank Syariah

http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=4532&key=bank

6. Tabungan Bank Konvensional Sekedar Untuk Transfer

http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=1987&key=bank

Penutup

Lembaga zakat, atau organisasi Islam, kebanyakan juga masih membuka rekening bank riba. Hal ini sangat memprihatinkan.

Harus diakui, bank syariah juga masih ada kekurangannya, tetapi itu bisa diperbaiki, selama nasabahnya juga proaktif mendukung, dan memberi masukan-masukan.

Oleh karena itu, kita mulai hari ini, saat ini, dan dari diri kita sendiri dulu untuk komitmen bahwa riba itu haram, seluruhnya. Dengan adanya bank syariah, menjadi gugur sebuah situasi darurat untuk membolehkan seseorang membuka rekening di bank ribawi, apatah lagi sampai mengendapkan uang. Asap riba, semaksimal mungkin kita hindari. []

Penulis adalah alumni FE Trisakti angkatan 2002, pengusaha jilbab dan souvenir di www.indojilbab.com dan www.souvenirlucu.blogspot.com




























Memahami riba perbankan, pintu masuk untuk memahami kenapa Bank Syariah riba


Kalau Anda senang menambah pengetahuan dan terbuka terhadap sesuatu hal yang baru serta tertarik dalam bidang ekonomi, bahasan di bawah ini mungkin bisa menambah wawasan, Insya Allah.


Sebelum mulai membaca kumpulan kompilasi artikel/buku/video berikut ini, lebih baik jernihkan pikiran Anda semua dari prasangka2 jelek dan niatkanlah untuk menambah ilmu yang barangkali tidak akan pernah kita dapatkan dari bangku sekolah/kuliah, berita di koran, pemerintah, dan sumber2 lainnya. Awalnya saya pun rada kaget dan sedikit shock bahwa info2 dibawah ini tidak pernah saya dapatkan sebelumnya dari media biasa. Alhamdulillah ada internet perpustakaan umum terbesar di dunia.

Hidup kita di zaman ini tidak bisa lepas dari perbankan dan uang kertas. Dua hal tersebut saling berkaitan dan menyokong. Perbankan bagaikan jantung dan uang kertas adalah darah-nya. Satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri. Pertanyaan sederhananya, tahukah Anda sebenarnya apa sebenarnya yang dilakukan oleh perbankan? Sehingga ada yang mengatakan perbankan adalah lembaga riba? Sebagian besar umat islam sekarang barangkali hanya tahu bahwa riba = bunga, t**. Dari pondasi inilah, muncul bank Islam/Syariah, yaitu Bank tanpa bunga = bank tanpa riba.

Sayangnya, bukan sekedar masalah "bunga" yang menjadi masalah dalam kegiatan perbankan. Bahkan seluruh isi kegiatan inti perbankan itu sendiri adalah RIBA dan penipuan. Kaget? Sama. Saya juga begitu dulu. Alhamdulillah sekarang sudah tahu. namun tidak cukup sampai di sini. Pada awalnya (sebelum memahami seluk beluk bank, kecuali riba bunga), saya pun mengakui bahwa Bank Islam adalah sebuah solusi. Namun setelah memahami isi perbankan dan membandingkannya dgn bank islam, ternyata apa yang dilakukan sama saja. Bahkan mungkin lebih parah karena dgn adanya bank islam pintu riba terbuka dengan sangat lebar tanpa umat islam menyadarinya.

Untuk memahami mengapa Bank Islam di sebut riba, kita perlu benar2 memahami bagaimana Bank bekerja. Sebab kalau kita cuman memahami riba bank adalah "bunga" semata, memang sangat sulit menyadari riba-perbankan islam. Tidak terlihat adanya kesalahan di sana. Sebab konsep utama bank islam adalah "bank tanpa bunga". Sebaliknya, kalau kita berhasil memahami cara kerja perbankan, dengan mudah dapat kita pahami bahwa bank konvensional dan bank islam secara umum sama sekali tidak berbeda. Hanya mengganti label (merek dagang). Kita dapat melakukan komparasi terhadap apa yg dilakukan bank konvensional dan apa yang dilakukan bank islam.

Ok. prolognya cukup.

Hal-hal yang menyebabkan perbankan adalah lembaga riba yang harus kita perangi:

1. Perbankan adalah pencipta uang kertas riba.

Baru dengar bahwa uang kertas adalah RIBA? kalau Anda kaget atau shock, tidak apa2. Itu reaksi wajar. Yang harus dipertanyakan adalah setelah kaget, apa yg Anda lakukan? Apakah: 1) mengabaikan info tsb; 2) berusaha menggali lebih dalam. Kalau pilihan 1 yg Anda pilih, tidak usah lanjutkan membaca karena percuma saja. Sebaliknya kalau Anda tertarik, silakan baca sumber2 berikut ini:

Sejarah singkat uang kertas bisa dibaca di sini:

http://wakalasauqi.blogspot.com/2008/05/sejarah-uang-kertas-1.html
http://wakalasauqi.blogspot.com/2008/05/sejarah-uang-kertas-2.html

Fatwa terhadap uang kertas:

http://www.shaykhabdalqadir.com/content/articles/Art029_04112004.html

dan terjemahannya:

http://islamhariini.org/muamalat/muaAR02.htm

Ingin melihat uang kertas dan perbankan dari sisi film dokumenter?
Download saja video "The Money Masters". http://www.themoneymasters.com
Video 2 sesi, toal 3 jam-an yang menceritakan ttg sejarah uang kertas dan perbankan. Tapi cukup besar, 1.5GB. Cari di google pakai torrent.

Beberapa buku sederhana berbahasa indonesia yang bisa dibaca sebagai "pengantar" adalah:
- Kembali Ke Dinar
- Satanic Finance
- Apa yg Dilakukan Pemerintah Terhadap Uang Kita?

Gerakan di USA yg "menandingi uang fiat dollar"

http://www.libertydollar.org

Zaman ini, Bank Sentral lah yang menerbitkan uang kertas. Uang2 riba tersebut diedarkan melalui bank-bank lain yang berada di bawah bank sentral. Selain riba, salah satu kejahatan lainnya adalah MONOPOLI penciptaan uang kertas.


2. Sistem Fractional Reserve. menciptakan uang dari kehampaan (creating money out of thin air). Lebih jahat dari uang kertas karena kalau uang kertas, paling tidak masih ada fisiknya, kalau ini, benar2 tidak ada fisiknya, hanya berupa angka-angka di komputer.

Inti dari sistem ini adalah:
- Semakin banyak kita menabung di bank, semakin banyak uang beredar (inflasi)
- Semakin banyak kita berhutang bank, semakin banyak uang beredar (inflasi)
10.000.000 rupiah yang kita tabung/pinjam bisa menghasilkan (katakanlah) 100.000.000 rupiah. Efek utamanya adalah INFLASI.

Untuk memahami apa sebenarnya sistem ini, silakan baca artikel terjemahan sederhana berikut :

http://wakalasauqi.blogspot.com/2008/06/fractional-reserve-banking-dan-krisis.html

Di internet juga banyak berbagai sumber yang menerangkan tentang Fractional Reserve Banking. Tinggal tanya ke google.
namun, beberapa sumber berikut bisa dijadikan referensi dasar:

Video "Money as Debt". menceritakan ttg Uang sebagai Hutang. 300MB-an. Google and torrent.
http://www.moneyasdebt.net

3. Bunga pinjaman riba. Sepertinya tidak perlu dibahas.

4. Penipuan perbankan ttg "status" tabungan.
Ada yg menyatakan "pahami fungsi perbankan sebagai lembaga INTERMEDIASI". Mohon maaf sebelumnya, sekali lagi saya pakai analogi zina. Pernah dengar istilah "*****" dan "PSK"? Apa beda di antara keduanya? SAMA SAJA orangnya. Bedanya hanyalah "PSK" merupakan istilah untuk memperhalus ungkapan "*****". Demikian halnya dengan istilah "lembaga intermediasi". Itu hanyalah istilah untuk mengaburkan "penipuan perbankan terhadap tabungan nasabah". Maaf, bukan berarti yg mencetuskan istilah tsb lah (di forum ini) yg dianggap mengaburkan hal sebenarnya. Bukan begitu dan jangan salah tanggap. Maksudnya adalah, pemahaman masyarakat awam dikaburkan dengan istilah "lembaga intermediasi", istilah yg (mungkin) diciptakan oleh para bankir demi menyembunyikan kejadian sebenarnya.

Apa yg sebenarnya terjadi?
- Nasabah menitipkan uangnya. PERJANJIANNYA ADALAH t**/TABUNGAN.
- Bank BERJANJI bahwa uang nasabah dapat diambil kapan saja (waktu kerja, untuk menyederhanakan masalah, anggaplah tabungan biasa)
- Bank menggunakan uang nasabah untuk menjalankan bisnisnya (PADAHAL ITU UANG t**)
- Akibat sistem fractional reserve, SEBAGIAN BESAR nasabah TIDAK AKAN PERNAH dapat memperoleh uangnya kembali karena memang uangnya secara fisik sudah tidak ada. Dengan perlindungan Bank Sentral, apabila terjadi rush perbankan, bank sentral akan menciptakan uang kertas baru sebanyak yang diminta oleh nasabah. Akibatnya, inflasi menggila kembali. Contoh paling gress adalah BLBI.

Secara konsep, hal di atas tidak ada bedanya dengan PENIPUAN dan PENCURIAN. Namun dengan istilah "lembaga intermediasi", kegiatan jahat tersebut dikaburkan sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak menyadarinya.

Mungkin ada yg bertanya "apa salahnya?" Tidak ada salahnya kalau bank secara jujur berkata ke nasabah: "Pak, uang t** Anda kami pakai dan dengan sistem kami, kalau sebagian besar nasabah secara bersamaan mengambil uangnya, kemungkinan besar uang bapak tidak akann bisa kami kembalikan. Itu resikonya. Masih mau menabung di sini Pak?". Masalahnya masyarakat awam tidak tahu hal tersebut dan tidak pernah diceritakan.

Buku bagus ini bisa dijadikan acuan dasar tentang seluk beluk sistem perbankan:
http://www.mises.org/Books/mysteryofbanking.pdf


Sebagai bahan bacaan lanjut, Ilusi Demokrasi dari Zaim Saidi bisa dijadikan referensi berikutnya. Hanya saja, buku ini cukup "berat" yang mensyaratkan Anda harus benar2 paham dulu terhadap poin2 di atas kalau tidak dijamin "pusing". Namun, buku ini membuka "jendela" baru yang lebih dalam mengenai hubungan perbankan dan negara demokrasi. Sebuah kenyataan lain yang mungkin lebih pahit dari sistem perbankan itu sendiri. Bahasannya relatif akan sulit kalau kita tidak bisa "menerima" kenyataan dan pemahaman tentang kejahatan perbankan dan uang kertas.

Apabila poin2 di atas bisa dipahami dengan baik. Tidak sulit untuk melihat bahwa kita tidak butuh perbankan dan uang kertas.

Daftar referensi di atas mungkin hanya sekedar referensi awal. Apabila tertarik, referensi2 terkait dapat diperoleh lebih banyak di internet asalkan mau mencari dan mempelajarinya.

Pertanyaan dasar sebelum membandingkannya dengan Bank Islam: Apakah Anda sudah mengerti tentang kejahatan perbankan berdasarkan poin2 di atas? (YA/TIDAK). Kalau ada yang mau dibahas, silakan dibahas namun fokuskan kepada "cara bank bekerja dan uang kertas" saja dulu. Jangan langsung melompat membandingkan ke Bank islam. Sebab, kesimpulan itu dapat Anda lakukan sendiri setelah memahami sepenuhnya poin2 di atas. Yang pasti, kalau Anda "belum bisa melihat sepenuhnya" kejahatan perbankan dan uang kertas, saya akan memaklumi kalau Anda tidak menerima Bank Islam dianggap riba. Sebaliknya kalau Anda mengaku sudah bisa memahami sepenuh hati ttg kejahatan perbankan dan uang kertas dan masih menganggap "Bank Islam" adalah solusi, terus terang saya mempertanyakan kualitas pemahaman Anda.
 
Intinya emang bacaan yang berat....:))
Aku lom berani nyimpulin, biar kesimpulan itu untuk aku sendiri dulu. Ntar kalau salah bisa berabe. Biar neng egha yang kasih tau kesimpulannya... atau temen2 lain yang lebih dalam ilmu agamanya daripada aku......:)
 
menurut gue sih.... bank itu tempat aman menyimpan uang.
ada pun buangx bagi gue itu cara pihak bank untuk menarik banyak nasabah.
menurut gue sih.......
kalau kita nabung, niatx karena untuk uangx aman. ya boleh2 aja.
tapi kalau untuk mendapatkan bunga yang besar itu baru haram bungax.
 
Mungkin terlihat skeptis tapi hdup di Ind mana mungkin terlepas dari riba?? :) Secara utang luar negeri untuk pembangunan perekonomian negeri ini juga disertai bunga yg notabene pasti termasuk transaksi riba. Jalan raya,subsidi dan berbagai fasilitas umum yg kita gunakan sehari2 tidak menutup kemungkinan juga tercampur transaksi riba. Bisakah kita menghindar? Ya kecuali klo kita tinggal di tengah hutan belantara :D

Namun dg melihat krisis yg melanda Amrik saat ini, terlihat bahwa bank konvensional pun tidak setangguh itu, denger2 mereka mulai melirik sistem perbankan syariah, silahkan googling :)

Gk perlu terlalu stretch, menurut daku sih ini adalah masalah pasar, klo bank syariah termenej dg baik pastilah masy akan memilihnya drpd bank konvensional saat ini. Dan sepertinya perbankan syariah juga sdh mulai berkembang hny saja msh perlu banyak pembenahan.

Smentara klo yg dipost mbak megha (ini klo gak salah adalah artikel ulama dr Afsel) sptnya tlalu berat untuk diterapkan saat ini :D

Bila saja Nabi Muhammad masih hidup, pastinya tidak sedemikian susah umat ini. :D
 
Back
Top