andree_erlangga
New member
Ungkapan perasaan publik terhadap pemerintahan yang represif itu merupakan peristiwa yang jarang terjadi.
Kelompok aktivis yang menamakan dirinya "Kelompok Mahasiswa Generasi 88" mengoordinasi kegiatan itu dengan menyebarkan kertas dan pensil kepada warga dan meminta mereka untuk "membuka mata hati" mengenai kehidupan sehari-hari di bawah kepemimpinan junta militer.
Para anggota Kelompok 88 kebanyakan adalah tokoh kunci yang memimpin pergerakan mahasiswa di tahun 1988 yang menuntut diterapkannya reformasi demokrasi. Sejumlah aktivis mahasiswa itu bahkan baru saja dikeluarkan dari penjara setelah ditahan dalam jangka waktu panjang.
Min Ko Naing, salah satu pemimpin Kelompok 88, tak bersedia menyebutkan berapa banyak surat yang telah mereka terima. Namun, disebutkan, ribuan surat telah terkumpul.
"Dari yang kami lihat, kebanyakan surat mengeluhkan kesulitan ekonomi yang dihadapi sehari-hari," katanya.
Awalnya, pengumpulan surat ini akan berhenti tanggal 4 Februari mendatang atau sebulan setelah kampanye yang dimulai pada Hari Kemerdekaan Myanmar, 4 Januari lalu. Akan tetapi, mereka kemudian memutuskan memperpanjang waktu pengumpulan.
"Teman-teman kami mengatakan, waktu satu bulan tak akan cukup untuk kampanye karena sulit bagi orang untuk benar-benar mengungkapkan perasaan mereka. Kami memutuskan memperpanjangnya tanpa batas waktu," kata Min Ko Naing kepada AFP.
Para aktivis itu juga berencana membuat ringkasan dari surat-surat yang mereka terima dan akan diterbitkan dalam surat kabar meskipun tentunya bukan surat kabar yang propemerintah.
Min Ko Naing adalah satu di antara lima aktivis prodemokrasi yang dibebaskan pada 10 Januari lalu. Kelimanya telah mendekam di penjara lebih dari 10 tahun atas keterlibatan mereka dalam pemberontakan mahasiswa tahun 1988. Saat itu pasukan militer menembaki para mahasiswa yang sedang berunjuk rasa. Ribuan orang diperkirakan tewas dalam insiden tersebut.
kompas.com
Kelompok aktivis yang menamakan dirinya "Kelompok Mahasiswa Generasi 88" mengoordinasi kegiatan itu dengan menyebarkan kertas dan pensil kepada warga dan meminta mereka untuk "membuka mata hati" mengenai kehidupan sehari-hari di bawah kepemimpinan junta militer.
Para anggota Kelompok 88 kebanyakan adalah tokoh kunci yang memimpin pergerakan mahasiswa di tahun 1988 yang menuntut diterapkannya reformasi demokrasi. Sejumlah aktivis mahasiswa itu bahkan baru saja dikeluarkan dari penjara setelah ditahan dalam jangka waktu panjang.
Min Ko Naing, salah satu pemimpin Kelompok 88, tak bersedia menyebutkan berapa banyak surat yang telah mereka terima. Namun, disebutkan, ribuan surat telah terkumpul.
"Dari yang kami lihat, kebanyakan surat mengeluhkan kesulitan ekonomi yang dihadapi sehari-hari," katanya.
Awalnya, pengumpulan surat ini akan berhenti tanggal 4 Februari mendatang atau sebulan setelah kampanye yang dimulai pada Hari Kemerdekaan Myanmar, 4 Januari lalu. Akan tetapi, mereka kemudian memutuskan memperpanjang waktu pengumpulan.
"Teman-teman kami mengatakan, waktu satu bulan tak akan cukup untuk kampanye karena sulit bagi orang untuk benar-benar mengungkapkan perasaan mereka. Kami memutuskan memperpanjangnya tanpa batas waktu," kata Min Ko Naing kepada AFP.
Para aktivis itu juga berencana membuat ringkasan dari surat-surat yang mereka terima dan akan diterbitkan dalam surat kabar meskipun tentunya bukan surat kabar yang propemerintah.
Min Ko Naing adalah satu di antara lima aktivis prodemokrasi yang dibebaskan pada 10 Januari lalu. Kelimanya telah mendekam di penjara lebih dari 10 tahun atas keterlibatan mereka dalam pemberontakan mahasiswa tahun 1988. Saat itu pasukan militer menembaki para mahasiswa yang sedang berunjuk rasa. Ribuan orang diperkirakan tewas dalam insiden tersebut.
kompas.com