nurcahyo
New member
Riset: Hubungan Barbeque dan Kanker Prostat
Lihat Gambar
KapanLagi.com - Tahukah Anda jika memanggang daging dalam temperatur yang sangat tinggi, seperti daging barbecue bisa memicu resiko kanker prostat pada tikus. Dalam presentasi laporan penelitian oleh American Association for Cancer Research pada Senin (3/4) menyebutkan hubungan makan daging dan kanker prostat.
Penelitian ini sejalan dengan studi lainnya yang menyebut memasak daging dengan suhu tinggi bisa menyebabkan kanker.
Komponen yang disebut PhIP terbentuk saat daging dimasak dengan temperatur yang sangat tinggi, jelas Dr. Angelo De Marzo dan rekan dari Johns Hopkins University, Baltimore. Komponen terseut memicu pertumbuhan kanker prostat pada tikus.
"Kita masih terbentur dengan hubungan potensial antara mengkonsumsi daging matang dalam diet dan kanker dalam tikus," jelas De Marzo dalam sebuah pernyataan.
"Pada manusia masalah terbesar adalah sulit sekali menentukan berapa banyak PhIP yang kita konsumsi, karena jumlah yang sangat bervariasi tergantung kondisi memasaknya."
Untuk studi ini Yatsutomo Nakai dan anggota tim De Marzo lainnya mencampur PhIP ke dalam makanan yang akan diberikan untuk tikus selama delapan minggu, kemudian mempelajari prostat, usus dan limpa mereka. Dalam penelitian tersebut mereka menemukan mutasi genetik pada setiap organ tikus setelah empat minggu. (reuters/rit)
Lihat Gambar
KapanLagi.com - Tahukah Anda jika memanggang daging dalam temperatur yang sangat tinggi, seperti daging barbecue bisa memicu resiko kanker prostat pada tikus. Dalam presentasi laporan penelitian oleh American Association for Cancer Research pada Senin (3/4) menyebutkan hubungan makan daging dan kanker prostat.
Penelitian ini sejalan dengan studi lainnya yang menyebut memasak daging dengan suhu tinggi bisa menyebabkan kanker.
Komponen yang disebut PhIP terbentuk saat daging dimasak dengan temperatur yang sangat tinggi, jelas Dr. Angelo De Marzo dan rekan dari Johns Hopkins University, Baltimore. Komponen terseut memicu pertumbuhan kanker prostat pada tikus.
"Kita masih terbentur dengan hubungan potensial antara mengkonsumsi daging matang dalam diet dan kanker dalam tikus," jelas De Marzo dalam sebuah pernyataan.
"Pada manusia masalah terbesar adalah sulit sekali menentukan berapa banyak PhIP yang kita konsumsi, karena jumlah yang sangat bervariasi tergantung kondisi memasaknya."
Untuk studi ini Yatsutomo Nakai dan anggota tim De Marzo lainnya mencampur PhIP ke dalam makanan yang akan diberikan untuk tikus selama delapan minggu, kemudian mempelajari prostat, usus dan limpa mereka. Dalam penelitian tersebut mereka menemukan mutasi genetik pada setiap organ tikus setelah empat minggu. (reuters/rit)