spirit
Mod
KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dollar AS sejak Februari 2020 lalu. Pelemahan rupiah didorong kekhawatiran investor global terhadap penyebaran virus corona. Gubernur Bank Indonesia ( BI) Perry Warjiyo menyatakan, bank sentral terus melakukan langkah stabilisasi rupiah. Bank sentral pun terus memperkuat kebijakan stabilisasi rupiah agar sesuai fundamental dan bekerjanya mekanisme pasar.
Perry menyebut, BI telah menginjekasi likuiditas ke pasar keuangan dan perbankan dalam jumlah cukup besar. Caranya antara lain dengan meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar DNDF, pasar spot, dan pembelian SBN di pasar sekunder. "Selama 2020, kami sudah membeli hampir Rp 195 triliun SBN yang dilepas asing," kata Perry dalam konferensi pers melalui live streaming. Bank sentral juga menambah repo dengan agunan SBN sebesar Rp 53 triliun.
"Kami juga menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah sebesar Rp 51 triliun dan akan ditambah sekitar Rp 23 triliun per 1 April," ungkap Perry. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, bank sentral terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas. Pada Maret 2020 ini nilai tukar rupiah sudah menembus level Rp 15.000 per dollar AS. Kemudian pada Kamis (19/3/2020) hari ini sekira pukul 15.00, menurut data Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot mencapai Rp 15.585 per dollar AS, anjlok 2,38 persen dibandingkan pada posisi pembukaan, yakni Rp 15.287 per dollar AS.
.